AQQ 22

389 10 45
                                    

"Tidak ada kata yang mampu terbesit saat ini."

Jangan lupa 🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa 🌟

Happy reading...

******


Ulwa menarik baju orang tersebut agar sedikit menjauh dari masjid tempat berlangsungnya acara pernikahan Bilal dan Sabira, dia tidak ingin ada kekacauan yang dibuat oleh orang dihadapannya ini..

"Kok kamu bisa sampe kesini?" tanya Ulwa to the point.

"Sabira yang minta gue kesini," jawabnya santai.

"Gak mungkin! Sejak malam itu kalian kan udah gak ada hubungan apa-apa," ucap Ulwa tak percaya.

Cobak tebak siapa orang ini? Yap, dia adalah Reno. Mantan pacar Sabira, bisa-bisanya dia sampai di ponpes Al-Qolby.

"Dari mana tau alamat ini?" tanya Ulwa.

"Kan gue udah bilang, Sabira yang minta gue kesini. Kita udah balikan," jawab Reno sedikit tegas.

"Ngaco! Balikan gimana? Yang aku tau kalian udah putus," ucap Ulwa tak terima.

Reno memperlihatkan chat di ponselnya pada Ulwa, tentu saja Ulwa terkejut bukan main dengan isi chat tersebut.

"Masih mau ngeyel?" tanya Reno.

"Dimana Sabira?" tanyanya.

Ulwa beberapa kali mengerjipkan matanya, seolah masih tak percaya dengan isi chat tersebut. Bahkan otak Ulwa saat ini mengatakan itu hanya ulah Reno, bukan Sabira.

"Dimana SABIRA?" tanya Reno lagi.

"Sa-Sabira... Sabira..."

"Iya dimana calon istri gue?" tanya Reno lagi.

Ulwa memutar otaknya, dia mencari alasan agar Reno pergi dari ponpes secepat mungkin.

"Sabira gak ada disini," jawab Ulwa cepat.

Reno mengerutkan keningnya. "Lu gak usah begoin gue, jelas-jelas dia ngirim shareloc ke gue disini. Yang artinya..."

"Sabira lagi ke rumah neneknya, mendadak. Iya mendadak," tukas Ulwa cepat.

Reno menatap Ulwa curiga, seperti ada yang ditutupi terlebih Ulwa menarik baju Reno agar membelakangi pintu masjid.

Mata Ulwa terus menatap kearah pintu masjid, jelas dia melihat kesana. Karena ritual membuka cadar mempelai wanita sedang dilakukan, awalnya Ulwa yakin Reno tidak akan mengenali wajah Sabira yang ditutup tapi jika sudah dibuka tentu dia akan mengenalinya.

 Karena ritual membuka cadar mempelai wanita sedang dilakukan, awalnya Ulwa yakin Reno tidak akan mengenali wajah Sabira yang ditutup tapi jika sudah dibuka tentu dia akan mengenalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah deh, temuin Sabiranya lain kali aja. Dia lagi dirumah neneknya," ucap Ulwa.

Reno tidak mendengarkan Ulwa, dia membalikkan arah melihat kearah pintu masjid.

"Sabira?"

****

"Ayo dibuka cadarnya, supaya suaminya bisa melihat kecantikan ning Bira."

Sabira memang tidak memakai benda itu setiap hari, makanya salah satu tamu memintanya membuka cadarnya agar tidak hanya suaminya yang melihat tapi semua orang bisa melihat riasan wajahnya.

"Biar nak Bilal yang membukanya, karena itu hak suaminya mau memperlihatkan kecantikan istrinya atau tidak," titah abi.

Bilal mempertimbangkan berkali-kali, dia sangat ingin melihat wajah istrinya. Namun sepertinya Sabira tidak berkenan.

"Saya akan membukanya, apa bila Sabira berkenan. Jika tidak maka tidak akan saya buka," ucap Bilal.

"Bagaimana, nak?" tanya abi.

Sabira memberikan anggukan sebagai tanda persetujuan darinya, lagi pula Sabira merasa belum pantas jika harus menggunakan cadar setiap hari.

Bilal mendekatkan wajahnya dihadapan Sabira untuk memudahkannya melepas ikatan cadar sabira, entah mengapa rasanya degup jantung Sabira berdetak lebih kencang ketika mata hazelnya bertemu dengan mata elang Bilal.

Pahatan wajah sempurna dengan alis tebal, hidung mancung, bibir tipis terlihat begitu menawan. Hentikan! Sabira membuang tatapannya, membuat senyum dibibir Bilal mengembang begitu saja.

"Bismillah," ucap Bilal melepas ikatan cadar istrinya.

Wajah cantik Sabira kini terlihat, semua mata yang melihatnya mengucap takjub betapa sempurnanya Sabira.

"Masyaallah, ning Bira cantik sekali."

Begitulah ucap para tamu undangan yang datang, jangan ditanya bagaimana ekspresi Bilal saat ini. Tentu dia merasa terkesima dengan kecantikan istri yang baru saja ia nikahi, sementara Sabira hanya bisa tertunduk malu.

"SABIRA!

****

Ulwa berkali-kali menghalangi Reno, namun Reno tidak mau mendengarkannya hingga dia berhasil masuk ke dalam Masjid.

"Siapa itu?"

"Kok kenal sama ning Bira?"

"Brandalan ya?"

Bisikan-bisikan itu terdengar ditelinga Sabira, Reno sudah berdiri diambang pintu Masjid dengan suara menggelegarnya. Mata Sabira terbelak sempurna melihat kedatangan Reno, sementara Ulwa dia masih mencoba menarik Reno keluar dari Masjid.

"Ren, aku mohon jangan sekarang. Kita bicarakan diluar," bisik Ulwa disamping Reno.

Reno tidak mendengarkan Ulwa, dia mendekati Sabira. Tanpa aba-aba Reno menarik tangan Sabira, dia mencengkram kuat lengan Sabira hingga meringis kesakitan.

"Aaww, sakit Ren!" ringis Sabira.

Bilal menangkis tangan Reno saat hendak melayangkan tamparan diwajah Sabira.

"Lepaskan istri saya," ucap Bilal dengan tenang.

Reno menepis tangan Bilal. "Siapa lo? Berani-beraninya lo nikahin pacar gue!" ucapnya.

Reno semakin mencengkram tangan Sabira, semakin Bilal mendekat maka Sabira akan semakin terancam. Tamu undangan hanya bisa menatap kejadian ini, mereka masih bertanya-tanya soal jadi diri seorang Reno.

"Reno tolong lepasin tanganku, sakit..." pinta Sabira.

"Gue gak akan lepasin lo, karena lo udah berani khianati gue!" bentak Reno.

"Kita sudah gak ada hubungan apa-apa lagi, Ren. Gimana bisa kamu anggap aku berkhianat," ucap Sabira.

"Lo yang minta gue kesini BANGSAT!" bentak Reno lagi.

Sabira memegangi tangannya yang masih dalam cengkraman Reno.

"Aku gak pernah minta kamu kesini," ucap Sabira sambil menangis.

Reno mendorong Sabira dengan kencang, untung saja Bilal dengan cepat menangkap Sabira.

"Dasar cewek murahan!"

*****

UDAHH AHH SEGINI DULUU...

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang