Bagian #15

820 18 0
                                    


Assalamualaikum

Budayakan vote setelah membaca ya man teman semuanya hargailah Author nya yang sudah jungkir balik mikirin alurnya hhe

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
.
.
.
.
.
.
.
.
.



  " Mas Akram." Panggilnya membuat Lelaki yang sedang berada di balkon itu menoleh.

"Bisa bicara sebentar."

Akram menatap malas gadis dihadapannya ini. " Gue gada waktu ngomong sama lo." Katanya yang hendak pergi dari sana namun Zara menghentikannya dengan memegang lengannya.

"Sebentar aja ko,janji." Pintanya.

"Lima menit." Katanya yang memberikan waktu sesingkat itu.

Gadis itu mengangguk dan menyerahkan sebuah kertas yang pernah Akram berikan padanya waktu itu.

"Zara udah tanda tangani surat perjanjian yang mas Akram udah buat waktu itu." Ujarnya.

"Zara juga gak akan maksa mas Akram buat cinta sama Zara, karena Zara sadar sampai kapan pun Zara tidak akan bisa menggantikan dia.Zara juga minta maaf karena selama udah gak tau diri."

Zara melihat jam, ternyata sudah lima menit,itu artinya ia sudah kehabisan waktunya.

"Hanya itu yang mau Zara katakan, makasih untuk waktu lima menitnya." Katanya yang langsung meninggalkan Akram yang masih mematung itu.

Gadis itu berjalan kearah lemari dan memindahkan semua bajunya kedalam koper,bukan hanya itu ia juga mengambil semua barangnya yang ada di kamar ini.

"Lo mau kemana?"

"Sesuai perjanjian itu,mulai sekarang Zara tidur di kamar sebelah.permisi." katanya yang langsung membawa semua barangnya ke kamar sebelah yang awalnya memang kamar untuknya.

   Sesampainya di sana,Zara langsung menaruh barang-barang nya.untuk sementara ini kamar ini adalah miliknya tapi itu hanya sementara karena dalam surat perjanjian itu Akram akan menceraikan setelah ia lulus sekolah.yang artinya nanti ia akan pergi dari rumah ini.

"Mungkin ini memang jalan terbaiknya." Gumamnya menguatkan diri sendiri.

    Sejak Akram membentakmya waktu itu,dari situ ia memikirkan semua ini.karena juka di pikir pikir ia juga tidak mungkin terus menerus mengharapkan lelaki yang tidak akan pernah mencintai nya balik.

___

     Pagi pagi sekali Zara sudah berada di dapur,memasak untuk membuat sarapan,ia memang sudah menandatangani surat perjanjian itu namun walaupun begitu ia kasian juga jika Akram harus memasak sendiri.

Selesai memasak ia langsung menaruhnya di meja makan,tak lupa ia menulis secarik kertas dan menaruhnya dekat makanan itu.

Di rasa sudah semuanya,ia langsung mengambil tas sekolahnya lalu pergi berangkat sekolah.

       Sesampainya di sekolah,Zara langsung masuk kedalam kelasnya yang masih terbilang sepi itu.ini memang terlalu pagi sebenarnya karena orang orang kebanyakan memilih agak siangan untuk ke sekolah.

Zara menatap kalungnya yang terdapat cincin pernikahannya itu. Didalam cincin itu ada nama Akram yang tertulis disana.

"Harusnya gue gausah pake ini lagi,ini juga bukan punya gue." Katanya. Karena cincin ini seharusnya dipake oleh isyana bukan dirinya. Cincin yang di pakai Akram juga atas nama Isyana bukan nama dirinya.

"Zara." Panggil seseorang yang membuat gadis itu segera menyembunyikan cincin itu.

"Kenapa kaget gitu?" Tanyanya lagi.

"Enggak kenapa kenapa,cuma gue kaget karena lo dateng tiba tiba." Balasnya.

"Tumben lo dateng sepagi ini,kesambet apaan Zar." Kekehnya.karena biasanya Zara akan datang tepat lima menit lagi sebelum bel sekolah berbunyi.

"Gitu banget ngomongnya, orang tuh ya kalo berubah jadi lebih baik harusnya bilangnya allhamdulillah bukan tunben." Protesnya.

"Haha sorry sorry,tapi jujur gue seneng kalo lo tiap hari dateng lebih awal." Katanya.

  Zara hanya tersenyum tipis nyaris tak terlihat.sebenernya ia malas jika harus datang ke sekolah sepagi ini karena terlalu membosankan menunggu bel berbunyi,namun ia juga tidak bisa jika harus bertemu Akram setiap pagi, karena hal itu hanya akan membuatnya sakit hati jika mengingat kata katanya itu.

         Disisi lain Akram sedang sibuk menyiapkan apa saja yang akan ia bawa ke kantor, biasanya semuanya sudah disiapkan oleh gadis itu tapi sekarang tidak.

Setelah semuanya ada ia langsung kebawah, sepertinya ia akan memakan roti saja karena ia tidak yakin Zara mau membuatkannya sarapan pagi.

Namun saat ia melewati Meja makan ia melihat makanan yang sudah ada disana dengan tulisan yang ada di dekatnya.

' jangan lupa di makan'

       "Ternyata dia masih mau bikin sarapan untuk gue." Monolognya.



AKRAM ZARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang