Pagi ini Jévgas dan kawan-kawan tengah melakukan aksi memanjat tembok belakang sekolah di karenakan mereka datang terlambat.
Dengan pelan mereka mulai melangkahkan kakinya.
"Awas ya lo Gib. Kalo sampe ketawan lagi gara-gara lo, siap-siap aja gue tonjok" pringat Rey saat melihat Gibran tengah asik mengobrol dengan Daffa.
Sedangkan Jévgas dan Liam, mereka berjalan dengan tenang tanpa memedulikan teman-temannya di belakang.
Hingga saat mereka melewati kelas 11 MIPA 2, Jévgas langsung saja menatap ruangan itu yang pintunya tertutup.
Ia diam-diam mencuri pandang lewat jendela kelas.
Dan bertepatan dengan itu pula, Michella tengah mempresentasikan tentang tugas yang di berikan oleh sang guru di depan kelas.
Tanpa sadar, langkah kakinya berhenti begitu saja. Jévgas terkagum-kagum saat melihatnya. Dengan rambut yang di cepol asal, Michella mempresentasikan tugasnya dengan baik, dan di akhir presentasi Michella mengucap terima kasih serta menebarkan senyuman manisnya yang tak pernah Jévgas lihat sebelumnya.
"Woi Jévgas" ujar Daffa seraya menepuk kencang bahu Jévgas.
Jévgas seketika tersentak kaget. Daffa langsung saja dihadiahkan tatapan maut oleh Jévgas.
"Daritadi di panggil ngga nyaut-nyaut, ternyata lagi liatin gebetan" ujar Daffa sambil menaik turunkan alisnya menggoda Jévgas.
"Bacot"
Bola mata Jévgas membulat terkejut.
Saat ia kembali menatap ruang kelas Michella, ia melihat sang empu tengah menangkap basah dirinya yang diam-diam memperhatikan.
"Woi ayo cepetan, keburu ketawan guru" Jévgas langsung saja berjalan dengan cepat meninggalkan mereka semua yang sedang menatapnya bingung.
Ia berjalan dengan cepat guna menghindari pertanyaan teman-temannya itu.
Saat berjalan, ekor matanya tanpa sengaja menangkap sesuatu di mading.
Ia memundurkan langkahnya kemudian menatap sesuatu yang mencuri perhatiannya itu.
DIBUTUHKAN!
Di karenakan salah satu teman kami yang sedang cedera, maka kami membutuhkan seseorang perempuan yang pandai bermain basket untuk menggantikannya di pertandingan Bhara Cup. Dan yang berhasil terpilih akan kami berikan hadiah!.
Note : seleksi di adakan saat pulang sekolah.Bukan, bukan itu yang menarik perhatian Jévgas. Tetapi tulisan yang berada di bawah poster itu.
List nama yang bersedia :
1. Ginandita Naraya (11 IPS 5)
2. Keisya Loveria (11 IPS 2)
3. Dewita Safitri (11 MIPA 6)
4. Patricia Oktaviani. (11 IPS 1)
5. Nabilla Nur (11 MIPA 5)
6. Michella Aleasha. (11 MIPA 2)Ia mengerutkan alisnya saat membaca urutan nama terakhir yang tertera di sana.
"She can play basketball?" Monolognya.
"Huh... Hah... Lo jalannya cepet banget anjing" gerutu Daffa yang baru saja tiba bersama yang lainnya.
Jévgas yang mendengar itu menghela nafas lelah.
Mereka semua langsung saja menatap apa yang di tatap oleh Jévgas.
"Waw, mantan vs gebetan"
"Kira-kira siapa yang menang ya" Gibran mengetuk-ngentukkan jari telunjuknya di dagu, pura-pura berpikir.
"Hah? Mantan? Gebetan?" Daffa di buat bingung oleh perkataan Gibran barusan.
"Itu tuh si Patricia kan mantannya Jévgas, terus si Michella gebetan Jévgas" jelas Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
JÉVGAS [On Going]
أدب المراهقينJévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap. Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...