Michella terdiam di atas kasurnya. Tadi sehabis dirinya menangis dengan puas, Jévgas langsung saja mengantarkannya pulang dikarenakan hari sudah semakin sore.
Dan saat ia tiba di rumah, ia sama sekali tak melihat batang hidung sang Dady. Michella anggap itu adalah sebuah keberuntungan.
Hingga tiba-tiba perkataan Jévgas sebelum mereka pulang tadi, terputar di pikirannya.
"Alea, gue tau lo udah kebiasaan ngelakuin apa-apa sendirian"
"Jadi, izinin gue buat nemenin lo di kesendirian itu"
Rasanya sulit bagi Michella untuk menerima orang baru di hidupnya. Walaupun orang itu adalah bagian dari ceritanya di masa lampau.
Terutama latar belakang Jévgas di sekolah, hal itu semakin membuatnya tak yakin.
Dari kecil, ia selalu di ajarkan untuk selalu berdiri di atas kaki sendiri tanpa bantuan siapapun. Manusia memang makhluk sosial, tetapi Michella berusaha untuk meminimalisir ia ketergantungan dengan sesama manusia.
Tok.
Tok.
Lamunan Michella seketika buyar saat mendengar pintu kamarnya di ketuk.
"Michel, ayo makan malem"
Ujar orang itu dari luar kamar Michella.
"Iya bang, duluan aja!!" Seru Michella dengan sedikit kencang.
"Yaudah, cepetan turun"
Setelahnya Michella mendengar suara tapak kaki yang berjalan menjauhi kamar Michella.
Ia menghela nafasnya.
"Siap or ngga siap, gue harus siap"
ෙ◌ෟ ⟨ ❀❀❀ ⟩ ෙ◌ෟ
Di meja makan kini telah diisi oleh para anggota keluarganya. Dengan sang kepala keluarga yang duduk di bangku tengah, bagian kanan dari kepala keluarga diisi oleh para anak laki-lakinya, sedangkan bagian kirinya diisi oleh istri serta anak perempuannya.
Mereka semua menundukkan kepalanya saat sang pemimpin menitahkan untuk berdoa.
Setelahnya baru lah mereka makan dengan tenang. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar di meja makan itu.
Beberapa menit kemudian, acara makan malam tersebut selesai.
Michella meraih segelas air yang berada di dekatnya.
"Michel, habis selesai ini langsung ke ruangan Daddy" Setelah mengatakan itu, Daddy nya pergi begitu saja menuju ruangannya.
Makanan yang Michella makan seketika hilang begitu saja. Dirinya seolah tak bertenaga untuk menemui Daddy nya.
Akhirnya Michella bangun dari duduknya dan membantu sang Mommy membereskan piring kotor bekas makan mereka tadi.
"Ini biar Mommy ama Bibi aja yang nyuci"
"Kamu langsung ke ruangan Daddy aja, kasian kalo Daddy nunggu lama-lama"
Michella mengangguk menuruti kata Mommy nya, dan segera bergegas menuju ruangan yang sedari tadi menunggunya.
Matanya menatap pintu berwarna coklat yang berbahan dasar kayu jati itu dengan tatapan gusar.
Setelah perdebatan yang cukup panjang dengan dirinya sendiri, akhirnya ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu di hadapannya itu.
Tok.
Tok.
Michella langsung saja menurunkan gagang pintu saat terdengar perintah 'masuk' dari sang pemilik ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JÉVGAS [On Going]
JugendliteraturJévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap. Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...