Jangan lupaaa 🌟🌟🌟🌟
Happy reading.....
Akhirnya dokter mengizinkan Sabira pulang setelah pemulihan kurang kebih dua minggu lamanya, dia merasa senang karena hari ini juga akan dipertemukan dengan pendonor matanya oleh Shanum dan Ulwa.Tapi dia sangat merindukan suaminya Bilal yang katanya sedang bertugas ke luar kota selama satu bulan, karena kecelakaannya dia tidak lagi memiliki ponsel padahal dia ingin menghubungi Bilal.
"Dek, mbak boleh minjam hp kamu gak?" tanya Sabira pada Shanum yang tengah membereskan barang-barang Sabira.
Ulwa yang mendengar permintaan Sabira langsung mengentikan aktivitasnya dan saling bertatapan dengan Shanum.
"Dek," panggil Sabira.
Shanum masih mengambil barang-barang Sabira dan dimasukkan ke dalam tas sebelum menjawab permintaan Sabira.
"Buat apa mbak?" tanya Shanum.
"Mbak mau tau kabar mas Bilal disana," jawab Sabira.
Shanum membuang napas kasar, dia mendekati Sabira dan membantunya memakaikan hijab.
"Mbak, kan udah aku bilang. Mas Bilal dapat tugas di kota terpencil, disana susah sinyal mbak. Jadi percuma gak akan bisa ditelpon," jelas Shanum.
"Sab, kamu tenang aja. Bilal sudah menitipkan kamu ke kita, dan Bilal juga bilang dia pasti kembali. Kamu jangan khawatir ya," ucap Ulwa.
"Udah sekarang yang terpenting mbak sudah bisa pulang, dan mbak udah bisa lihat indahnya dunia lagi. Semua keluarga seneng liat mbak udah kembali seperti dulu," tutur Shanum.
Dari lubuk hatinya paling dalam, Sabira masih berharap orang pertama yang dia lihat saat matanya kembali pulih adalah sosok suaminya Bilal. Tapi bagaimana pun pekerjaannya lebih utama, Sabira harus menahan rindunya yang teramat.
"Udah dong, Sab. Jangan sedih gitu, katanya mau pulang kan. Mau ketemu abi sama umi," ucap Ulwa menghibur.
Sabira memaksakan senyumnya, tapi tunggu. Pulang?
"Kapan kita bertemu dengan pendonor mata ini?" tanya Sabira.
Degh! Bertemu pendonor? Ulwa dan Shanum gugup bukan main, mereka memaksakan senyumnya pada Sabira.
"Kalian sudah janji kan mau mempertemukan aku dengan dia?"
"Aku mohon, pertemukan aku dengan dia. Aku mau mengucapkan terimakasih secara langsung, tolong."
****
Sepanjang perjalanan Sabira tidak sabar untuk bertemu dengan pendonor matanya itu, sampai ditengah jalan dia meminta berhenti di toko buah untuk diberikan pada pendonornya itu sebagai buah tangan.
Namun matanya membelak sempurna ketika taksi yang dia tumpangi berhenti disebuah pemakaman umum 'RUMAH TERAKHIR ABADI', tentu pikirannya bertanya-tanya untuk apa mereka kesana.
"Ayo mbak, kita turun. Sudah sampai," ajak Shanum.
Tangan Shanum ditahan oleh Sabira saat hendak turun lebih dulu.
"Ada apa mbak?" tanya Shanum.
"Ini rumahnya dimana? Dibelakang kuburan ini pasti kan?" tanya Sabira.
"Iya, rumahnya dibelakang kuburan ini. Iya kan Shanum?"
Shanum memberikan anggukan setuju pada Ulwa, dengan berat hati Sabira turun dari taksi mengikuti Ulwa dan Shanum.
Beberapa makam sudah dilewati Sabira, tapi belum juga nampak rumah pendonor yang dia tuju. Malah langkah Ulwa dan Shanum berhenti disalah satu kuburan baru, Sabira semakin bingung denga Ulwa juga Shanum.
"Kok malah berhenti?" tanya Sabira.
"Dimana rumah pendonor itu?" tanyanya lagi dibalik punggung Ulwa dan Shanum.
Tidak ada jawaban selain terdengar isak tangis Shanum, karena penasaran Sabira mengambil langkah maju.
"Kamu nangisin siapa sih, dek?" tanya Sabira.
'BILAL HASAN SHAFI' tertulis dinisan yang Sabira lihat, kakinya tiba-tiba terasa lemas dan tak mampu lagi menopang tubuh mungilnya itu.
Sabira jatuh diatas pusara yang membuat Shanum menangis, taburan bunga yang masih baru tercium segar diindra penciumannya.
Beberapa detik membuatnya tediam sebelum akhiranya tangisan menggelegar....
"Apa ini Shanum?"
"Kenapa kalian membawa aku kesini? Dimana pendonornya?"
"Ini juga! Kenapa nisan ini bertuliskan nama suamiku? Ada apa?"
"Kalian sudah tidak waras! Lepaskan nisan ini!"
Sabira bangkit hendak mencabut nisan dihadapannya itu, namun Ulwa menghalanginya dan memeluk erat Sabira yang sudah meracu.
"Lapas! Jangan biarkan nisan itu ada!"
Sabira mendorong Ulwa hingga hampir terjatuh, untungnya Shanum bisa menolongnya.
"Kalian bilang mas Bilal ada diluar kota kan? Terus kenapa ini ada nama dia disitu? Kalo mas Bilal lihat ini pasti akan marah, bercanda kalian gak lucu!"
"Mbak, tenang dulu ya. Kita bakal ceritain semuanya, tapi kamu tenang dulu. Jangan kaya gini," pinta Shanum.
Shanum mulai menceritakan kejadian beberapa minggu lalu yang menimpa Bilal, dengan susah payah Shanum menahan isak tangisnya hingga dia menyelesaikan ceritanya.
"Mas Bilal minta untuk matanya diberikan sama kamu mbak, dia ingin kamu hidup sebagai perempuan yang utuh. Dia ingin kamu kembali melihat dunia dan mengejar kembali semua mimpi-mimpi kamu yang menurutnya sempat tertunda karena keberadaannya. Dia juga berpesan agar kamu selalu bahagia, dia akan selalu hidup dalam penglihatan kamu mbak."
Tatapannya kembali nanar, dengan tangan gemetar dia mengelus nisan itu. Tangisannya teramat perih ditelinga, siapapun tidak akan kuasa jika berada diposisnya saat ini.
"Mas, jika dengan kembalinya penglihatanku membuatmu tidak ada lagi dunia ini. Aku lebih memilih untuk buta seumur hidupku asal aku bisa mendengar suara kamu," tutur Sabira.
"Kenapa kamu meninggalkan aku disaat aku membutuhkan kamu? Kenapa mas? Kenapa?!"
"Ambil saja mata ini kembali, dan kembalilah padaku sekarang mas!"
"Aku gak mau mata ini! Aku mau kamu kembali!"
Shanum memeluk Sabira yang sudah tertunduk lemah memeluk nisan Bilal, hancurnya Sabira juga dirasaka seluruh keluarga bahkan bunda saja masih berada dirumah sakit sekarang.
"Mas, jemput aku. Aku mau ikut sama kamu, aku gak akan sanggup tanpa kamu didunia ini. Maaf karena aku tidak bisa menjadi istri yang baik untuk kamu, aku gagal mejaga kamu mas. Aku selalu sayang sama kamu, meski kamu sudah tidak ada. Jaga aku dari sana mas."
SELESAI....
*****
GIMANA NIHH MENURUT KALIAN ENDINGNYA?
MAAF KALO DILUAR EKSPEKTASI KALIAN YAAA....
BAKAL ADA EPILOG YAA
KAMU SEDANG MEMBACA
ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)
Romance"Aku tidak mau menikah denganmu hanya karena paksaan orang tuaku!" "Saya mencintaimu." "Bohong! Aku bukanlah wanita sempurna yang pantas kau cintai!" "Saya tidak mencari kesempurnaan, saya tulus ingin menikahi kamu karena saya mencintaimu bukan ka...