34 < Aware.

1.3K 55 3
                                    

Jévgas memelankan langkah kakinya saat ia mendengar suara tawa seseorang yang terdengar merdu.

Di dalam sana Michella telah siuman dan kini sedang mengobrol ringan dengan Mike, abang kedua Michella.

Setelah mengamati beberapa saat, Jévgas dapat menyimpulkan bahwa Michella anak ke 3 dari 4 bersaudara. Miguel--orang yang tadi memukulnya--dia adalah abang Michella yang pertama, sedangkan Mike--yang kini tengah mengobrol dengan Michella--dia adalah abang yang kedua, dan Michio--anak kecil tadi--dia adalah adik Michella sekaligus anak yang paling kecil.

"Tuan, tidak masuk?"

Jévgas sedikit berjengit kaget saat sebuah suara tiba-tiba muncul dari arah belakangnya.

"Ini mau masuk" jawab Jévgas seraya meraih kenop pintu.

Ceklek.

Hening.

Atmosfer di ruangan itu seketika menjadi canggung. Mereka berdua langsung saja menatap Jévgas yang baru saja datang tanpa permisi.

Hingga akhirnya Mike berdehem memecah kecanggungan itu.

"Ekhem"

"Abang mau ke kantin dulu beli makan, kamu ngobrol-ngobrol ama dia dulu"

Tentu saja ia mengerti situasi saat ini. Oleh karena itu ia memberikan sedikit ruang untuk Jévgas mengobrol sebentar dengan Michella, sebelum Miguel datang.

Michella mengangguk sebagai jawaban.

Mike pun mendaratkan tangannya di puncak kepala Michella, dan mengusapnya lembut.

Barulah setelahnya ia beranjak dari sana. Saat melewati Jévgas, ia sempat berhenti sejenak dan berbisik "Lo main-main sekali lagi, gue ngga bakal segan-segan buat ngibarin bendera perang ke Lavagos"

Lalu, ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Mendengar suara pintu yang tertutup, Jévgas baru memberanikan diri untuk berjalan menghampiri seseorang yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"Alea, sorry"

"Because of me, you are like this" ucap Jévgas dengan pandangan yang menunduk, ia tak berani menatap Michella yang menjadi seperti ini karena ulahnya.

Ia bahkan mati-matian menahan air matanya agar tidak menetes saat di hadapan gadis pujaannya.

"Lo kenal gue?"

Mendengar perkataan itu, Jévgas langsung saja mendongakkan kepalanya tak percaya.

"Kenapa lo manggil gue Alea?" ucapnya lagi dengan tatapan bingung.

"You don't remember me?"

Michella pun menggeleng.

Kaki Jévgas seketika merasa lemas.

Runtuh sudah pertahanan yang Jévgas buat. Air matanya berlomba-lomba turun membasahi pipinya. Ia menundukkan wajahnya dalam-dalam. Bahunya bahkan bergetar menandakan betapa sedihnya ia.

"Pfft..."

Michella tak kuasa menahan tawanya.

Hingga akhirnya tawanya pun pecah dan menggema ke seluruh ruangan inapnya itu.

Jévgas yang mendengar tawa itu sontak mengangkat kepalanya dan menatap Michella dengan matanya yang memerah.

"Aku ngga amnesia, Jévgas" ungkap Michella saat tawanya mereda, ia tak tega melihat Jévgas saat ini.

Setelahnya ia merentangkan tangannya mengode Jévgas untuk memeluknya.

Dengan sesenggukan, Jévgas mendekat ke arah Michella dan memeluknya erat-erat.

JÉVGAS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang