AQQ 54

275 11 1
                                    

Jangan lupaa 🌟🌟🌟

Happy reading....

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*********

Jam 4.00 dini hari, Sabira mengendap masuk ke dalam kamarnya sendiri. Dia tidak ingin membangunkan Bilal yang sedang terlelap, tapi dia salah. Bilal tidak tidur, dia berdiri menatap jendela kamarnya dengan tatapan kosong.

Sabira memeluk Bilal dari belakang, rindunya telah terobati sekarang. Sementara Bilal merasa itu hanyalah mimpi atau khayalannya, dia tidak percaya jika yang memeluknya sekarang adalah Sabira istrinya.

Ditariknya tangan itu dengan kencang ke dahapannya, rahangnya sudah mengeras seperti hendak menerkam mangsanya. Dilihatnya senyum manis yang dia rindukan, ditepuk-tepuknya pipinya sendiri dengan keras untuk menyadarkan dirinya tidak bermimpi.

"Ini aku mas, kamu gak mimpi."

Air mata Bilal menetes, dirinya tidak bermimpi saat ini. Ini benar nyata, Sabira mau kembali ke dalam kamar mereka.

"Ini beneran kamu, sayang?" tanya Bilal.

Sabira mengangguk, diusapnya air mata Bilal. Dengan susah payah dia harus menyamakan tingginya Bilal dengan tubunya yang mini agar dapat menjangkau air mata Bilal dipipinya itu.

"Maaf ya mas, aku sempat meragukan kamu. Aku janji, apapun kondisinya. Aku akan selalu percaya sama kamu," ungkap Sabira.

Bilal memeluk erat Sabira, dia lega karena Sabira sudah percaya padanya. Bilal sangat bahagia, meski diluar masih ada pengganggu rumah tangganya, yang terpenting sekarang dia sudah mengantongi kepercayaan Sabira kembali.

"Aku sayang sama kamu, aku gak akan melukai kepercayaanmu. Bagiku kamu adalah satu-satunya harta yang paling berharga dalam hidupku sekarang hingga nanti, terimakasih sayang sudah percaya denganku."

"Aku juga sayang sama kamu, aku gak mau kehilangan kamu."

Dilepasnya pelukan Sabira, diciumnya keningnya hingga dia mengelus perut Sabira.

"Sayangnya ayah, jangan sedih ya, Nak. Ayah sama bunda sudah baikan, maaf karena ayah sudah membuah bunda menangis. Setelah ini kita akan selalu bahagia ya sayang, ayah sayang kalian berdua."

Baru satu hari saja mereka berpisah, rasa rindunya seperti berabad-abad. Sabira kembali menghambur dalam pelukan Bilal, dia tidak ingin pergi jauh dari Bilal.

"Aku masih kangen," jujur Sabira.

Bilal mengeratkan pelukannya. "Aku juga masih kangennnnnnnnnn banget sama kamu, aku gak bisa tidur kalo gak ada kamu."

"Jadi kamu gak tidur?" tanya Sabira.

"Enggak, aku kepikiran kamu. Pasti gak bisa tidur karena keram perutnya, biasanya kan aku yang ngelus perutnya biar gak keram. Aku takut kamu kesakitan," balas Bilal.

"Kamu bener, perut aku emang keram tadi. Makanya aku gak bisa tidur juga," ungkap Sabira.

Bilal melepas pelukan Sabira, dia ingin memastikan Sabira dalam keadaan baik.

"Sekarang masih sakit?" tanya Bilal.

"Enggak, sini!" pintanya memeluknya lagi.

"Kan udah dipeluk, jadi gak sakit lagi."

"Nanti siang kita cek kandungan ya, kita lihat dedek bayi."

****

Rencananya Sabira dan Bilal hendak ke dokter kandungan untuk melalukan USG kedua kalinya, mengingat perut Sabira sering kali meraskan keram dimalam hari. Namun Keylin membuat drama baru, dia ingin Bilal yang menemaninya.

"Lain kali aja ya, mas. Kamu temani aja Keylin, aku gak papa kok."

"Kita kan sudah buat janji, sayang. Gak bisa di cancel," ungkap Bilal.

"Reschedule minggu depan aja mas," ucap Sabira.

"Beneran gak papa?"

"Beneran, kamu temani aja Keylin. Aku mau masak dulu," ucap Sabira.

"Ya udah, maaf ya sayang."

Sabira mengangguk, dia mempersilahkan Bilal menemani Keylin. Dia pergi dengan langkah gontai, meski begitu dia tetap percaya dengan suaminya.

"Mbak, besok abi, umi, ayah sama bunda mau kesini. Katanya lusa mereka mau biat acara sukuran empat bulanan calon cucu pertama mereka, terus kita jawab apa kalo mereka tanya soal Keylin?"

"Mereka mau kesini?" tanya Sabira.

Sabira tidak menyangka jika acara empat bulanannya akan diadakan dirumahnya, dia pikir acaranya akan diadakan dirumah orang tua Bilal tapi nyatanya malah dirumahnya sendiri.

"Mbak!"

"Malah ngelamun, gimana?"

Sabira juga bingung harus mengatakan apa jika mereka bertanya soal Keylin, terlebih Keylin masih terobses akan anak yang dikandungnya adalah anak Bilal.

"Gimana kalo kita kirim dia kesuatu tempat dulu aja, mbak?"

"Kemana?"

"Ya kemana gitu kek, asal gak disini dulu. Sampai acaranya selesai, setelah itu kita jemput lagi beres kan?"

"Mbak gak tau, mbak bingung cara itu akan berhasil atau malah--"

"Kalian mau kirim aku kemana?"

****

Shanum mendudukan tiga Sabira, Bilal dan Keylin di ruang tamu. Dia akan menjelaskan maksud obrolannya dengan Sabira di dapur tadi.

"Semuanya kita lakukan demi kebaikan keluarga, kan gak mungkin kita jawab pertanyaan mereka semua soal kamu Keylin. Mau gak mau kamu harus nurut," ungkap Shanum.

"Aku kenal kok sama bundanya Bilal," ungkap Keylin.

"Terus, kalo kenal mereka akan nerima kamu gitu? Secara mereka sudah menikahkan Bilal dengan kakakku!"

Suara Shanum meninggi, rasanya ingin sekali Shanum melempar Keylin saat ini juga ke lautan alaska agar hilang permasalahan dirumahnya.

"Pokoknya aku gak mau kemana-mana, aku mau disini. Aku takut dengan lingkungan diluar, aku mau disini aja!" rengek Keylin sambil memegangi tangan Bilal.

Sabira berusaha menahan dirinya, dia membuang wajahnya agar tidak melihat suaminya dipegang oleh perempuan lain.

"Heh! Bukan muhrim," tegur Shanum.

"Mas, sana." Shanum memberi kode lirikan mata agar Bilal pindah duduk didekat Sabira.

"Kamu disini aja," rengek Keylin.

Shanum pindah duduk disebelah Keylin. "Bukan muhrim, sadar diri ya."

Bilal mengelus puncak kepala Sabira dengan lembut, ditatapnya mata Sabira sudah berkaca-kaca. Senyumnya mengembang ketika melihat Bilal sudah ada disampingnya.

"Jangan khawatir, kita pasti bisa melewati ini. Dengan senyuman kamu, semuanya akan baik-baik saja."

"Uuuuuu sosweet!" seru Shanum menas-manasi Keylin

"Aku gak terima semuanya! Aku gak akan pergi kemana-mana!"

*****

BYEE BESOK LAGI..

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang