• Honesly

1.8K 121 2
                                    









"Acha...sebenernya aku su-"

"Zoya!" Panggil seseorang membuat suaranya tertahan. Gadis itu mendekat membuat tangan Zoyya yang tadinya menggenggam tangan Acha kini terlepas.

"Zoy ikut gue bentar"

"Kemana?"

"Udah ikut aja!" Ucap Dara membuatnya bingung begitupun juga dengan Acha. Dara segera menarik Zoyya karena diam terlalu lama.

"Acha gue pinjem Joyya lu bentar ya" ucapnya seraya menarik Zoyya pergi.





"Lo udah gila ya?" Tanya Dara setelah dia melepas genggamanya.

"Lo apaansi narik-narik terus ngatain gue gila?"

"Gausah pura-pura bego!" Dara juga termasuk teman baiknya dari awal sekolah disini walaupun terkadang gadis itu sangat blak-blakan dan suka ngomong kasar.




"Apaan sih? Lo kali yang gila"

"Lo suka kan sama Acha?" Wajah Zoyya kini berubah menjadi gugup.

"S-suka apaan yakali..."

"Gue gak sebego itu. Jelas banget gue liat dari gerak-gerik lo tiap sama Acha. Gue udah tau dari lama, gue kira lo bakal pendem itu" jelasnya membuat Zoyya pasrah.

"Iya gue suka sama Acha. Terus kenapa?"

"Fikirin dulu mateng-mateng resiko-"

"Gue siap nerima resikonya" sela Zoyya cepat.

"Termasuk Acha gak mau lagi deket sama lo?" Hal itu berhasil membuat Zoyya terdiam "Gue tau cinta itu gak mandang gender, dan cinta itu adalah dimana kita ngerasa nyaman sama orang itu, tapi gak semuanya bisa bersatu Zoy..." lanjutnya.





"Tapi Acha udah jauhin gue sebelum gue ungkapin perasaan gue Ra..."


•••




Acha POV



Kata-kata dari Joyya tadi bener-bener buat aku ngerasa gugup. Selama pelajaran berlangsung, tanpa sesekali aku mencuri pandang menatap gadis di sampingku dan berkata lirih di dalam hatiku.

'Joyya sayang sama Acha sebagai sahabat kan...? Tadi itu maksudnya apa? Apa Acha harus percaya sama apa yang Acha fikirin kalo maksud Joyya, Joyya suka sama Acha?'



Aku langsung ngalihin pandanganku karna Joyya sadar aku menatapnya.
"Minta jawaban nomor delapan dong..." ucapnya padaku dengan santai seolah yang tadi itu tidak pernah terjadi.

Aku menggeser buku tulisku supaya Joyya bisa melihatnya. Biasanya aku akan mengatakan jawabanya namun karna sekarang aku merasa gugup, aku biarin aja Joyya yang liat sendiri.





"Acha?"

"Mmmm...?" Jawab ku tanpa menoleh karna takut ketauan gugup. Joyya memegang bahuku dan mengarahkan tubuhku menghadapnya.

"Acha sakit?" Dia ngecek suhu tubuhku dengan tanganya yang dia tempel di kening ku.

"E-enggak" aku menyingkirkan pelan tanganya.

CAN WE?  DELSHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang