AQQ 61

264 7 0
                                    

Jangan lupaaa 🌟🌟🌟🌟🌟

Jangan lupaaa 🌟🌟🌟🌟🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

********


Keylin mendapati kabar bahwa Sabira masuk rumah sakit karena kecelakaan, dirinya ingin meminta maaf karena sudah membuat kegaduhan dalam rumah tangga Sabira. Dirinya ingin menjelaskan bahwa anak yang ia kandung bukanlah anak Bilal melainkan anak Reno mantan Sabira.

"Permisi, sus. Dimana kamar pasien atas nama Sabira?" tanya Keylin di tempat administrasi.

"Sebentar ya, mbak. Saya cari dulu," ucap suster.

Keylin tidak sabar untuk bertemu dengan Sabira, meski nantinya Sabira akan memarahinya ia tidak masalah. Yang terpenting beban dalam hatinya tersampaikan, dan dia akan mendapatkan maaf dari Sabira.

"Kamar Melata no 2 VVIP ya mbak," ucap suster.

"Mbak tinggal lurus saja menuju lift, ruangannya dilantai empat."

"Baik, terimakasih."

Tanpa menunggu jawaban suster lagi, Keylin langsung mengikuti arahan suster tadi untuk naik ke lantai empat.

Dengan langkah pasti Keylin mencari kamar Sabira, dan dia menemukan Sabira yang sedang duduk sendirian di kamarnya.
Perlahan dia membuka kanop pintu kamar Sabira.

Ceklek....

Terdengar suara orang membuka kanop pintu kamarnya, Sabira langsung bereaksi.

"Siapa itu?" tanyanya.

"Mas, itu kamu ya?" tanya lagi.

Keylin mendekat pada Sabira. "Sab, ini aku Keylin. Gimana kabar kamu?" tanya Keylin dengan hati-hati.

"Keylin?" tanya Sabira.

"Iya, ini aku. Kamu baik-baik aja kan?"

"Mau apa kamu kesini?" tanya Sabira ketus.

Keylin mengelus lengan Sabira, namun ia tepis dengan kasarnya.

"Pergi kamu dari sini!" usir Sabira.

"Dengar dulu penjelasan aku, aku gak ada hubungan apa-apa dengan Bilal. Ini anak Reno, kamu mau mendengar kebenarannya kan? Ini kebenarannya, Bilal tidak salah. Tolong kamu percaya," jelas Keylin.

"Aku bilang pergi dari sini!"

"Sab, tolong percaya sama aku."

"Aku gak perduli, kamu udah buat suamiku babak belur. Itu semua karena ulah kamu sama Reno! Kalian kaka adik kan? Kalian jahat!"

"Kakak adik? Enggak, kita bukan kaka adik."

****

"Pergi!!"

Teriakan Sabira terdengar hingga keluar kamar, Bilal yang baru saja datang dari masjid langsung bergegas masuk ke dalam kamar.

"Aku bilang pergi! Kalian jahat!"

Bilal melihat keberadaan Keylin disana, dia memeluk Sabira agar kembali tenang dan tidak menghiraukan Keylin.

"Suruh dia pergi dari sini, mas!"

"Iya sayang, iyaa tenang ya. Ada aku disini," ucap Bilal menenangkan Sabira.

Keylin merasa bersalah dia tidak tahu jika kondisi mata Sabira tidak dapat melihat, dirinya juga merasa bingung mengapa Sabira mengatakan jika dia dan Reno adalah sodara.

"Tolong maafkan aku, setelah ini. Aku tidak akan lagi kembali pada kehidupan kalian, kalian akan hidup tenang. Sekali lagi maafkan aku, dan terimakasih untuk semua kebaikan kalian. Aku pamit, Sabira."

Keylin memilih mengalah untuk pergi, setidaknya dia sudah meminta maaf untuk kesalahannya.

Sabira masih menangis dalam pelukan Bilal, sementara Bilal hanya dapat menenangkan Sabira..

"Mas, aku mau pulang. Aku gak mau disini," rengek Sabira.

Bilal melepas pelukan Sabira, disekanya air mata yang masih menempel dipipi Sabira.

"Nanti ya, dokter kan belum kasih izin untuk kamu pulang."

"Tapi aku gak betah mas, aku kangen rumah. Aku pengen kita dirumah aja, tolong mas."

"Ok, nanti aku minta izin sama dokter ya. Sekarang kamu istirahat dulu," ucap Bilal.

"Janji?"

"Iya, tapi sebelumnya aku mau izin pergi ngecek kerjaanku dulu di kantor ya. Kamu disini dulu sama perawat," pamit Bilal.

"Jangan, aku mau kamu disini."

"Sebentar kok, sayang. Cuma satu jam," ujar Bilal.

Sabira berpikir sesaat dengan bibir yang sedikir maju.

"Janji ya cuma satu jam, gak boleh lebih. Kalo lebih dari satu jam aku marah sama kamu," ancam Sabira.

"Janji sayang, cuma satu jam. Nanti aku bawain bunga kesukaan kamu, kamu harus dengerin apa kata dokter sama perawat ya. Jangan nakal aku tinggal sebentar, oke cantik."

****

Sabira dengan sabar menunggu ke datangan Bilal ditemani umi yang baru saja datang bersama dengan abi. Umi yang sibuk nenawarkan makanan pada Sabira yang enggan untuk makan pun meminta abi membukuk Sabira untuk makan.

"Umi, tolong jangan paksa aku makan. Aku mau makan kalau mas Bilal sudah makan," tutur Sabira.

Tiba-tiba Shanum masuk dengan cepat, lalu dia mengambil remot TV yang ada di ruangan Sabira.

"Shanum, ada apa nak?" tanya abi.

Shanum masih enggan untuk menjawab, dia fokus menyalahkan TV dan mencari program yang dia cari.

'Selamat sore permirsa, saya Ulva mengabarkan berita terkini kasus penembakan yang terjadi di kantor redaksi majalah islami terbesar di Yogyakarta.'

"Itu kan kantornya mas Bilal, umi!" teriak Sabira.

'Kabarnya salah satu karyawan bernama Bilal terkena tembakan yang begitu banyak, dan saat ini sedang dilarikan ke rumah sakit terdekat. Untuk memastikan keadaannya akan kami tayangkan....'

Sabira terdiam sejenak, jantungnya tak beraturan berdegup kencang. Matanya sudah meruntuhkan pertahannya ketika mendengar nama Bilal disebut.

"Enggak.... gak mungkin, ini gak mungkin!"

"Mas Bilal gak mungkin!"

Umi memeluk Sabira, begitu juga dengan Shanum. Mereka menahan Sabira aga tidak memberontak, matanya memang tidak melihat tapi telinganya mendengar itu semua.

"Aku mau ketemu mas Bilal!! Lepasin aku!!"

"Mas kamu udah janji gak lebih dari satu jam! Tapi kenapa sampai sekarang kamu belum kembali!"

*****

UDAH MAU DEKET ENDING NIHH.. KIRA2 HAPPY ATAU SAD YAA???

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang