Bagian #46

746 22 2
                                    


Assalamualaikum

Budayakan vote setelah membaca ya man teman semuanya hargailah Author nya yang sudah jungkir balik mikirin alurnya hhe

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
















"Darimana kamu?" Tanya Elvin yang tidak sengaja bertemu diluar rumah dengan Zara.

"Dari danau." Balasnya apa adanya.

"Sendiri?" Tanyanya lagi.Zara mengangguk sebagai jawabannya.

Elvin berdecak. "Kamu itu lagi hamil besar lho,bentar lagi nginjak sembilan bulan.ngapain berangkat sendiri,ntar kal_"

"Tapi zara baik baik aja kan,ini pulang selamat selamat aja." Selanya seraya menampilkan cegirannya itu.

Ia tau kekhawatiran Elvin padanya, karena walaupun hanya sepupunya tapi Elvin sangat menyayangi Zara seperti adik kandungnya sendiri.

Laki laki itu menghela nafasnya pelan. "Yaudahlah,tapi jangan kayak gitu lagi ya.abang kwatir tau." Katanya.ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai Zara kenapa napa karena berpergian seorang diri ditengah kondisinya yang sedang hamil tua.

"Iya,abang," katanya dengan senyumnya. "Btw ini bawa apa?" Tanyanya antusias.

Elvin tersenyum dan menunjukkan apa yang ia bawa itu.dan setelah melihatnya Zara tersenyum karena yang Elvin bawa adalah makanan pesanan nya.

Laki laki itu kemudian mengajak Zara masuk untuk segera memakan makanan yang ia bawa itu.

__

  
      "Lho kamu lagi ngapain?" Tanya Rima pada Zara yang berada di dapur malam malam gini.

Zara menoleh dan menunjukkan buah apel yang ia makan itu seraya menyengir tanpa dosa.

Wanita paruh baya itu tersenyum tipis seraya menggelengkan kepalanya.dari dulu sampai sekarang masih aja begitu.

"Abis itu, langsung tidur ya.jangan bergadang." Peringatnya.

"Iya,tante." Balasnya.

"Tante tinggal ke atas, gapapa?"tanyanya.ia memang hanya ingin minum air saja, makanya ke dapur.

"Gapapa." Balasnya. "eum Tante." Panggilnya,membuat wanita paruh baya itu menoleh.

Rima menunggu apa yang akan dikatakan oleh Zara,tapi sudah lima menit ia menunggunya,Zara sama sekali tidak bicara.

"Ada apa?kamu mau bicara apa?" Tanyanya.

"Menurut tante,baiknya aku pisah atau enggak si sama papanya bayi?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar juga dari mulutnya.

Rima mengajak Zara agar duduk terlebih dahulu agar lebih enak.

"Kalo emang Akram bisa berubah menjadi orang yang lebih baik,dia bisa lebih menghargai kamu dan benar benar melupakan masalalunya,tante rasa lebih baik jangan.apalagi kalian akan menjadi orang tua,yang artinya anak kamu punya hak untuk mendapatkan kasih sayang orang tuanya dengan utuh. Tapi kalo Akram gak bisa berubah dan masih kayak kemarin kemarin dan terlihat memang gak bisa berubah,akan lebih baik jika kamu pisah sama dia, karena buat apa di pertahankan jika kamu saja  gak dihargai,kamu gak di percaya,yang nantinya malah akan ada keributan hanya karena hal kecil atau karena kesalahpahaman kayak kemarin, karena jika anak kalian udah tumbuh besar mentalnya mungkin bisa saja terganggu melihat orang tuanya yang selalu perang dingin." Katanya.

Karena kalo dilihat dari sikap Akram yang masih ke kanak kanakan kayak kemarin,dan gak mau berubah itu hanya akan nambah sakit sakit saja jika di teruskan,tapi beda lagi jika memang Akram bersungguh sungguh untuk berubah.

"Tante hanya bisa mengatakan ini, untuk kedepannya gimana,itu cuma kamu yang bisa memutuskan, karena yang menjalankan itu kan kamu bukan Tante apalagi orang lain.jadi sebaiknya ikuti kata hati kamu,apa Akram bisa berubah apa enggak.karena sejauh ini kamu pasti lebih tau dia ketimbang tante."

"Makasih sarannya tante."

"Iya,tapi untuk sekarang jangan mikirin hal itu dulu ya, fokus sama kandungan kamu karena bentar lagi kamu akan melahirkan jadi jangan stres biar lebih mudah nantinya." Pesannya.ia tidak mau Zara terlalu memikirkan hal itu sekarang karena bisa saja malah akan membuat kesehatan bahkan kandungannya tidak baik.

Zara tersenyum seraya mengangguk sebagai jawabannya.yang di katakan tantenya memang benar,lebih baik ini di pikirkan nanti saja.

"Ada pertanyaan lagi?" Tanyanya.

Zara menggeleng, "enggak ada,tante kalo mau tidur gapapa tidur aja."

"Yaudah, tapi inget ya jangan di pikirin sekarang dan jangan tidur malem malem." Pesannya sekali lagi.

"Siap."

Wanita paruh baya itu pergi ke kamarnya,dan kini hanya menyisakan Zara sendiri.

Zara mengelus perut buncit itu. Ingatan nya tiba-tiba mengingat kejadian tadi saat Akram menangis pas menyapa anaknya untuk yang pertama kali.bahkan baru kali ini ia melihat Akram yang menangis seperti tadi.

"Apapun yang terjadi nanti,mama harap kamu selalu bahagia ya sayang,mama gak tau apa mama masih bisa sama papa atau enggak,tapi jika seandainya nanti mama udah gak bisa sama papa lagi,mama janji gak akan misahin kamu sama papa,kamu masih bisa ko main bareng papa." Katanya yang seolah bicara sama anaknya.tanpa sadar air matanya pun turun dalam bersamaan.

AKRAM ZARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang