• Bertahan

2.2K 162 23
                                    




H-2 nih boss senggol dong

Eh dua hari lagi tgl 12 kan?

Februari gak ada tgl 11 kan?











Tanganya mengusap lembut baru nisan itu. Semuanya masih terasa seperti mimpi. Memang rencana tuhan tidak ada yang tahu. Semuanya bisa pergi kapan saja. Jadi hargai semasih ada. Contohnya keluarga, sahabat, atau orang-oranh yang sangat memperhatikan kalian.


"Aku bawain makan buat Kak Marsha. Aku kesini sama Acha kak. Acha juga bawain jus strawberry kesukaan Kak Marsha..." ia menaruh makanan dan juga minuman di sebelah batu nisan gadis itu.



"Rasanya aku masih bisa denger suara kamu disini. Aku belum bisa iklas sebelum aku lihat orang yang buat Kak Marsha pergi dapat hukuman yang setimpal. Aku bakal dateng ke pengadilan nanti. Bantu aku dari sana ya?" Kini ia menatap gadis di sebelahnya "Acha mau ngomong sesuatu sebelum kita balik?" Tanyanya kepada gadis itu.





"Kak Marsha? Acha kesini cuma mau bilang makasih banyak karna udah sayang dan jagain Joyya selama ini..."

Ia tersenyum haru melihat Acha yang sudah kembali seperti dulu lagi walaupun sikap gadis itu sudah mulai dewasa. Ia segera berdiri dan mengulurkan tanganya dengan tersenyum.








Acha pun dengan senang hati menautkan tanganya dan ikut berdiri.
"Hari ini jadwal Acha cuci darah. Anterin ya?"

"Siap tuan putri" mereka tertawa terkekeh bersama. Saat itu mereka langsung menuju kerumah sakit untuk melakukan cuci darah rutin Acha. Saat di dalam mobil ia menatap gadis yang tengah fokus menyetir itu.







Zoyya yang menyadari jika Acha menatapnye segera menoleh.
"Kenapa?"

"Engga..." jawabnya namun tetap menatap gadis itu. Zoyya yang di tatap seperti itu merasa bingung dan canggung. Bahkan untuk menelan ludahnya pun ia kesulitan.

"Khmmm- Acha kenapa gak sama Sean aja kerumah sakitnya?" Tanya Zoyya fokus pada jalanan.

"Dia sibuk latihan" masih menatap Zoyya.

"O-owhhh..."


Sesampainya dirumah sakit seperti biasa mereka melakukan apa yang harus mereka lakukan. Zoyya senantiasa menunggu Acha sampai selesai melakukan cuci darahnya. Saat itu dokter Revan memanggil Zoyya yang terduduk di sebelah Acha.

"Bisa bicara sebentar?" Tanya Dokter dan Zoyya langsung mengangguk.

"Aku keluar bentar ya. Tunggu disini nonton upin ipin dulu..." Zoyya tanpa ragu mengusap ujung kepala gadis itu sama seperti dulu lagi.






"Ada apa ya dok?" Tanya gadis itu karena baru kali ini dokter ingin mengajaknya berbicara empat mata.

"Jadi karna keluarga Acha gak dateng kesini, saya menyampaikan pesan ini sama kamu aja ya" ujar dokter dan ia pun mengangguk. Dokter Revan membawa beberapa kertas penting di tanganya yang akan ia tunjukan kepadanya.






"Hari demi hari kondisi Acha akan semakin lemah. Pastikan selalu ada orang sama dia kapan pun itu dan bawa alat bantu pernafasanya" jelas dokter.

"Baik dok. Saya akan pastiin Acha aman" jawabnya mengangguk pasti.

"Satu lagi yang mau tidak mau harus saya sampaikan. Saat ini Acha sudah masuk kanker stadium 4. Dengan berat hati saya juga harus mengatakan hal ini..." dokter Revan menjeda sebentar.



CAN WE?  DELSHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang