Jangan lupa 🌟🌟🌟🌟
Happy reading.....
**********
Selepas sarapan, abi mengumpulkan semua anggota rumah itu terkecuali Ulwa yang sudah kabur setelah mendapatkan asupan energi dari masakan umi.
Abi ingin memberitahu sebuah pengumuman besar mengenai Shanum, makanya dia mengumpulkan semua anggota rumah di ruang keluarga.
"Mana Bilal?" tanya abi ketika melihat Sabira datang sendirian.
"Bilal menyusul, tiba-tiba ada telpon mendadak dari kantornya. Dimulai aja bi," jawab Sabira.
Sabira duduk disebrang Shanum, tatapan sinis adiknya itu sudah terpancar sejak dirinya masuk ke ruang keluarga.
"Jadi begini..."
"Permisi, maaf abi Bilal potong dulu. Habis terima telpon tadi," pangkas Bilal meminta izin ikut dalam obrolan penting.
"Iya gak papa, justru abi menunggu kamu. Ayo duduk," titah abi.
Bilal duduk disebelah Sabira, wajah serius abi mulai terlihat. Sepertinya obrolan ini sangat penting, entah mengenai Shanum yang akan ke Tarim atau soal Shanum semalam.
"Abi sudah memutuskan, Shanum tidak akan pergi ke Tarim tapi Shanum akan melanjutkan pendidikannya di Jakarta."
"Jakarta? Kenapa gak di Yogya aja sih? Kan bisa deket sama mbak Sabira!" sahut Shanum cepat.
"Dengarkan abi dulu," titah umi.
"Gak mau! Aku udah gede, aku gak mau jadi bonekanya abi seperti mbak Sabira!" bentak Shanum.
"Tapi kamu belum cukup dewasa, kamu masih butuh bimbingan kami."
"Aku berhak memilih jalan hidupku sendiri, dan aku sudah memutuskan untuk kuliah di Kampusnya mbak Sabira!"
Keputusan abi memang cukup membuat Shanum merasa lega, dengan begitu dia bisa lebih lelusa mendekati Reno.
Kali ini tujuannya bukan lagi menghancurkan rumah tangga Bilal dan Sabira melainkan mendekatkan Reno kepada abi agar mendapatkan restunya.
"Aku tau aku salah, aku sadar dengan menghancurkan rumah tangga mbak gak akan membuat hidupku bahagia. Jadi sekarang aku mau mengejar kebahagiaanku sendiri," tutur Shanum.
"Kebahagian mana yang kamu maksud?" tanya umi.
"Kebahagian yang gak pernah aku dapat dikeluarga ini, aku dapatkan dalam dirinya. Yang bisa mengerti aku, bahkan dia bisa membaca pikiran aku. Gak seperti kalian, Egois!" jawab Shanum.
Air mata Shanum menetes ketika mengutarakan sosok yang membuatnya bahagia itu, Sabira sudah bisa menebak sosok yang Shanum maksud tidak lain adalah Reno mantan pacarnya. Dia tidak masalah Shanum dekat dengan mantannya itu, tapi kenapa harus Reno si bajingan itu!
"Kadang yang membuat kita bahagia itu akan membuat kita sengsara juga," ucap Sabira.
"Apa maksud mbak bilang kaya gitu? Gak usah ikut campur deh mbak, urus aja rumah tangga mbak sendiri!"
"Aku gak ada maksud apa-apa, aku cuma ngasih tau kamu aja kalo Reno gak sebaik yang kamu kira. Kata-katanya emang manis tapi berujung pahit," ungkap Sabira.
"Halah, move on dong mbak. Mbak kan udah ada Bilal, mbak udah jadi istri orang. Ngapain masih ngurusin Reno? Aku yakin kok dia bisa berubah!"
"Aku gak pernah mempermasalahkan kamu dekat dengan siapapun termasuk mantan aku, tapi gak dengan Reno, dek. Dia gak akan pernah bisa berubah kalo gak dari dirinya sendiri," ucap Sabira.
"Udah ya, aku capek tau gak sih dipojokin kaya gini terus, terserah abi sama umi mau setuju atau enggak aku akan tetap kuliah di Yogya sama Reno!"
****
Abi tidak dapat memaksakan lagi kehendaknya pada Shanum, mau tidak mau abi menyetujui keinginan Shanum dari pada dia semakin jauh dengan putri bungsunya itu.
Dibawah pengawasan Sabira abi mempercayakan Shanum padanya untuk selalu menjaganya, Bilal juga setuju jika Shanum akan tinggal bersama mereka.
"Shanum, ingat ya. Jangan buat kakak dan kakak iparmu susah. Anggap mereka pengganti abi dan umi selama kamu di kota," pesan umi.
"Jangan tinggalkan salat, nak. Karena Allah akan cemburu jika kamu terlalu sibuk dengan duniamu, abi akan selalu mendoakan mu disini. Belajar yang rajin," pesan abi.
"Iya udah ah, bawel banget. Aku udah gede, gak usah diingetin juga tau!" protes Shanum.
Sore ini mereka bertiga akan kembali ke kota, karena besok pagi Bilal ada meeting di kantornya.
"Umi titip Shanum ya," ucap umi pada Sabira.
"Umi tenang aja, Sabira akan jaga Shanum. Kita gak akan biarin Shanum keluar dari jalurny," ucap Sabira.
Mendengar drama perpisahan antara Sabira dan umi membuat Shanum bosan, dia memilih memasukan kopernya ke dalam mobil lalu duduk manis disana sambil mendengarkan musik.
"Mbak, mas. Buruan nanti macet!" teriak Shanum.
Bilal membawakan koper Sabira, setelah itu mereka berpamitan dengan abi dan umi. Rasanya berat bagi Sabira meninggalkan kedua orang tuanya dirumah hanya berdua. Tapi bagaimana lagi, Shanum menjadi batu saat ini.
"Kalau ada apa-apa segera hubungi kami ya abi, umi. Sabira sayang kalian, jangan lupa diminum obatnya abi dan umi ingetin abi minum obatnya. Nanti kita sering berkabar ya, jangan sedih kalo liat kamar Sabira dan Shanum doakan kami selalu."
****
Sepanjang perjalanan menuju kota, Shanum hanya diam dengan earphone ditelinganya, sesekali Sabira memperhatikan Shanum dari kaca depan mobil. Dia masih sama seperti Shanum adik kecilnya, hanya saja sekarang sifatnya sekeras batu.
"Ini masih jauh ya?" tanya Sabira.
Hampir tiga jam perjalanan masih juga belum sampai, rasanya begitu pegal pinggang remaja jompo ini.
"Sebentar lagi sampai," jawab Bilal..
Kruk,kruk...
Tiba-tiba perut Sabira terasa keroncongan, cacing-cacing diperutnya sudah berontak meminta jatah.
"Kamu lapar?" tanya Bilal.
"Hehehe... kamu denger ya?" tanya balik Sabira.
Bilal tertawa kecil, masih saja Sabira canggung dengannya.
"Terakhir kita makan kan waktu di rumah umi, sekarang udah jam delapan. Jadi cacing aku nyanyi," ucap Sabira polos.
"Ya udah kita makan, kamu mau makan apa?" tanya Bilal sambil fokus menyetir.
"Terserah," jawab Sabira.
"Dimana itu terserah?" tanya Bilal.
"Maksudnya terserah kamu, aku ikut."
"Gimana kalo makan soto? Kayaknya enak," tawar Bilal.
Sabira mengangguk, sepertinya soto pilihan yang tepat apa lagi cuaca diluar setelah hujan.
"Makan apapun asal makannya sama kamu pasti rasanya enak."
*****
JUMPA BESOK LAGI GAESS!
KAMU SEDANG MEMBACA
ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)
Romance"Aku tidak mau menikah denganmu hanya karena paksaan orang tuaku!" "Saya mencintaimu." "Bohong! Aku bukanlah wanita sempurna yang pantas kau cintai!" "Saya tidak mencari kesempurnaan, saya tulus ingin menikahi kamu karena saya mencintaimu bukan ka...