Aku beristirahat sejenak dari perjalanan panjang. Namun, aku tetap menjalankan tugasku sebagai bintang sirkus yang diidolakan orang-orang. Tidak jarang juga aku dipanggil untuk tampil solo.
Waktu ini terbilang singkat, aku tidak perlu menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menjadi sosok andalannya Tuan Baldur. Ia begitu kagum dengan keterampilanku. Ia bersikap sangat baik, ia tidak tanggung-tanggung dalam memberiku upah.
Kau bisa dengan mudah menemukan posterku di mana-mana. Setiap hari Minggu aku memiliki pertunjukanku sendiri, Tuan Baldur yang membuatkannya.
Ketika aku merasakan lonjakan karirku di sirkus, di waktu yang sama aku menyaksikan senyuman Ann yang tidak pernah sirna. Ia berhasil memberiku ribuan kenangan manis dalam waktu singkat. Setiap hari aku menuliskan puisi untuknya. Rangkaian kataku bahkan tidak mampu menceritakan seluruh keindahan itu.
Di sela waktu, aku dan Ann akan menghabiskan waktu bersama. Di bawah rindang pohon atau di hamparan bunga-bunga. Apa yang aku lalui itu bahkan membuatku melupakan kejadian tragis yang dulu menimpaku. Ketika dulu aku menganggap aku adalah orang paling tidak beruntung, kini sebaliknya, aku yang paling beruntung.
Semua keindahan yang ada pada dirinya menjadi candu untukku. Aku ingin selalu bersamanya, bahkan ketika aku akan menyaksikan kematian di depan mataku.
Aku selalu menunggu hari esok ketika aku bisa berjumpa lagi dengan Ann. Bahkan malam ini, ketika aku kembali dari tenda sirkus dan mendapat tepukan tangan di sana. Sepanjang langkahku ditemani seringai. Bayangan gadis itu muncul lagi. Aku tidak dapat berpaling darinya.
Sesampainya aku di sana, aku terdiam menatapi pintuku yang terkunci. Ada sesuatu yang membuatku mengurungkan niat untuk segera masuk. Seberkas suara terdengar dari halaman belakang. Terlalu ribut untuk didengar pada malam hari.
Aku melangkah pelan menuju sumber suara. Itu berasal dari bangunan di belakang tempat tinggalku. Di dalamnya terdapat kamar-kamar yang harusnya dipakai oleh rombongan sirkus. Sejauh yang aku tahu, bangunan itu masih kosong.
Rasa penasaran menuntunku untuk menjelajah lebih jauh. Aku mengintip dari celah tirai jendelanya. Ruangan itu diterangi oleh beberapa lilin. Bunyi gemericik rantai terdengar dari dalam sana. Sesosok makhluk misterius terlihat. Terlalu samar, tapi dapat aku pastikan ia bertubuh kecil. Ia terduduk dengan tenang, sementara rantai membelenggu lehernya.
Ia menggonggong seperti anjing kecil, berguling dan melompat. Sesaat setelahnya, aku mendengar suara yang memerintahkannya untuk menjadi seekor simpanse. Sosok itu pun menurut, kini ia bertingkah laku seperti simpanse.
Aku terbelalak ketika aku menyadari sosok itu adalah seorang anak kecil, dan sosok yang memerintahnya adalah Tuan Baldur. Ia menarik rantai itu ke sana dan ke mari, anak itu mengikutinya sambil merangkak. Ia tidak bertingkah seperti manusia. Caranya makan, minum, bahkan bagaimana Tuan Baldur memperlakukannya.
Itu tidak bisa diterima olehku. Aku bergidik ngeri ketika anak itu enggan memakan sesuatu yang dilemparkan kepadanya. Tuan Baldur memberikannya cambukan yang sangat keras.
Sial, aku ketakutan. Aku tidak percaya dengan yang aku lihat.
Anak itu menyadari keberadaanku, ia melihatku lamat-lamat. Aku tidak sanggup, jantungku berdebar. Sorot mata anak itu membuat Tuan Baldur menyadari keberadaanku. Buru-buru aku menjauh dari jendela dan lari terbirit-birit.
Apa yang baru saja aku lihat? Apakah hal itu diperbolehkan? Tidak, tidak. Itu bukan hal yang baik. Bagaimana pun, itu adalah manusia, seorang anak. Ya Tuhan, bahkan aku enggan berhenti berlari karena hal itu.
Gelap malam menghalangi pandanganku. Tanpa kusadari, aku menabrak seseorang. Lantas aku terhenti dan cepat-cepat mencari tahu siapa ia. Napasku sedikit lega, itu bukan Tuan Baldur, hanya Helmut dan saudaranya Siegfried yang terlihat serius dengan percakapan mereka sebelumnya. Tanpa menunggu lama, aku segera menundukkan kepalaku dan meminta maaf. Bagaimana pun mereka jauh lebih tua daripada diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Der Schmetterling
Детективи / ТрилерKonrad Schröder, seorang remaja tanggung yang tinggal di sudut kota Berlin. Kekerasan, pertengkaran orang tua, dan perginya figur ayah membuat hidup pemuda itu dihantui kekelaman. Suatu hari seorang bocah misterius mendatanginya, mengaku dirinya ada...