Akankah bertahan?

29 3 0
                                    



Happy Readingggg


"Kadang memang harus memberi sedikit ruang agar tidak hancur, jika dipaksa maka akan ku pastikan kau akan menyesal."
- Kiral Ghanem Advaya.


Pagi pagi sekali Sagara datang ke rumah Sera, sedari malam hati nya tak tenang karena pesan nya pun tak kunjung di balas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi pagi sekali Sagara datang ke rumah Sera, sedari malam hati nya tak tenang karena pesan nya pun tak kunjung di balas. Sera tak mendapat shift pagi melainkan sore jadi diri nya bisa bersantai atau sekedar menonton kartun favorit nya.

Sagara tak ada kelas jadi diri nya nekat datang ke rumah Sera pagi ini, namun gerbang rumah itu masih tertutup rapat. Pesan di ponsel nya membuat mata nya melirik, lagi lagi pria itu tak kunjung menyerah menghubunginya.

"Aku di depan rumah kamu, Ser. Tolong temuin aku dulu." isi pesan itu membuat mata nya tak mengedip, pria itu ajaib.

Buru buru ia keluar rumah, mata nya menatap penampilan pria itu. Hanya memakai hoodie dan celana pendek selutut namun tak mengurangi ketampanan yang di milikinya.

Sera bertanya, "Kamu ngapain disini?"

Sagara bersyukur setidaknya gadis itu sudah mau berbicara dengannya, "Mau jelasin, izinin aku jelasin ya?"

Sera mengecek jam di tangan nya, "30 menit, aku sibuk."

"Aku minta maaf karena ingkar janji, aku minta maaf karena semalem aku ketemu sama Lea juga." ujar Sagara.

Jujur memang menyakitkan, namun senang karena kebohongan pun tak sudi rasanya. Nama gadis itu membuat nya mengerti bahwa berarti semalam pria itu terlalu asik berbincang. Apa yang kamu lakukan jika pria yang dahulu mencintai sahabatnya kini menjadi pacarmu? namun, gadis itu kembali lagi.

"Lea pindah ke bandung lagi, dia juga bakal pindah ke kampus yang sama bareng aku." Sera diam mendengarkan penjelasan Sagara. Wajah nya tetap datar, entah mengapa ada rasa tak nyaman menyusup ke hatinya.

Sera siap mengeluarkan isi hatinya, "Kabar itu penting, Gar. Kamu cuma butuh satu menit buat ngasih kabar ke aku, aku nunggu kamu setengah jam di cafe yang udah sepi."

"Tapi kamu asik ngobrol sama Lea." suara itu terdengar berat berisi banyak kekecewaan. "Kalo dari awal kamu ngabarin pun aku gak akan sekecewa ini, aku nunggu kamu sampe cafe sepi."

"Maaf." hanya kata maaf yang mampu ia ucapkan.

Sera tersenyum getir, "Kata maaf selalu jadi tameng, sampe kadang kata maaf tuh gak ada harga nya karena terlalu sering dijadiin tameng buat kesalahan."

"Maaf itu berharga, jangan gunain kata maaf ketika kamu udah ketauan ngelakuin kesalahan, nanti hilang harga nya." ujar Sera.

"Semalem handphone nya di silent, aku gak cek handphone aku." sesal Sagara. Ketika diri nya membuka ponsel milik nya, sudah banyak panggilan tak terjawab dan pesan yang membuat hati nya nyeri.

"Aku tau kamu nganter Lea pulang, Gar. Aku ngeliat kamu ngebonceng dia." ucap Sera sambil tersenyum manis, namun senyum itu berisi banyak kesedihan.

Semalam Zoe dan Sera tak sengaja bertemu dengan Sagara namun ada gadis di jok belakang motor pria itu, membuat suasana hati Sera semakin kacau.

"Aku maafin kamu." final Sera, masih pagi terlalu rumit juga mengeluarkan banyak tenaga untuk berdebat. Namun rasa kecewa itu tak mungkin hilang begitu saja, diri nya hanya menekan ego supaya tak terjadi pertengkaran.

Memang masih kecewa rasanya, namun jika hanya satu kesalahan membuat seluruh kebaikan pudar tak adil bukan?. Entah akan berubah atau akan tetap sama, manusia harus kehilangan terlebih dahulu baru sadar.

"Semalem aku mau ngasih kamu ini, tapi karena masalah semalem jadi ketunda." Sagara menunjukan dua tiker konser Nadin Amizah, postingan ulang tiktok milik gadis itu berisi konser Nadin.

Seharusnya Sera senang karena impian nya menyanyikan lagu lagu indah Nadin bersama orang yang di impikan nya, namun karena rasa kecewa nya dominan diri nya memilih menolak.

"Kapan kapan aja ya." tolak nya secara halus. Entah mengapa Sagara merasa kecewa mendengar tolakan gadis itu.

"Bahkan lagu amin paling serius nadin yang harusnya kita nyariin bareng gak bisa ngehapus rasa kecewa ini, Gar." lirih nya dalam hati.


*************


"Dek, abang mau ngobrol sama Sagara dulu ya." Kiral tetap izin terlebih dahulu, Sera setuju baru lah Kiral mengajak Sagara ke teras rumah nya.

"Kadang emang gak gampang ngelepasin sesuatu yang sebelumnya hadir di hidup kita selama bertahun tahun." Kiral berbicara langsung pada intinya. "Tapi lo gak bisa genggam dua hati."

Sagara paham kemana arah obrolan ini, Kiral sudah mengetahui semua nya. Tentang adiknya yang pulang bersama Zoe dengan wajah sedih, tentang Sagara yang bertemu dan mengantar Lea pulang, kebetulan Kiral berada di cafe itu bersama teman nya ketika mereka bertemu.

"Gue berusaha bang, Sera tetep yang terbaik buat gue sekarang." Sagara berbicara dengan wajah serius, membuat Kiral mengangguk.

Kiral kembali bersuara, "Takdir yang gak pasti emang bikin banyak harapan tumbuh, kalo tentang dia gak bisa lo hapus, jangan harap kelanjutan cerita lo kedepannya bakal lancar."

Sagara tak dapat menjawab, ia sudah menutup semua kenangan nya bersama Lea. Dan sekarang dia hanya bersikap sebagai sahabat dan orang yang di percaya oleh orang tua gadis itu.

"Lo terlalu brengsek kalo masih suka ke cewe itu, tapi sekarang bareng sama adik gue." Kiral menatap lekat wajah pria yang dicintai gadisnya. "Lepasin salah satunya."

"Gue beneran sayang ke Sera bang, perasaan gue buat Lea udah gue kubur dalem dalem." ujar nya dengan sirat wajah meyakinkan, memang diri nya tak memiliki perasaan yang sama lagi seperti dahulu.

Kiral menatap tanaman hias milik sang mama, "Manusia gak akan peduli gimana susah nya lo selesai sama masalalu lo, tapi orang yang ada di bab selanjutnya gak pantes dapet sakit hati karena itu."

"Kadang usaha gue gak seberharga itu ya bang?" gumam Sagara. "Dari awal tujuan gue buat bahagiain Sera, tapi kadang ada di satu titik gue ngerasa bahwa bayang bayang Lea masih ada."

"Gue mohon jangan sakitin adik gue, kalo lo gak bisa buat bahagiain Sera lagi. Tolong bilang ke gue, gue gak rela adik gue sakit." pinta Kiral. Sera mendengar semua percakapan itu, hati nya ikut sakit mengetahui fakta tersebut.

"Kadang sesuatu gak bisa di genggam terlalu erat, Gar. Lo butuh sedikit ruang buat semua nya." kata Kiral. "Semakin lo genggam dengan kuat yang ada malah hancur."

"Bang........." Sagara sudah tak mampu berbicara apapun, pikiran nya sangat kacau.

Kiral sudah terpancing emosi, lebih baik menyuruh pria itu pergi dari rumahnya,"Gue minta tolong lo pulang sekarang juga."

Sagara hanya mengangguk pasrah, tak ada yang melegakan hari itu. Masalah nya seakan semakin rumit, Sera tetap diam dan ucapan Kiral banyak benar nya. Namun, dirinya berani bersumpah bahwa rasanya untuk Lea sudah tidak ada, jika dirinya teringat Lea itu hanya karena Lea yang selalu bersamanya.

"Abang." panggil Sera ketika Sagara sudah pergi dari rumah nya, Kiral terkejut dengan kehadiran adik nya dari balik pintu.

Sera mendengar semua nya, "It's okee." ucap nya dengan senyum manis, namun dimata nya terdapat air mata yang siap tumpah.

Kiral memeluk tubuh adik nya, erat sangat erat seakan diri nya kehilangan baramg berharga nya. Sera tak mampu menahan sesak di dada nya, tangis nya terdengar perlahan isakan isakan kecil itu menyayat hati Kiral.

"Gue salah apa bang?" tanya nya, mata itu tak memancar kan sinarnya lagi.

"Gak ada yang salah, kisah kaya gini nyakitin semua tokoh di salam ceritanya." balas Kiral. "Semua nya ada di lo dek, lanjut atau selesai."

Bandung Dan SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang