• Cinta dan Benci

972 126 21
                                    











Pagi ini mereka sampai di sekolah secara bersamaan. Masalah apa yang terjadi kepada kedua temanya itu membuat mereka mau tak mau harus mencoba berdamai dengan keadaan.

"Lo udah tau soal Zoyya sama Acha?" Tanya Dara di balas anggukan canggung.

"Gue juga kalo jadi Acha bakal sedih Ra..."

"Eh mereka sama-sama sedih kali. Lo tau sendiri gimana sayangnya si Zoyya dari dulu sama Acha" mereka mengobrol sembari perlahan berjalan menuju kelas.

"Dari awal gue udah tegasin ke Zoyya kalo hubungan segender itu sulit..." ujar Dara membuat gadis di sebelahnya itu menolehnya.






"Tapi kalau cinta gimana?"

"Ya lebih baik di pendem aja..."

"Gitu ya...?"

Setelahnya mereka sama-sama matpik hingga sampai di dalam kelas. Mereka benar-benar terdiam karena tak tahu harus berbicara apa.



"Lo jadi pergi Ren?" Tanya Dara tanpa menatap lawan bicaranya dan memilih untuk memainkan ponselnya saja.

"Gu-"

"Gue nanya bukan berarti gue ngusir lo ya" Dara yang langsung klarifikasi takut gadis itu salah paham.

"Iyaiya! Menurut lo gue harus pergi atau engga?"


"Kok jadi nanya ke gue?"

"Soalnya lo gak jelas Ra"

"Gak jelas gimana?"

"Engga..." Rena mengurungkan niatnya yang awalnya ingin berharap jika gadis itu mau jujur kepadanya. Saat itu Acha sudah datang. Mata gadis itu terlihat sembab jelas ia pasti menangis semalaman.



Acha langsung duduk di tempat duduknya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Rena dan Dara saling menyenggol di bawah sana. Merka berdua mempersiapkan diri untuk berbicara dengan gadis itu.

"Acha? Gue boleh nanya sesuatu gak sama lo?" Tanya Rena dengan pelan namun gadis itu tak mengubrisnya.

"Kayaknya sekarang belom waktunya Ren..." bisik Dara kepada Rena dan gadis itu pun mengurungkan niatnya. Bel sebentar lagi akan berbunyi namun terlihat Zoyya masih belum datang. Hingga pada akhirnya jam pelajaran pertama sudah di mulai.





Guru sudah memasuki kelas dan melakukan absensi kepada siswa di kelas.
"Zoyya gak masuk?"

"Gue juga gak tau..."

Setelah melakukan absensi, guru mulai menjelaskan mata pelajaran jam pertama. Saat itu Acha menatap bangku kosong di sebelahnya. Ia bertanya-tanya kemana gadis itu dalam hatinya. Walaupun masih kesal, Acha tetap perduli dengan Zoyya namun ia mencoba tenang.







Selama guru menjelaskan di depan sana, Acha sama sekali tidak fokus karena terus-terusan memikirkan gadis itu.

"Maaf Buk saya terlambat..." ucap seseorang membuat semua siswa yang tengah mencatat itu menoleh ke arah sumber suara. Kali ini Zoyya terlihat tak tergesa-gesa seperti ia terlambat di hari sebelumnya. Wajah gadis itu terlihat tenang dan datar.



"Kemana aja kamu hampir telat sejam?" Tegas guru itu "Ngapain masih disitu? Kamu gak di izinin ikut kelas saya! Pergi ke lapangan, lari keliling lapangan sampai jam pelajaran saya selesai!"

"Baik buk..." saat itu mata mereka bertemu seperkian detik hingga akhirnya Zoyya membuang tatapanya dan pergi menuju lapangan. Sebenarnya pagi ini ia sengaja telat agar tidak duduk di kelas bersama Acha karena mereka masih canggung. Apalagi mereka baru saja putus kemarin malam. Zoyya tak mau jika gadis itu merasa tak nyaman dengan keberadaanya.




CAN WE?  DELSHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang