• Genggam keduanya atau melepas salah satunya

1K 141 25
                                    
















'Gimana caranya ngasih ini ke Acha ya...?'





Ia menatap kalung itu dengan posisi merebahkan dirinya di atas sofa ruang tamu. Sebenarnya ia ingin sekali memasangkan kalung itu kepada Acha namun ia enggan untuk mengatakanya.

"Apa gue samperin aja kerumahnya? Coba pura-pura mau ketemu aunty Vera lagi?" Gumamnya. Saat itu ia berdecak lalu beranjak dari tempat tidur dengan riangnya. Sebelumnya ia memakai jaket terlebih dahulu karena cuaca diluar malam ini cukup dingin.




"Tapi..." ia menghentikan langkahnya daat hendak membuka pintu kamar "Om Arga marah gak ya kalau gue tiba-tiba dateng...? Ah gak penting, yang penting kalung ini harus gue pakein ke Acha sekarang juga" ia langsung bergegas pergi menggunakan sepeda motornya karena ia malas memakai mobil. Menurutnya pakai motor menjadi lebih cepat dan menghemat waktu.







Sampai akhirnya ia tiba di rumah Acha. Ia sengaja parkir di depan gerbang karena ia enggan untuk membawa motornya masuk kedalam. Matanya di alihkan dengan banyaknya tumpukan kardus di sebelah tempat sampah depan rumah Acha. Ia merasa penasaran dengan tumpukan-tumpukan kardus itu. Saat itu Zoyya membuka sebuah kardus dan ia terkejut dengan apa yang ia lihat di dalamnya.




Saat itu juga sebuah truk sampah yang bertugas di malam hari mendekat. Para petugasnya turun dan hendak mengambil kardus di hadapan Zoyya.

"Punten Neng, ini kardusnya teh mau di buang?"

Zoyya berdiri dan menatap kardus yang ternyata isinya barang-barang yang ia berikan kepada Acha selama ini.


"Di simpen juga buat apa?"

"Kalung itu udah gak ada artinya lagi..."









"Neng?" Zoyya tak menjawab hingga membuat petugas yang harus segera menyelesaikan tugasnya itu mengambil kardus-kardus itu tanpa menghiraukan Zoyya yang masih berdiri mematung dengan matanya yang berkaca-kaca.





Suara gerbang terbuka dan memperlihatkan sosok gadis yang baru saja berlari dengan nafas tersenggal.
Gadis itu terkejut melihat keberadaan Zoyya disana. Ia sulit menelan ludahnya sendiri karena takut jika Zoyya baru saja melihat isi kardus itu.






"Pak tunggu!" Acha mencegah petugas kebersihan itu yang hendak melempar kardus ke dalam truk.

"Tolong itu mau saya ambil lagi..."

"Baik Neng"

"Maaf ya Pak..."





Acha mendapatkan kardus itu kembali. Saat itu ia menatap Zoyya yang terlihat sendu. Acha tahu pasti jika gadis itu pasti sedih karena pemberianya hendak di buang semua oleh Acha.

"Lo ngapain malem-malem disini? Ada perlu sama mamah...?" Tanya Acha sepelan dan se-hati-hati mungkin.



"Biar gue aja yang simpen..." suaranya bergetar karena berusaha menahan tangisnya. Zoyya memalingkan wajahnya saat air mata itu menetes "Kalo udah gak penting biar gue aja yang simpen..." ia menunduk dan menangis sendu.





Acha segera menaruh kardus itu dan mendekati Zoyya.
"Acha gak bermaksud buat buang itu. Jangan nangis...itu sebenernya karna kemarin lagi emosi aja. Acha bakal balikin ke kamar kok. Itu kan gak jadi dibuang. Joyya liat sendiri kan? Hei...?" Acha mencoba menenangkan Zoyya seperti sedang menenangkan seorang anak kecil yang menangis.



Zoyya kini menatap gadis itu.
"Itu liat Acha gak jadi buang kok"ucapnya dengan menggeleng-geleng dan menyilang-nyilangkan tanganya berusaha menjelaskan agar gadis itu tak menangis lagi. Namun, hasilnya nihil. Zoyya tetap menatap Acha dengan nafas tersenggal karena menangis.








CAN WE?  DELSHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang