Sebuah club yang begitu terkenal di pusat kota kini menjadi tempat yang seseorang pilih untuk melampiaskan kekesalannya beberapa hari ini.
Suara musik yang begitu memekakkan telinga terdengar ketika ia memasuki club ini.
"Vodka" ujarnya pada seorang bartender yang ada di hadapannya.
Sang bartender pun dengar segera menyiapkan minuman tersebut.
"Tumben lo minggu ini rajin banget kesini" ucap si bartender heran seraya memberikan minuman yang ia pesan, karena biasanya pelanggan satunya ini datang paling hanya seminggu 2 kali. Sedangkan Minggu ini, dia sudah datang 5 kali.
"Biasanya kalo lo rajin kesini berarti lo lagi ada problem. Tapi dari raut muka lo, problem nya ini bukan kayak problem yang biasanya" lanjutnya dengan mata yang memicing.
Jévgas yang mendengar nya pun menghela napas kesal.
"Mending lo urus aja tuh pelanggan lo daripada lo urusin gue" usir Jévgas pada sang bartender.
Si bartender hanya mampu mendengus, tak ayal ia pergi untuk melayani pelanggan yang lainnya.
Dengan tenang ia meminum minuman keras yang ia pesan langsung pada mulut botolnya. Rasanya benar-benar nikmat ketika minuman itu melewati tenggorokannya dan menciptakan sensasi panas bercampur pahit.
Ia menjeda kegiatannya tersebut dan menumpukan kepalanya di atas meja.
"Michella Aleasha, i think i've gone crazy because of you" racaunya setengah sadar.
Kemudian ia kembali meminum minuman haram tersebut dengan pikiran yang di penuhi oleh sosok perempuan yang membuatnya menjadi seperti ini.
"Hahaha, gue emang goblok banget baru tau kalo lo itu Alea, orang yang gue cari selama ini. Padahal lo tinggal di sekolah udah dari setahun yang lalu"
"Goblok goblok goblok, Lo emang goblok banget Jévgas!" maki Jévgas pada diri sendiri seraya membenturkan kepalanya pada ujung meja.
"Hei Jév" panggilnya.
Jévgas yang sedang membenturkan kepalanya pun refleks berhenti dan menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Gue liat lo lagi strees banget. So, you definitely need me" ucapnya dengan suara yang dibuat sensual, tangannya dengan lancang berlabuh di atas paha Jévgas dan merabanya sensual.
Jévgas tampak menilai seseorang di hadapannya. Dress ketat berwarna merah menyala yang senada dengan lipstiknya, dada besar yang menyumbul dari drees yang di gunakan oleh jalang itu. Ah, Jévgas baru ingat dia adalah Bella, wanita malam yang biasa menemani Jévgas di club ini.
Melihat tidak ada tanggapan dari Jévgas, Bella dengan berani mendekatkan wajahnya, dan mencumbu bibir Jévgas.
"Fuck!"
Tanpa aba-aba, Jévgas menamparnya. Saking kerasnya tamparan yang di berikan Jévgas, jalang itu sampai tersungkur.
"AKH!" teriak Bella kesakitan sekaligus terkejut atas perlakuan Jévgas barusan.
"That's payback for you acting presumptuously towards me, bitch!" ujarnya emosi, dengan tangan yang menggosok bibirnya sendiri untuk menghilangkan bekas jalang itu.
Merasa di permalukan, akhirnya ia pergi meninggalkan Jévgas dengan perasaan kesal.
"Are you oke?" tanya salah satu temannya saat melihat raut wajah Jévgas yang benar-benar tidak enak di pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JÉVGAS [On Going]
Teen FictionJévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap. Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...