Hari itu tiba.

22 2 0
                                    


Happy Readingg Sayangkuu




"Karena terlalu lelah, aku memilih untuk berhenti menyakiti diri sendiri, apalagi memaksa agar dapat terus bersamamu."

- Lavanya Anasera Tavisha.





Suasana rumah sederhana itu cukup ramai, nanti malam adalah acara yang di benci oleh Sera. Melihat sang mama menjadi istri orang lain, bahkan orang yang tak di sukai nya. Ingin rasanya ia mengamuk dan membuat acara itu berantakan, namun melihat senyum indah di wajah sang mama membuat nya mengurungkan keinginan nya.

Seorang pria mengamati gerak gerik gadis yang berjarak tak jauh darinya, wajah itu muram berbeda dengan suasana yang harus nya bahagia. Tak bisa di pungkiri hati nya pun tak nyaman namun diri nya berusaha menutupi itu semua, agar semua ini berjalan lancar meskipun harus menyakiti hatinya. Kiral melihat Sera yang tak bersemangat sejak tadi, gadis itu hanya diam tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh tante atau sepupunya.

"Loh kamu ko masih disini Ser? sana siap siap temenin mama kamu." perintah sang tante membuat Sera menatap tajam, menyebalkan sekali orang itu di mata Sera.

Sera melengos tanpa menjawab, ia mencari tempat yang sekira nya membuat perasaan nya membaik.

"Gak sopan." cibir sang tante mendengus kesal.

Kiral mengikuti langkah gadis itu, ia hanya ingin memastikan adik nya baik baik saja. Sedangkan Sera berkali kali membuang nafas panjang karena sudah muak dan geram sekali rasanya.

"Hari bahagia mama, tapi hari paling sedih buat gue." batin Sera, melihat kakak dan adik dari sang mama berbincang senang tanpa bertanya bagaimana keadaan dirinya.

Sera memilih untuk menepikan diri nya dari keramaian rumah saat itu, hati nya mencelos mendengar gelak tawa dan canda gurau sepupu serta saudara yang lain. Mereka begitu bahagia, tapi tidak dengan diri nya, Sera membenci semua ini.

"Ngejauh dari hal yang bikin lo sakit bukan suatu kesalahan kok dek." ujar Kiral melihat Sera hanya melamun menatap langit.

Gadis itu tak menjawab, ia melirik sebentar sang kakak. Pria itu memberikan senyum tulus nya, ia tahu jika senyum itu pun palsu.

"Gue temenin lo disini, kalo di dalem terlalu sakit buat lo." sambung Kiral, Sera hanya berdehem sebagai jawaban.

Hati Kiral seperti di remat, melihat keadaan yang sangat berbanding terbalik. Keluarga nya yang sedang bahagia karena ini hari pernikahan mama nya, dan adik kesayangan nya yang pasti sangat sedih karena dipaksa menerima keadaan. Bahkan yang sedarah pun seperti orang asing.

"Gue masih gak rela bang." keluh Sera, meski acara itu akan berlangsung nanti malam namun hati nya masih berat menerima.

"Kalo mau nangis, nangis aja.
Luapin semua perasaan lo, disini cuma ada kita." saran Kiral, mata gadis itu sudah berkaca seakan siap meluruh.

"Mereka bahagia banget ya, bahkan gak ada yang peduli sama perasaan gue atau nanya gimana keadaan gue." lirih Sera menatap keadaan rumah nya yang ramai.

"Are u oke?" tanya Kiral, ia hanya berusaha untuk menuruti keinginan gadis itu, meskipun diri nya pun tahu jika keadaan Sera jauh dari kata baik.

Sera menoleh, wajah nya tetap muram. "Oke."

Kiral mengelus sayang rambut Sera, bagi nya gadis itu sangat berharga. "Gak baik denial, kalo gak baik baik aja tuh harus jujur."

"Biar apa? kan yang peduli pun cuma gue sendiri." balas Sera sengit.

Bandung Dan SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang