• Birth day

1.8K 137 16
                                    













Ia menumpu dagu di atas brankar tanpa henti menatap gadis cantik itu.
"Kenapa liatin Acha terus?" Yang tadinya sibuk nyemilin buah-buahan kini aktifitasnya terhenti.

"Acha cantik..." ucapnya tanpa ragu sedikit pun. Ia meraih satu pergelangan tangan Acha dan menariknya untuk menumpu dagunya.


"Joyya?"

"Mmmmm?" Dehamnya dengan lembut.

"Gak capek ya nganter Acha cuci darah terus?"

"Engga, kenapa nanyain itu mulu sih?" Hampir setiap Zoyya mengantarkan gadis itu cuci darah, ia selalu mendapatkan pertanyaan yang sama.








"Siapa tau aja kan"

"Kenapa?" Zoyya kembali dibuat overthinking. Ia merasa jika gadis itu tidak ingin jika Zoyya mengantarnya lagi. Mengingat keadaan saat ini Acha sudah memiliki Sean sebagai kekasih. Pasti mereka ingin menghabiskan waktu berdua fikirnya.




Zoyya yang tadinya menumpu dagunya pada punggung tangan Acha kini menegakan tubuhnya kembali.
"Engga-engga bukan gitu maksud Acha" ucap Acha cepat saat ia mengerti apa yang Zoyya fikirkan yang bahkan Acha belum mengatakan apapun.

"Joyya pasti mikir kalau Acha mau di anterin Sean kan?"

"Iya. Sedih banget sekarang udah engga bisa kaya dulu lagi. Aku ngerti kok sama keadaan kita yang..." Zoyya tidak melanjutkan kalimatnya segera di sambung Acha.







"Segender...?" Ucap Acha dan gadis itu mengangguk tipis.

"Udah deh jangan di bahas, aku gak mau Acha ngejauh lagi" Zoyya berusaha keras mencairkan suasana dan berusaha untuk tetap tersenyum. Acha kini terdiam menatap gadis di hadapanya itu. Zoyya yang merasa di tatap tanpa henti kini berusaha memikirkan cara untuk membuka sebuah topik baru.

"Cieeee yang besok ultah, mau hadiah apa nona?" Zoyya mengalihkan topik pembicaraan mereka.





"Hadi-" baru saja mau menjawab, seorang dokter yang terlihat masih muda itu memasuki ruangan. Dokter itu adalah asisten dari dokter yang biasanya menangani Acha setiap cuci darah.

"Permisi maaf mengganggu waktunya...saya Shani, asisten dokter Revan. Baru saja Dokter Revan meminta saya untuk memberitahu pasien atas nama Acha bahwa waktu cuci darah tinggal 30 menit lagi..." ucap Dokter tersebut.


"Buset cantik bener apa ga klepek-klepek dokter Revan- ashhhhh" Acha dengan reflek menampar siku gadis yang duduk di sebelahnya itu.

"Makasih ya dok...maaf ini temen saya emang suka ga ke kontrol mukutnya hehe..."

"Tapi seriusan asli dokter cantik banget dok, mana masih muda lagi"

"Paansi yakali tua jadi dokter"

"Eh ada tau dokter kakek-kakek"

"Dimana!"

"Yang cabutin gigi aku dulu"

"Ngaco"

"Ga percaya banget sih"

"Biarin"




Mereka asik sendiri sementara Dokter Shani geleng-geleng melihat kelakuan dua bocah SMA itu.
"Nih dokter nih kasih tau kalau dia harus sembuh dan jangan ngeluh-ngeluh dok" Zoyya menunjuk-nunjuk Acha seolah mengadu kepada dokter muda itu.

"Siapa yang ngeluh coba?"

"Acha tiap hari ngeluh males cuci darah kan?"

"Zoyya, nama kamu Zoyya kan?" Seketika kedua gadis itu menoleh dan menghentikan keributan mereka.


CAN WE?  DELSHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang