Tubuh Michella berangsur-angsur membaik. Luka-luka di tubuhnya pun kian mengering dan hanya menyisakan sedikit bekasnya saja.
Dan hal itu tentu tak luput dari pengawasan Jévgas. Selama di rumah sakit, Jévgas tanpa lelah selalu menemani Michella. Bahkan ia tak lagi memikirkan ancaman kedua orang tuanya jika ia tak segera kembali ke ibukota.
Kini akhirnya Michella dapat kembali bersekolah walaupun dengan perban di kepalanya.
Mommy nya dan Jévgas sempat melarang dirinya dan meminta dirinya untuk bersekolah besok saja. Tetapi Michella kekeh ingin bersekolah hari ini, walaupun hari ini baru hari pertama setelah liburan sekolah usai.
"Alea, kamu beneran mau sekolah?" tanya Jévgas saat mereka baru saja tiba di parkiran.
"Iyaa Jév..."
Entah sudah berapa kali Jévgas melontarkan pertanyaan yang sama setiap detiknya, dan Michella tetap pada pendiriannya.
Jévgas pun tampak menghela nafasnya mengalah.
"Nanti kalo ada apa-apa, call aku ya" ucap Jévgas seraya mengusap lembut puncak kepala Michella.
"Iyaa"
"Kamu juga ngga usah osis dulu, osis nya besok pas kamu udah sembuh aja"
"Iyaa"
"Nanti kalo ngerasa pusing, langsung ke pinggir. Ngga usah maksain diri"
"Iyaa"
"Kalo malu buat ke pinggir, kamu bisa call aku biar nanti aku temenin"
"Iyaa"
"Nanti pas istirahat aku jemput ke kelas kamu, biar kamu ngga keluyuran"
"Iyaa"
"Pu--"
Belum sempat Jévgas menyelesaikan kalimatnya, Michella sudah terlebih dahulu membekap mulut yang sedaritadi terus berbicara tanpa henti.
"Iya Jév, aku paham..."
"Sekarang ayo turun, bentar lagi bel masuk"
Jévgas hanya bisa mengangguk pasrah, walaupun sebenarnya masih banyak nasihat yang ia ingin berikan pada Michella.
"Widih, makin lengket aja ni"
Baru saja mereka keluar dari dalam mobil, mereka langsung saja di sambut oleh godaan yang berasa dari teman-teman Jévgas.
"Iya deh yang masih anget" sahut Gibran menimpali.
Jévgas pun memutar bola matanya malas.
"Eh btw, gue baru sadar ada perban di kepalanya Michel" kata Rey yang sedaritadi memperhatikan.
Mendengar itu, mereka semua sontak menatap Michella yang berada di samping Jévgas.
"Lah iya" ujar Daffa.
Jévgas langsung saja menarik pinggang Michella agar lebih dekat dengannya.
"Stop liat cewe gue, atau gue colok mata lo satu-satu"
Mereka semua seketika mengalihkan pandangannya menatap ke arah lain,
"Pocecip" kata Gibran dengan mata yang menatap sekelilingnya seolah tak menganggap keberadaan Jévgas.
"Bacot"
Jévgas langsung saja menarik Michella pergi menjauh sebelum ia semakin dibuat geram oleh teman-temannya.
"HUUU JÉVGAS BULOL!!"
ෙ◌ෟ ⟨ ❀❀❀ ⟩ ෙ◌ෟ
Setelah mengantarkan Michella ke kelasnya dengan aman, ia segera melangkahkan kakinya untuk menuju ke kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JÉVGAS [On Going]
JugendliteraturJévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap. Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...