AQQ 4

551 28 95
                                    

"Ketika kedua mata bertemu, bukankan itu sebuah takdir? Atau malah sebuah kebetulan yang dibuat oleh takdir?"

"Ketika kedua mata bertemu, bukankan itu sebuah takdir? Atau malah sebuah kebetulan yang dibuat oleh takdir?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kebera ya ini? Apakah sudah ada yang mulai menghitung?

Masyaallah semangatt terus ya puasanyaaa...

Baca terus jugaa cerita ini, semoga dapat diambil segala hikmahnyaa...

Jangan lupa tinggalkan jejak votmentnya, jika ada typo tandai saja ya..

Happy reading kesayangan achik 😚😚

*********

Pagi hari, Ulwa sudah siap dengan berbagai pertanyaannya dihadapab Sabira yang baru saja bangun.

"Ulwa, kenapa kamu melihat aku seperti itu?" tanya Sabira.

"Minum."

Ulwa memberikan segelas teh hangat pada Sabira.

Sabira menerima segelas teh hangat dari Ulwa.

"Terimakasih."

Mata Ulwa tertuju pada tas Sabira, diambilnya tas itu. Sabira langsung memberikan gelas teh itu pada Ulwa, dan dia mengambil tasnya.

"Terimakasih, ya Ulwa untuk tehnya. Aku harus segera ke kampus, karena...."

"Ada janji sama Reno," sahut Ulwa cepat.

"Bu-bukan... aku ada janji dengan dosen pembimbingku hari ini," ucap Sabira berbohong.

"Jangan bohong, Sab. Ini hari minggu," ucap Ulwa.

Ulwa meletakkan gelas teh diatas nakas.

"Sampai kapan kamu mau menyembunyikan ponsel itu?" tanya Ulwa.

Mata Sabira terbuka sempurna, tentu saja terkejut. Dengan susah payah Sabira menyembunyikan ponsel pemberian Reno, tapi Ulwa malah mengetahuinya.

"Sejak kapan kamu menjadi penguntitku?" tanya Sabira menohok.

"Penguntit kamu bilang? Aku ini sahabat kamu, Sab. Aku berhak tahu," balas Ulwa.

"Kamu memang sahabatku, tapi tidak semua hal tentangku kamu bisa tahu!" bentak Sabira.

Ulwa menelan ludahnya dengan susah payah saat mendengar perkataan Sabira.

"Aku tau, aku salah. Tapi aku juga butuh komunikasi sama Reno, sedangkan ponsel kita hanya akan kita pakai saat hari minggu. Makanya Reno memberikan ponsel ini," jelas Sabira.

"Tetap aja salah."

"Bisa gak sih, Ul. Sekali aja kamu ada diposisi aku, kamu selalu anggap aku teman kecil kamu. Aku sudah dewasa, aku punya jalanku."

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang