bagian #8

641 15 0
                                    

         Zara melihat suaminya yang masih saja berkutat dengan laptopnya itu di ruang tengah itu.

Ia berinisiatif membuatkan kopi untuk lelaki itu, karena biasanya Akram sering meminum kopi coklat untuk menemani kerja malamnya.

Selesai jadi,ia langsung membawanya ketempat diamana lelaki itu berada.

"Jangan lupa diminum." Katanya dengan menampilkan senyum indahnya itu.

"Hm." Balasnya.

"Ko hm doang si,mas Akram gak mau ngucapin terimakasih gitu sama Zara." Tanyanya seraya menaik turunkan alisnya itu.

Perkataan itu membuat Akram langsung melirik istrinya itu seraya mengerutkan keningnya. "Jadi lo gak ikhlas buatinnya?" Tanyanya dingin.

"Ih bukan gak ikhlas lho mas Akram cuma ya biasanya juga kan pada gitu,masa gak ngerti si."

"Ya itukan biasanya?" Balasnya yang tak mau kalah.

"Yaudah kalo gak mau juga gapapa ko,yang penting di minum aja." Kata Zara dengan senyumnya yang tak luntur itu.

Lelaki itu tidak mengatakan apapun lagi dan fokus pada laptopnya lagi.

"Mas Akram." Panggilnya.

"Bisa diam gak si,gue lagi kerja tau." Ketusnya.karena jika gadis itu banyak bertanya, kerjaannya tidak akan selesai selesai.

Zara mengerucutkan bibirnya. "Mas Akram gitu banget si sama Zara." Gumamnya yang masih bisa di dengar oleh lelaki itu.namun Akram tidak mau peduli dengan hal itu.

Satu jam sudah berlalu dan Akram berhasil menyelesaikan pekerjaannya itu.

Ia menutup laptopnya dan melihat kesampingnya yang dimana Zara tertidur disana.padahal ia tadi sudah menyuruhnya tidur di kamar saja,namun gadis itu sangat keras kepala.

"Nyusahin dasar." Katanya seraya menggendong istrinya untuk di pindahkan ke kamar mereka.

         Paginya,lebih tepatnya sebelum subuh,Zara sudah terbangun dari tidurnya.ia melihat suaminya yang masih tidur disampingnya itu.

Senyumnya terukir karena seingatnya ia tidur di sofa ruang tengah semalam,tapi sekarang ia berada di kamar yang artinya semalam Akram menggendongnya sampai sini.

"Sayang banget,gue lagi tidur pas di gendong mas Akram." Sesalnya.

"Makin sayang mas Akram deh." Lanjutnya seraya mencium sekilas pipi Akram itu, mumpung orangnya masih tidur.

Diwaktu yang sama lelaki itu terbangun dan langsung menggeser tubuhnya saat tau apa yang baru saja dilakukan oleh istri nakalnya itu.

"Gausah nyari nyari kesempatan,lo." Ketusnya seraya mengusap ngusap pipinya yang tadi di cium Zara.

"Ih mas Akram gitu,lagian emangnya kenapa,kan Zara itu istrinya mas Akram.jadi boleh dong_"

"Lo gausah pura pura lupa,lo itu bukan siapa siapa gue jadi jaga batasan lo." Bentaknya yang langsung pergi ke kamar mandi seraya menutup pintunya dengan kencang.

"Gitu aja marah,dasar mas Akram." Gumamnya.

__

       "Mas Akram." Panggilnya.

"Apa?"

"Zara ikut nebeng ya ke sekolahan." Pintanya.

"Gak." Tolaknya.ia tidak mau pergi bersama Zara yang sangat banyak bicara itu.

"Kali ini aja mas Akram,masa tega si ngebiarin istrinya yang cantik,manis, menggemaskan ini naik angkutan umum terus." Ujarnya mencoba menego.

"Gue gak perduli." Ketusnya.

Zara yang mendapatkan penolakan terus menerus itu, langsung buru buru masuk kedalam mobil milik Akram tanpa seizin pemiliknya.

"Zar,lo apaan si.keluar." suruhnya.

"Gak mau,orang mau bareng." Balasnya seraya melipat kedua tangannya diatas dada.

"Gue yang gak mau bareng sama lo.ngerti gak si Zar." Bentaknya.

Kesabaran Akram memang setipis tissue maka jika berhadapan dengan gadis seperti Zara, emosinya Sangat mudah naik.

"Jadi mas Akram gak mau bareng Zara nih?" Tanyanya.

"Iyalah,males banget gue harus bareng sama cewek aneh kayak lo."

"Oke,zara akan turun dari mobilnya mas Akram tapi dengan satu syarat, gimana?" Tanyanya seraya menaik turunkan alisnya.

"Apa?" Tanyanya.

"Kiss Disini." Ujarnya seraya menunjuk pipinya itu.

"Apasi lo,gada.turun sana." Ujarnya yang menolak tawaran gadis itu.

"Yaudah kalo gak mau,Zara gak mau turun dan berarti mas Akram harus nganterin Zara sekolah."

"ZAR,TAU DIRI DIKIT NAPA.LO ITU UDAH NUMPANG DIRUMAH GUE,DAN SEKARANG MALAH GANGGU AKTIVITAS GUE." Bentaknya.

"Zara gak numpang ya,Zara tinggal disini karena emang udah seharusnya seorang suami itu ngasih tempat tinggal buat istrinya." Balasnya yang tak terima dikatain numpang itu.

"Sama aja."

"Beda tau."

"Udahlah Zar,gue udah telat.cepat turun."

"Zara kan udah bilang kalo mau Zara turun lakuin dulu syarat dari Zara.mudah ko gak susah."

"Gak sudi gue."

"Yaudah,itu artinya Zara ikut mas Akram bareng.kalo enggak,Zara lapor mama nih." Ancamnya.

"Tukang ngadu dasar." Cibirnya seraya menutup pintu mobilnya dengan keras.

"Dih sirik aja,orang cuma ngadu sama mama ko."

"Mama gue itu,bukan mama lo." Koreksinya.

"Mamanya Zara juga pokoknya." Ujarnya yang tak mau kalah itu.
 

  

AKRAM ZARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang