Jangan lupaaa 🌟🌟🌟🌟
Happy reading...
*******
Bilal dibawa ke rumah sakit yang sama dengan Sabira, keadaannya dinyatakan kritis oleh dokter beberapa jam yang lalu. Namun pada saat Sabira menjenguknya, Bilal siuman dan membuat Sabira bahagia.
"Mas, kamu baik-baik aja kan?" tanyanya.
"I-iya, a-aku. Ba-baik-baik saja, ka-kamu ja-jangan kha-watir ya. Ka-kamu ha-harus se-sembuh," jawab Bilal terbata-bata karena masih menggunakan oksigen.
"Kamu jangan banyak bicara dulu, kamu harus sembuh demi aku. Janji ya mas?"
"I-iya sa-sayang," balas Bilal.
Tak lama suster datang untuk meminta Sabira keluar karena Bilal masih membutuhkan istirahat, namun Sabira menolak dia masih ingin bersama dengan Bilal lima menit lagi.
"Mas, kamu janji sama aku. Kamu harus sehat, aku menunggu kedatangan kamu terus. Jangan pernah kamu tutup mata kamu ya," pinta Sabira.
"I-iya Sa-sayang, ka-kamu juga. Ha-harus tetap kuat, ka-kamu pasti. Bisa me-lihat indahnya du-dunia lagi, a-aku janji sa-sama kamu. Ka-kamu tidak akan kegelapan la-lagi, se-sekarang ka-kamu kembali ke-keruangan kamu ya."
"Iya, tapi janji ya. Kamu harus sembuh, kamu gak boleh sakit nanti yang jaga aku siapa?"
"A-aku, selalu. A-ada dihati ka-kamu, a-aku gak pernah ja-jauh dari ka-kamu. A-aku sayang sa-sama ka-kamu, sa-sampai ju-jumpa ya sa-sayang di-ruangan ka-kamu."
"Iya, mas. Aku ke kamar dulu ya, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Sabira diantar keluar oleh suster, dia kembali ke ruangannya dengan langkah gamang. Tak lama dia merasa kepalanya kembali pusing, dan membuatnya kembali terajatuh ke lantai.
"SABIRA!"
"Suster brankarnya!"
Sabira tak sadarkan diri, suster dan donkter segera membawanya kembali ke kamarnya. Sementara umi, abi dan Shanum menunggu dengan cemas kondisi Sabira yang begitu mengkhawatirkan.
"Umi, mbak baik-baik aja kan? Mbak gak papa kan?"
"Kita berdoa yang terbaik ya, nak. Semoga mbak Sabira baik-baik saja," ucap umi.
"Ya Allah, malang sekali nasib kamu nak. Begitu banyak ujian yang kamu terima setelah menikah, abi merasa gagal memberiaknmu kehidupan yang baru."
"Abi gak boleh bicara begitu, bagaimana pun juga Allah lebih sayang sama Sabira."
Ceklek...
Ruangan Sabira terbuka dan memperlihatkan suster keluar dari sana.
"Permisi, pasien kembali koma."
****
Satu minggu sudah Sabira terbaring diranjang putih rumah sakit dengan selang oksigen dimulut dan hidungnya, tak ada pergerakan yang berarti apa lagi setelah dia melakukan oprasi mata beberapa hari yang lalu.
Sabira salah satu pasien yang beruntung karena berhasil mendapatkan donor mata dengan cepat meski dalam keadaan koma, seluruh keluarga juga setuju dengan oprasi tersebut maka tanpa izin dari Sabira oprasi dilakukan.
Saat Sabira tersadar nanti, dia sudah kembali melihat indahnya dunia. Shanum secara bergantian menunggu dengan orang tuanya, begitu juga Ulwa sahabat Sabira selalu datang menjenguknya seperti saat ini..
"Sab, gak capek apa tiduran terus?" tanya Ulwa.
"Ya mana dia denger, mbak!" protes Shanum.
"Gak mungkin gak denger, biasanya orang koma itu cuma matanya yang merem. Kupingnya pasti denger," tutur Ulwa.
"Emang iya?" tanya Shanum.
"Iya, coba aja ajak ngobrol. Siapa tau dia gerak," suruh Ulwa.
Shanum mendekatkan dirinya ditelinga Sabira..
"Mbak, bangun dong. Kita nongki-nongki cantik lagi bertiga, mbak gak capek apa tiduran mulu. Ayolah mbak bangun," ucap Shanum.
Merasa tidak ada reaksi apapun, Shanum menjauhkan dirinya dari ranjang Sabira. Dia berjalan ke jendela kamar yang memperlihatkan langit sore yang begitu indah.
"Mbak, aku kangen lihat senja bareng lagi. Aku kangen mbak Sabira yang ceria, kapan ya mbak kita bisa kumpul bareng lagi?"
Ulwa memperhatikan jari jemari Sabira yang bergerak saat Shanum berbicara pada langit senja.
"Num, lihat sini!"
Shanum memutarkan tubuhnya dan melihat arah Ulwa menunjuk.
"Ya Allah, ini keajaiban."
Tiba-tiba tubuh Sabira bereaksi semakin mengkhawatirkan, tubuhnya mengalami kejang-kejang membuat Shanum berlarian memanggil dokter diluar kamar.
"Sab, Sabira sadar!" Ulwa mengguncang-nguncangkan tubuh Sabira.
"Tolong tunggu diluar," pinta dokter.
Ulwa dan Shanum menuruti kata dokter untuk menunggu diluar kamar, mereka begitu cemas melihat kondisi Sabira. Awalnya mereka pikir Sabira akan sadar, nyatanya Sabira malah mengalami kejang-kejang.
"Mbak, umi dan abi jangan sampai tau dulu. Mereka pasti cemas, aku gak mau mereka ikut merasakan sakitnya."
****
"Silahkan masuk, pasien sudah siuman."
Kedua nya terkejut mendengar bahwa Sabira sudah sadar, padahal mereka sudah siap menghadapi kenyataan pahitnya.
"Kok bisa? Terus kejang tadi kenapa, sus?" tanya Ulwa.
"Itu hanya reaksi pasien saat hendak siuman," jawab suster.
"Hebat juga mbak Sabira," celetuk Shanum.
"Heh! Ayo masuk," ajak Ulwa.
Ulwa dan Shanum sangat bahagia karena bisa melihat Sabira tersenyum kembali, Sabira sudah bisa duduk di kasurnya dengan manis.
"Mbak!!!" teriak Shanum memeluk Sabira.
Sabira menerima pelukan rindu Shanum, rasanya sudah satu tahun mereka tidak bertemu padahal hanya satu minggu.
"Mbak, aku kangen loh. Kenapa lama banget sih tidurnya!" protes Shanum.
"Mbak juga kangenn bangeett," balas Sabira.
"Akhirnya, Sab. Kamu udah sadar, kita bahagia lihatnya. Kita bisa kumpul bareng," ucap Ulwa.
"Makasih ya buat kalian yang sabar nunggu aku," ucap Sabira.
Sabira mencari-cari keberadaan seseorang yang belum ia lihat, pikirannya selalu ingin bertemu dengannya tapi ntah dimana dia.
"Mbak cari siapa?" tanya Shanum.
"Pasti cari abi dan umi, iya kan?" tebak Ulwa.
Sabira menggeleng. "Bukan," jawabnya.
"Kalian tau gak, siapa yang kasih mata ini buat aku? Aku mau ucapin makasih buat dia, pasti dia orang baik kan?"
*****
MENDEKATI ENDING...
KAMU SEDANG MEMBACA
ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)
Romance"Aku tidak mau menikah denganmu hanya karena paksaan orang tuaku!" "Saya mencintaimu." "Bohong! Aku bukanlah wanita sempurna yang pantas kau cintai!" "Saya tidak mencari kesempurnaan, saya tulus ingin menikahi kamu karena saya mencintaimu bukan ka...