AQQ 3

532 29 71
                                    

"Kekhawatiran timbu karena ada rasa sayang, dan rasa sayang tidak hanya ada diantara pasangan."

Masyaallah sudah hari ke tiga, gimana puasanya masih lancar??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masyaallah sudah hari ke tiga, gimana puasanya masih lancar??

Terus semangatt menjalankan ibadah puasanya yaa, stay menuju kemenangannn....

Jangan lupa tinggalkan jejak votementnya dilapan Achik yaaa 😊 jangan bohong dosa loh lagi puasa gini 😂😂😂

Yukk lahhh happy reading kesayangan Achik 😚

*******


Sudah sejak tiga jam lalu Sabira pamit untuk pergi ke toilet pada Ulwa, tapi hingga saat ini Sabira belum juga kembali. Padahal Ulwa sudah mencoba berkali-kali menghubungi Sabira, tapi karena malam sudah larut.

Ulwa dan teman Asmra memutuskan untuk menunggu Sabira di Asrama saja, jangan tanya bagaimana keadaan Ulwa saat ini tentu sangat cemas....

"Ulwa, kenapa kamu belum tidur? Sabira belum juga pulang?" tanya Jannah.

Ulwa memberikan gelengan, sejak pulang dari kajian Ulwa menjadi setrikaan di depan Asrama.

Jannah mengajak Ulwa duduk.

"Ini kamu minum, angin malam ndak baik bagi kesehatan loh."

"Gak bisa, Jannah. Ini sudah malam, aku cemas. Aku takut Sabira dalam bahaya, Sabira..."

"Aku tau kamu cemas, aku juga sama cemasnya. Tapi jangan kamu abaikan kesehatan kamu juga," ucap Jannah menyadarkan Ulwa.

"Kita lapor polisi aja ya, Jan. Kita bilang Sabira diculik, atau Sabira kerampokan."

"Kantor polisi mana yang bisa menerima laporan sebelum 24 jam? Sudah Ulwa, kamu minum wedang jahe ini dulu. Aku yakin Sabira pasti pulang, dia gak akan kemana-mana. Percaya ya, ayo minum ini."

Ulwa menerima wedang jahe dari Jannah, dia meminumnya. Namun pada saat meminum, dia melihat Sabira turun dari ojek di depan gerbang Asmara.

"Sabira!"

"Ulwa, tahan emosi kamu. Sabira baru kembali, dia pasti lelah."

"Tapi..."

"Tahan, Ulwa."

Jannah menahan Ulwa untuk tidak emosi, Sabira masuk ke dalam Asrama kemudian dia memeluk Ulwa.

"Maaf... maaf... maaf Ulwa," ucap Sabira menangis dalam pelukan Ulwa.

"Kamu kemana aja sih, Sabira?" tanya Ulwa membalas pelukan Sabira.

"Kita bicara di dalam ya, malam sudah larut. Ndak baik angin malam untuk tubuh kita," ajak Jannah.

****

Sabira dan Ulwa duduk diatara Jannah. Jannah menjadi penengah untuk Sabira dan Ulwa, Jannah ingin kedua sahabat ini menyelesaikan semuanya dengan kepala dingin.

"Sudah tenang? Boleh aku bicara?" tanya Jannah.

Keduanya memberikan anggukan.

"Sabira, apa kamu tahu bagaimana cemasnya Ulwa ketika kamu pergi tanpa pamit?" tanya Jannah pada Ulwa.

Sabira bungkam seribu bahasa, dia hanya bisa menangis meratapi kebodohannya.

"Mana mungkin seorang Sabira bisa mengerti orang lain!" sahut Ulwa.

"Ulwa, biarkan Sabira bicara dulu. Nanti ada saatnya kamu juga bicara," ucap Jannah.

Ulwa menutup mulutnya, sementara Sabira masih diam.

"Sabira, aku tidak akan bertanya soal kemana perginya kamu. Aku hanya ingin bertanya, apa kamu baik-baik saja?" tanya Jannah lagi.

Isak tangis Sabira semakin kencang membuat semua teman Asrama keluar dari kamarnya, mereka semua membicarakan Sabira yang tengah menangis.

"Kenapa Sabira?"

"Kok dia nangis kenapa?"

"Aneh ya, tiba-tiba ilang pas dateng nangis!"

"Ada apa sih?"

"Cukup! Kenapa kalian malah memojokkan aku? Harusnya kalian tanyakan keadaanku sekarang! Bukan kalian menggunjingku!"

Sabira berdiri dari duduknya dengan wajah kesalnya, baru kali ini dia memarahi teman-temannya. Sabira yang bisa lemah lembut, kini berubah menjadi monster.

"Iya, aku salah. Aku sudah kabur dari kajian, tapi aku punya alasan! Dan Ulwa. Aku minta maaf sudah membuat kamu cemas, aku tidak akan mengulangi itu lagi!"

Setelah mengatakan itu, Sabira masuk ke dalam kamarnya. Jannah melarang Ulwa mengejar Sabira.

"Biarka dia sendiri, mungkin dia sedang dalam masalah."

"Yang lain masuk ya ke dalam kamar, sudah malam."

"Kenapa jadi kaya gini sih, Jann. Aku gak bermaksud..."

"Sudah, biarkan Sabira menenangkan pikirannya dulu. Besok kita bahas kembali, kita juga kan butuh istirahat."

****

Ulwa dan Jannah masuk ke dalam kamarnya, mereka mencek keadaan Sabira yang sudah tertidur lelah karena memangis semalaman.

Ulwa menyesal karena sudah marah pada Sabira, seharusnya Ulwa bertanya tentang keadaannya.

"Aku salah, Jannah. Seharusnya aku tidak egois," ucap sesak Ulwa.

"Sudah, jangan menyalahkan dirimu seperti itu. Lebih baik kamu istirahat, besok kita bicarakan lagi."

Ulwa menyelimuti Sabira, saat itu dia melihat ponsel di dalam tas Sabira. Dia sangat tau aturan di Asrama tidak membolehkan mahasiswanya membawa ponsel.

Ting!

Ulwa membuka ponsel Sabira, terlihat pesan dari Reno.

From Reno
Dasar cewek sok jual mahal!
Liat aja lo besok, gak akan gua biarin lo kabur gitu aja!

"Astagfirallah!"

"Ada apa, Ul?" tanya Jannah.

Ulwa mengembalikan ponsel Sabira ke dalam tasnya, dia kembali menyelimuti Sabira.

"Enggak ada apa-apa kok, Jann. Kamu tidur saja, aku masih mau ambil wudhu."

Ulwa akan berbohong demi kebaikan Sabira, besok dia akan menanyakan tentang pesan Reno.

"Ya sudah, setelah itu kamu istirahat ya Ulwa."

"Iya."

Begitu banyak pertanyaan dalam benak Ulwa yang harus Sabira jawab besok, dia yakin pasti terjadi sesuatu pada Sabira.

"Semoga besok kamu akan memberikan aku jawaban atas setiap pertanyaan yang aku miliki, Sabira."

******

KITA DOAIN SEMOGA ULWA BERHASIL TANYA-TANYA TANPA ADU MEKANIK YAA SAY 😂😂

GIMANA BAB KE 3 NYA? MASIH SERU GAK SIHHH!

MAU LANJUT GAK?

KOMEN NEXT ACHIK SEBANYAK-BANYAKNYAA 😀

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang