"Yaudah ya Vi, aku pulang dulu."
"Kamu yakin Sar nggak mau nginep aja? Udah malam juga loh."
Sarah tersenyum menatap sahabatnya yang bernama Viona. "Besok aku kerja, takutnya nggak keburu kalau berangkat dari sini."
Viona memutar bola matanya malas. Selalu saja menggunakan alasan itu jika Sarah menolak untuk menginap. "Yaudah aku antar aja gimana?"
"Nggak usah Vi, beneran nggak papa. Lagian kamu pasti capek. Kamu juga perlu istirahat." Sarah memberikan tatapan yang meyakinkan agar sahabatnya tidak khawatir. "Kalau kamu antar aku, yang ada aku nanti juga khawatir kalau kamu pulang sendiri."
Viona tergelak. Inilah kesamaan mereka yang membuat persahabatan mereka semakin erat, sama-sama mempunyai rasa tidak tegaan.
Sarah menggelengkan kepalanya, "Jangan keras-keras."
Rasanya Sarah sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Viona, gadis yang begitu baik padanya. Setiap dia mempunyai masalah, Viona-lah yang kerap kali membantunya. Ibaratnya, Viona sudah mengetahui sebagian dari hidupnya, sebab mereka sudah bersahabat sejak duduk dibangku menengah pertama. Hingga sampai kini persahabatannya masih terjalin begitu baik di perantauan. Bedanya, Viona lebih beruntung darinya, Viona merantau untuk melanjutkan pendidikannya, sedangkan dia untuk bekerja demi menghidupi dirinya sendiri dan ibunya di kampung halaman sana. Tidak ada hal berharga yang Sarah miliki selain ibunya, maka dari itu sebisa mungkin dia akan membahagiakan ibunya semampu yang dia bisa. Kebahagiaannya adalah nomor ke sekian, namun untuk kebahagiaan ibunya Sarah akan menjadikannya nomor satu.
Ayah Sarah sudah meninggal sejak dia duduk di sekolah dasar. Bertahun-tahun ibunya berjuang sendiri untuk menghidupinya dan menyekolahkannya hingga tamat sekolah menengah atas. Sebenarnya ibunya ingin menyekolahkannya hingga sarjana. Namun Sarah menolaknya, sebab dia tidak ingin terus menerus menjadi beban ibunya. Sudah cukup bertahun-tahun ini ibunya berjuang sendiri, sudah saatnya dia yang menghidupi ibunya.
"Beneran?"
Sekali lagi, Sarah mengangguk penuh keyakinan. "Jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri."
Viona menghela nafasnya. "Yaudah, tapi kamu tetap kabarin aku ya kalau udah sampai."
"Pasti."
Sebelum mereka berpisah, mereka saling berpelukan. Meskipun satu kota, mereka juga tidak bisa bertemu setiap saat seperti dulu. Ada kesibukan masing-masing yang memaksa mereka berpisah. Namun, pertemuan seperti hari ini tetap menjadi rutinitas mereka selama hari libur.
Sepanjang lorong apartemen, Sarah tidak menemukan satu orang pun yang berpapasan dengannya. Mungkin saja para pemilik kamar sudah berisitirahat mengingat ini sudah pukul sembilan malam.
Baru saja membatin, dari belokan lorong Sarah melihat kemunculan sosok laki-laki dengan kemeja putih yang melekat di tubuhnya. Tangan kanannya meneteng jas beserta dasinya. Dari cara jalannya, Sarah pikir laki-laki itu tengah pusing, sebab jalannya sedikit limbung.
Saat melihat wajahnya, Sarah mengernyitkan keningnya, dia merasa wajah itu seperti tak asing baginya. Namun karena tak terlalu jelas, Sarah memilih tak peduli. Mungkin saja itu hanya perasaannya saja.
Kurang dari lima langkah mereka berpapasan, barulah Sarah melihat dengan jelas wajah laki-laki itu.
"Jadi ternyata Viona satu apartemen sama adik iparnya Mbak Selina?"
"Berkali-kali aku ke sini kayaknya baru pertama aku lihat adik iparnya Mbak Selina."
Di tengah-tengah pemikirannya sendiri, Sarah menghentikan langkahnya saat merasakan tangannya seperti di cekal oleh seseorang. Begitu menoleh, Sarah baru menyadari kalau mereka sudah berpapasan.
"Ada yang bisa saya bantu?" Sarah bertanya bingung saat laki-laki ini tak kunjung melepas cekalannya.
Laki-laki di depannya mengangguk. "Saya butuh bantuan kamu."
Sarah pikir, laki-laki di depannya ini akan memintanya untuk membantu mencarinya obat atau yang lain. Namun pemikirannya ternyata salah besar. Niat baiknya untuk membantu, justru dia malah mendapatkan hal yang membuatnya menyesalinya seumur hidup.
~~•••~~
To be continued...
Yeayyy akhirnya lapaknya Mas Arka sendiri launching 🥹💕
Kasian kalo nggak di buatin cerita secepat mungkin, sakit hatinya parah banget masalahnya 😩
Seberapa antusias kalian nunggu ceritanya Mas Arka dari 1-10???
Sebenarnya aku masih maju mundur mau launching cerita baru, takut kalo nggak konsisten update karena pegang 2 cerita sekaligus. Tapi karena aku nggak sabar, jadinya aku keluarin aja ceritanya Mas Arka ini biar jalannya seimbang sama ceritanya Mas Raka, biar adil juga hehe🤭
Karena aku pegang 2 cerita sekaligus, mungkin updatenya gantian ya karena nggak mungkin juga aku ngebut berpart-part, takutnya malah jadinya jelek dan kurang dapet feel-nya 😩
Pokoknya aku mau berterimakasih banyak atas dukungannya sampai aku di titik sekarang ini. Niat aku nulis makin menggebu-gebu kalo kalian pada antusias vote dan komen ceritaku😊
Okay, sekian untuk hari ini. Jangan lupa vote, komen dan follow💕
Note: Pas di ceritanya Selina, Sarah ini kan masih 19 tahun, pas itu dia udah kerja sama Selin sekitar 1 tahunan. Berarti kan Sarah kerja sama Selin udah dari umur 18 kan ya pas baru lulus SMA. Nah kejadian ini kan 2 tahun kemudian kayak ceritanya Mas Raka dan Mba Gistara, jadi cerita mereka itu hampir sejalan loh guys tahunnya. Jadi umur Sarah sekarang 21 tahun, udah kerja selama 3 tahun dan udah mau masuk tahun ke 4 gitu, paham ga guys?
Kalo Arka sendiri umurnya 27 tahun. Btw Sarah ini seusia sama Kania yaa.
6 Februari 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
Fiksi UmumSarah Arabella Risty adalah gadis rantau dari desa. Selama bertahun-tahun dia hanya hidup berdua dengan sang Ibu. Sedangkan Ayahnya telah tiada sejak dia duduk di sekolah dasar. Hidup di kota besar dengan bermodalkan ijazah SMA bukanlah hal yang mud...