Suara-suara itu terus berkumandang, kericuhan dari anak-anak sekolahan yang merindukan rumahnya. Sekolah membuatku jenuh dengan guratan kapur dan decitan kursi berkarat. Hingga akhirnya bel berdering dan kami membanjiri halaman sekolah.
Ruang konseling kutinggalkan tanpa kusaksikan kehadiran seseorang penyuluh di dalamnya. Aku baru melihat kehadirannya dari bawah papan pemberhentian bus. Ia berdiam diri di depan gerbang sekolah. Berulang kali ia menoleh ke kanan dan ke kiri memerhatikan keadaan di sekitarnya. Ia bertolak pinggang dan sesekali melirik jam di pergelangan tangannya.
Aku terus memerhatikannya, hingga akhirnya ia melirikkan matanya kepadaku. Ia langsung tersenyum dan berjalan menghampiriku.
"Konrad Schröder?" sapanya. Aku mengangguk. Ia berdiri di hadapanku dan menyeritakan kisahnya sepanjang pagi. "Tiba-tiba teleponku berdering dan aku mendapat kabar bahwa anakku sakit. Jadi, aku terpaksa meninggalkan pekerjaanku sebentar," jelasnya.
Aku mendengarkan dengan tenang, bahkan tanpa sedikit balasan dariku. Ia mengatup mulutnya dan mengeluarkan catatan kecil dari sakunya. Satu per satu halaman terbuka, ia memandanginya sesaat.
"Besok pukul sepuluh jadwalku kosong, mungkin aku akan membicarakan ini dengan gurumu supaya kau bisa datang ke ruangan konseling, oke?" ucapnya lagi. Aku menganggukkan kepalaku, tanda aku menyetujui itu. Setelahnya Nyonya Schlegel langsung pergi dan kembali memasuki gerbang sekolah.
Aku berjalan membelah keramaian. Semua orang terlihat berjalan beriringan, saling bergurau dan tertawa setelahnya. Segerombolan canda tawa menyisakan ruang sepi untukku, sendirian di antara lautan suka cita.
Kepalaku tertunduk, menatapi aspal abu-abu yang senada dengan diriku. Runyam. Namun, setelahnya aku menyadari ini bukanlah akhir dariku. Ini adalah waktu untukku mengingat janji yang kubuat beberapa hari yang lalu. Kedua sudut bibirku naik, dan aku segera mempercepat langkahku.
Isabella di sana, di dalam toko bunganya. Aku melihat ke dalam sana dari pintu kaca. Ia menyadari kedatanganku dan melambaikan tangannya. Kemudian ia mengangkat telunjuknya dan kulihat mulutnya menggumamkan sesuatu. Aku dapat mendengar sayup-sayup suara dari dalam sana. "Tunggu sebentar," ucapnya.
Aku tersenyum dan menganggukkan kepalaku, kemudian aku berbalik dan memandangi jalanan di seberang mataku. Aku menangkap suatu kehadiran di sana. Jauh di persimpangan, seseorang dengan sepedanya sedang memerhatikanku.
"Konrad!" panggilnya. "Tunggu sebentar, aku akan menghampirimu!" ia berteriak dari sana sambil mengayuh sepedanya.
Ah, ini memuakkan. Aku tidak tahu kenapa kisah-kisah sialan itu mengantre untukku. Aku telah berusaha keras menganggapnya sebagai jiwa yang tidak berdosa. Kedua matanya itu seakan memohon kepada siapapun untuk tidak menghakiminya.
Bentuk wajah yang sangat halus, bahkan ia terlihat lebih muda dari umurnya. Bahkan saat ini, ketika ia menghampiriku, ia membuat dirinya seolah yang dicintai oleh siapapun. Tentu tidak untukku.
Ia tetap mengundang kebencian yang besar dari dalam diriku. Aku tidak bisa menolak perasaan itu. Mataku menajam memandanginya di sana. Roda sepedanya terus berputar, melihat kehadirannya semakin mendekat, aku merasa tidak sudi.
Tanpa ampun, aku berpaling lebih jauh lagi. Tenggorokanku memanas dan seisi mulutku terasa basah. Aku meludahi jalanan yang tidak berdosa tepat ketika roda sepedanya berhenti.
Ia turun dari sepeda dengan tergesa. "Konrad, ada yang ingin aku bicarakan denganmu," perkataannya sesekali tersendat ketika gugup menyertainya. Kemudian ia menengadahkan kepalanya kepadaku dan memasang permohonan di wajahnya.
"Apa?" tanyaku.
Ketika mendengarku ia langsung menegakkan punggungnya dan mengusap peluh di dahinya. "Ini akan menjadi percakapan yang panjang, kuharap waktumu luang, Konrad," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Der Schmetterling
Mystery / ThrillerKonrad Schröder, seorang remaja tanggung yang tinggal di sudut kota Berlin. Kekerasan, pertengkaran orang tua, dan perginya figur ayah membuat hidup pemuda itu dihantui kekelaman. Suatu hari seorang bocah misterius mendatanginya, mengaku dirinya ada...