AQQ 26

406 12 53
                                    

Jangan lupaa 🌟

Happy reading.....

Setelah solat subuh Bilal mengajak Sabira pulang dulu kerumahnya untuk bersih-nersih dan mengganti pakaiannya, awalnya Sabira menolak namun setelah mendapat kabar oprasi abinya berjalan lancar dia merasa lega meski masih belum bisa melihat abi kar...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah solat subuh Bilal mengajak Sabira pulang dulu kerumahnya untuk bersih-nersih dan mengganti pakaiannya, awalnya Sabira menolak namun setelah mendapat kabar oprasi abinya berjalan lancar dia merasa lega meski masih belum bisa melihat abi karena masih dalam pengawasan dokter di ruang ICU.

"Kamu mandi aja duluan," titah Sabira pada Bilal.

"Gak mau bareng aja?" goda Bilal.

Mata sabira terbelalak mendengar godaan Bilal, rasanya terdengar aneh ditelinga Sabira. Padahal hal itu sudah biasa bagi pasangan yang sudah sah, hanya bagi Sabira masih terdengar menjijikan.

"Aku mau ngecek tempat akad kita tadi malam, sepertinya belum dibereskan. Kamu bersih-bersih aja," ucap Sabira dengan wajah memerah.

Bilal tertawa kecil. "Oke, saya bersih-bersih dulu... istriku yang cantik," ucap Bilal mencolet dagu Sabira.

"Permisi," pamit Sabira.

Dengan cepat Bilal menarik tangan Sabira, hingga posisi mereka sangat dekat. Degub jantung Sabira berdetak lebih kencang, mungkin jika bersuara akan terdengar oleh Bilal.

"Kamu terlihat cantik jika sedang salah tingkah," bisik Bilal.

Sabira menjauhkan dirinya dari Bilal. "Puasa," ucap Sabira.

"Kalau sudah buka nanti boleh?" tanya Bilal sedik menggoda Sabira.

Sabira tertunduk, tanpa ia sadari senyumnya sudah mengembang membat Bilal semakin gemas dengan Sabira.

"Sudah sana mandi!" titah Sabira.

"Aku mau ke masjid dulu," lanjutnya bergegas sebelum Bilal menarik tangannya lagi.

"Sabira, Ana uhibbuka!" teriak Bilal.

Bisa gila! Itu yang ada dipikiran Sabira, hanya satu coletan membuat Sabira kegirangan sendiri.

"Astagfirallah, Sabira tenang... tapi gak bisa!" celotehnya sendiri.

Bilal memperhatikan Sabira dari jendela kamar, dia melihat Sabira yang masih memegangi dagunya sembari mengoceh sendiri.

"Lucu banget sih istri aku, jadi makin sayang."

****

Baru saja Bilal dan Sabira selesai bersih-bersih, tiba-tiba umi dan Shanum datang dengan wajah sembabnya. Sikap keduanya membuat Sabira bingung, mereka terduduk dengan tatapan kosong. Tak lama Ulwa juga masuk dengan wajah yang sama.

"Ul, ada apa? Abi baik-baik aja kan?" tanya Sabira cemas.

Ulwa terdiam membeku di tempat, matanya semakin memperjelas pasti terjadi sesuatu pada abi.

"Ul, jawab! Abi kenapa? Abi baik-baik aja kan?" tanya Sabira lagi dengan nada meninggi.

"Umi, Ulwa pamit pulang dulu ya. Nanti Ulwa kesini lagi," pamit Ulwa.

Sabira semakin bingung dengan keadaan ini, Ulwa malah pamit pulang dan tidak memberikan jawaban pada Sabira. Sabira beralih pada umi dan Shanum, dengan hati-hati dia menatap mereka berdua.

"Umi, Shanum. Abi baik-baik aja kan?" tanya Sabira dengan hati-hati.

Mendengar suara Sabira, umi beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya tanpa menjawab pertanyaan Sabira..

Air mata kembali menetes dari mata Sabira, rasanya sakit ketika dirinya didiamkan oleh orang yang sudah mengandung dan melahirkannya.

Bilal mengelus pundak Sabira, memberikan kekuatan padanya. Tangisnya memecah ketika Shanum memeluk Sabira, keadaan haru biru menyerbak keselurus penjuru ruangan.

Bilal hanya bisa menyaksikan keadaan ini tanpa menanyakan kejadian sesungguhnya, dia masih mengelus kepala istrinya yang bersandar pada tubuhnya itu.

"Mbak, abi...." lirih Shanum.

"Abi kenapa, dek?" tanya Sabira.

Shanum mengeratkan pelukannya. "Abi, mbakk.... abi..."

"Iya, abi kenapa? Abi baik-baik ajakan?"

"Abi.... a-abi koma!"

Deg! Seketika otak Sabira berhenti bergerak, pandangannya terlihat samar. Tubuhnya terasa lemah dan tak mampu lagi menopang pelukan Shanum, Shanum merasakan kakanya tak lagi bergerak.

"Mbak!"

"Sabira?"

****

Beberapa kali Sabira mengerjip-ngerjipkan matanya, kepalanya terasa berat. Dia memgedarkan pandangannya kesana kemari mencari keberadaan seseorang, namun yang ia temui hanya ada uminya disana.

"Umi..." panggil Sabira.

Umi mendekatkan dirinya, dia memberikan selembar kertas pada Sabira.

"Ini apa umi?" tanya Sabira.

Bilal datang membawakan Sabira teh hangat, dia membantu Sabira duduk.

"Minum dulu ya," titah Bilal memberikan segelas teh hangat..

Sabira menggeleng menolak. "Aku masih puasa," ucap Sabira.

"Tapi kamu-"

"Aku baik-baik aja," ucap Sabira memotong ucapan Bilal.

Bilal tak berani memaksa, dia kembali keluar dari kamarnya. Membiarkan umi dan Sabira melanjutkan pembicaraan mereka.

"Ini apa umi?" tanya Sabira menunjukan kertas tersebut.

"Itu rahasia besar abimu," jawab umi.

"Rahasia?" tanya Sabira..

"Iya, kamu buka saja. Tapi sebelumnya umi minta maaf ya, nak. Sikap umi tidak mencerminkan sebagai ibu yang baik," ucap umi.

"Umi gak salah, Sabira yang salah umi. Sabira minta maaf," balas Sabira.

Umi menggangguk. "Iya, nak. Kita saling memaafkan ya, kita doakan semoga abi segera diberikan kesembuhan. Agar kita bisa merayakan idul fitri bersama," ucap umi.

"Amin, terimakasih umi."

"Umi tinggal dulu ya, kamu buka saja surat itu. Umi gak akan sanggup melihatnya," ucap umi.

"Iya umi, terimakasih."

Umi meninggalkan Sabira dengan kertasnya, sebelumnya dia kembali mengingat kondisi abinya yang terbaring dirumah sakit karena koma.

Sabira membuka surat itu, dia membukanya secara perlahan. Sabira tersenyum melihat tulisan yang selalu dia idolakan, tulisan abi yang terlihat begitu indah. Namun senyum itu memudar ketika Sabira mulai membaca isinya, beberapa kali dia dibuat tertegun.

"Gak mungkin! Ini pasti bohong!"

*****

SEKIAN TERIMAGAJIH!!!!

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang