Bab 41 | Dari Heinz: Kakak yang Dikagumi

27 9 0
                                    

Keponakanku yang malang baru saja mengalami kisah tragisnya. Aku menyesal pergi dari hidupnya meskipun itu untuk sementara waktu. Aku meninggalkannya ketika ia masih sangat kecil. Waktu itu, Rudolf memperingatkanku untuk tidak mendekati keluarganya lagi. Ah, kakakku itu adalah orang yang sangat rumit.

Kini ia meninggalkan anaknya dalam keadaan yang mengenaskan. Keponakan kecilku sudah tidak kecil lagi. Aku selalu berharap ia menjadi pria dewasa yang bahagia. Namun, yang kutemui hari ini adalah dirinya yang menyedihkan. Ia kecanduan rokok. Aku tidak tahu sejak kapan itu terjadi. Sepertinya sudah lumayan lama, dan tidak ada orang dewasa di sekitarnya yang peduli dengan itu.

Kini ia mulai mempertanyakan asal-usulnya. Ia mulai tertarik dengan keluarganya, yaitu sekumpulan orang yang tidak ia kenali. Sesungguhnya ini adalah hal yang sulit kukatakan kepadanya. Ia sangat muda. Seharusnya usia keponakanku itu baru lima belas tahun. Sekarang aku mengerti, ia melewati banyak hal buruk ketika aku meninggalkannya. Sekarang ia tampil seperti pria tua yang tersiksa dengan beban hidupnya. Oh, keponakanku yang malang.

Aku berjanji kepadanya untuk menceritakan apa yang aku tahu mengenai keluarga kami. Bagaimana pun aku harus menceritakannya, mengingat Konrad adalah orang yang sulit aku tangani. Aku mulai melihat wataknya yang keras seperti yang kulihat pada Rudolf.

Begini, aku akan memulai ceritanya ketika usiaku masih belia. Kami tiga bersaudara, dan aku adalah anak yang terakhir. Aku lahir pada tahun 1949. Sejak lahir aku tidak diurus oleh Ibuku sendiri. Aku lebih familier dengan seorang wanita gemuk dengan tudung di kepalanya, ialah Paulina. Ia adalah seorang asisten rumah tangga di keluarga kami. Aku menghabiskan masa kecilku bersamanya.

Aku tidak sedekat itu dengan orang tuaku. Orang tuaku suka sekali bepergian. Ketika usiaku delapan tahun, Paulina berkata kepadaku, bahwa yang dilakukan oleh orang tuaku selama ini adalah untuk pekerjaan.

Ayahku sibuk dengan kamera dan film. Ia hidup di dunia yang penuh dengan tumpukan skenario. Ketika aku kecil, aku tidak mengerti apa yang dilakukan ayah. Aku ingin mendengar itu dari mulutnya. Aku ingin sekali mendengar cerita ayah dan menghabiskan waktu bersamanya.

Namun, malah Paulina yang menjelaskan kepadaku. "Ayahmu adalah seorang sutradara," katanya. Lagi-lagi aku tidak mengerti. Paulina bersabar menghadapi ketidaktahuanku. Ia berlutut, dan menjelaskannya dengan sederhana. "Ayahmu membuat film."

Pada hari berikutnya, aku datang lagi kepada Paulina. Aku bertanya kepadanya tentang apa yang dilakukan ibuku. Ketika ibu di rumah, ia selalu bernyanyi dan menyasap segelas anggur. Ibu bertingkah anggun dan selalu bersolek. Ia tidak pernah berbicara dengan kami. Ia selalu sibuk dengan tumpukan kertas dan berbicara sendiri.

"Ibumu adalah seorang aktris," kata Paulina. Kemudian aku bertanya lagi kepadanya. "Apa itu aktris, Paulina?" aku sangat penasaran. Paulina berlutut dan menjelaskannya lagi kepadaku. "Ibumu memerankan tokoh dalam film, seperti berlakon," katanya.

Apa yang dikatakan Paulina membuatku sangat tertarik. Tiba-tiba saja aku ingin sekali mengenal ayah dan ibuku. Menunggu kepulangan mereka adalah hal yang sangat menjenuhkan. Rumah sangat sunyi. kakak-kakakku sama tidak pedulinya. Mereka sibuk dengan kehidupan masing-masing.

Seperti yang kukatakan pada awal cerita, kami tiga bersaudara. Di antaranya ada Erwin sebagai anak tengah. Ia empat tahun lebih tua dariku. Ia selalu mengusirku setiap kali aku mendekat dan mengajaknya berbicara. Katanya aku sangat mengganggu. Erwin terlalu sibuk dengan violinnya. Ia memiliki seorang guru yang akan memukulnya ketika ia lengah dan bermalas-malasan. Erwin sering menangis ketika ia kewalahan dengan tuntutan itu.

Erwin sering mengumpat dan membanting perabotan rumah. Ia kesulitan mengendalikan emosinya. Erwin kelelahan, tetapi ia tidak bisa beristirahat. Diam-diam ia membenci gurunya, tetapi ia tidak bisa lari darinya. Ibuku yang membentuk Erwin. Ia ingin sekali kakakku itu menjadi anak yang ia inginkan.

Der SchmetterlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang