Setelah kemarin puas mengelilingi kota Bali seharian. Kini gantian, agenda mereka hari ini adalah di kamar hotel seharian. Mengingat bahwa sore nanti Jévgas akan kembali ke ibu kota, di karenakan orang tuanya mencarinya.
Waktu liburan padahal masih tersisa 5 hari lagi, dan hal itu berhasil membuat Jévgas mencak-mencak tak setuju dengan perkataan orang tuanya yang menyuruhnya untuk pulang.
Tetapi karena di ancam oleh kedua orang tuanya, ia dengan sangat amat terpaksa harus menurut.
Sedangkan Michella, ia masih berada di Bali selama 3 hari kedepan.
Oleh karena itu, seharian nanti Michella akan Jévgas kurung di dalam kamar.
Katanya 'ini hari terakhir aku disini, kita ketemu lagi nanti pas masuk sekolah. Makanya aku mau puas-puasin peluk kamu, biar nanti ngga kangen'.
Michella pun hanya bisa mengiyakan. Lagipula jika ia menolak, pasti Jévgas memiliki 1001 cara untuk tetap mengurungnya berada di kamar.
Suara berisik hairdryer tampak memenuhi kamar yang mereka tempati itu. Di meja rias, Michella tengah mengeringkan rambutnya sehabis keramas.
"Alea" panggil Jévgas dengan pandangan yang mengarah ke Michella.
"Hm?" jawab Michella dengan pandangan yang tetap menatap cermin di depannya.
"where's your phone?" tanyanya.
Michella tampak mengerutkan alisnya, "For what?"
"Today, i want a quality time with you, full cuddle, talking, watching film, kissing, cooking, etc. And without a handphone" jelasnya.
Terdengar suara kekehan yang meluncur dari bibir Michella. "Karena itu? Bukan karena berita yang ada di twitter?"
Dari cermin tempat Michella berkaca, ia dapat melihat Jévgas yang membulatkan matanya sedikit terkejut.
"I know, Alasan kamu bukan itu Jév"
"Open your phone"
Baru saja Jévgas menyalakan ponselnya, layarnya sudah di penuhi oleh notifikasi beruntun yang berasal dari twitter dan juga dari grup chat nya.
Ia mengerutkan alisnya bingung.
Tanpa babibu ia langsung saja membuka notifikasi yang berada di paling atas, yaitu notifikasi grup chat.
Matanya seketika membulat terkejut saat melihat sebuah tangkapan layar yang di kirim oleh Gibran.
Ia mendongak menatap Michella dengan pandangan tak percaya.
Michella yang baru saja selesai menyisir rambutnya, hanya mampu mengendikkan bahunya acuh.
Feeling nya mengatakan bahwa ia harus mencari tau lebih lanjut. Jarinya langsung saja beralih ke sebuah aplikasi berwarna hitam dan bertuliskan "X".
KAMU SEDANG MEMBACA
JÉVGAS [On Going]
Ficțiune adolescențiJévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap. Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...