AQQ 42

356 7 1
                                    

Jangan lupaaa 🌟🌟🌟

Happy reading

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*******


Sepanjang perjalanan Sabira hanya diam menatap jendela pintu mobil setelah mendatangi alamat yang diberikan Reno, tidak ada hal mencurigakan disana bahkan Shanum yang mereka cari pun tidak ada disana.

Harapannya sudah pupus untuk menemukan Shanum malam ini tidak ia dapati, malam sudah menunjukkan pukul jam dua pagi bahkan Ulwa saja sudah tertidur dikursi belekang.

"Aku mau solat dulu, kamu mau ikut atau di mobil?" tanya Bilal.

Bilal menghentikan mobilnya tepat di depan Masjid yang tak jauh dari pasar subuh sekitar rumah Sabira.

"Ulwa gimana?" tanya Sabira balik.

"Biarin aja dia tidur disini," jawab Bilal.

"Gak dibangunin?"

"Gak usah, kasian. Pasti kecapean," ucap Bilal.

"Ya udah, ayo...."

"Itu Shanum kan?"

Ucapan Sabira terputus kala matanya menemukan seseorang yang sedang menyebrang di depan mobilnya.

Sabira langsung turun tanpa mendengarkan ucapan Bilal.

"Shanum!"

Teriakan itu berhasil menghentikan langkah kaki Shanum yang tertatih, Sabira menopang tubuh Shanum yang hendak terjatuh ke aspal.

Aroma bau mulut Shanum begitu menyengat, ditangan kanannya terdapat botol kaca berwarna hijau. Tau lah ya kalian botol apa yang dipegang Shanum!

"Ya Allah dek, kamu kemana aja?" tanya Sabira memeluk Shanum.

"Aaaaaa! Pergi kamu!"

Shanum mendorong Sabira hingga terpental ke aspal.

"Ngapain sih lo meluk-meluk?!" racu Shanum dengan gaya bicara orang mabuk.

"Gue benci sama lo mbak Sabira! Lo udah hancurin hidup gue!"

"Lo hancurin kepercayaan gue! Bahkan lo ambil laki-laki yang gue cinta!"

"Sekarang lo mau apa dari gue? Nyawa gue? Ambil aja, gue udah gak mau hidup!"

"Astagfirallah, Shanum kamu jangan bicara kaya gitu dek. Mbak sayang sama kamu," ucap Sabira ditengah racunya Shanum, Bilal membantu Sabira berdiri.

Shanum tidak sudi melihat adegan yang menurutnya tak pantas didapatkan Sabira langsung melempar botol ditangannya.

"Akh!"

Prang!

****

Pecahan botol kaca menyebar kemana-mana, suara pecahannya pun mampu membangunkan Ulwa dari dalam mobil. Dia melihat Sabira dan Bilal diluar mobil serta ada Shanum dihadapan mereka.

"Bilal, tangan kamu berdarah!" teriak Sabira melihat tangan kiri Bilal terkena pecahan beling karena melindungi Sabira.

"Ya ampun Bilal kenapa?" tanya Ulwa.

"Hahahaaa!"

Tawa bahagia Shanum kala melihat luka ditangan kiri Bilal mambuat Ulwa geram, ditariknya tangan Shanum lalu disiramnya wajah Shanum dengan sebotol air yang dia bawa.

"Sadar Shanum!" teriak Ulwa ditelinga Shanum.

Shanum gelagapan seperti orang tenggelam dalam lautan samudera, dia mengucak-ngucak matanya dan wajahnya.

"Lo kenapa nyiram gue? Gila lo ya!" omel Shanum.

Otaknya masih belum sepenuhnya sadar, dia tetap Shanum yang membenci Sabira. Tak mau kehilangan jejak Shanum lagi, Ulwa menarik paksa Shanum untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Biar aku aja yang nyetir ya," ucap Sabira.

"Gak usah, aku masih bisa kok. Lagian hanya luka kecil," ujar Bilal.

Sabira merobek sedikir hijabnya untuk menutup pendarahan ditangan Bilal agar tidak semakin banyak mengeluarkan darah, Bilal hanya memperhatikan Sabira dari samping. Rupanya Istrinya itu mulai perhatian padanya, tak terasa senyumnta mengembang diwajahnya.

"Sementara lukanya ditutup dulu ya, nanti sampe rumah aku bersihkan lagi. Kamu jangan keluar lagi ya darah," ucap Sabira berbicara pada luka ditangan Bilal.

Bilal tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan Sabira.

"Kenapa ketawa?" tanya Sabira.

Bilal menggeleng. "Terimakasih ya istriku," ucap Bilal.

"Untuk?"

Bilal menunjukkan lukanya yang sudah dibalut robekan hijab Sabira.

"Untuk ini," balasnya.

"Nanti aku belikan hijab baru satu toko buat istri aku sebagai ganti hijabnya yang sobek karena luka ditanganku," lanjutnya.

"Janji ya, satu toko."

"Iyaa janji, jangankan satu toko. Satu dunia pun akan aku berikan untuk kamu, Habibah."

****

Akhirnya mereka sampai dirumah setelah banyak drama selama perjalanan, Shanum yan hendak kabur, Shanum yang hendak loncat. Hingga Ulwa keawalahan membuat Shanum tertidur, jika tidak begitu dramanya tidak akan usai.

"Assalamu'alaikum," salam Sabira pada abi dan umi yang menunggu didepan rumah mereka.

"Wa'alaikumsalam," jawab abi dan umi.

"Abi sama umi kok belum tidur? Ini sudah malam loh," tanya Sabira.

"Mana bisa abi dan umi tidur ketika anak-anaknya masih diluar, nak. Kenapa kalian baru pulang? Dimana Shanum?" tanya umi.

Tak lama Bilal turun dengan perban hijab ditangannya, umi dan abi langsung menatap Bilal dan Sabira.

"Ini cuma luka biasa kok abi, umi. Nanti juga sembuh," ucap Bilal.

"Jangan bilang ini ulah Shanum?" tanya abi.

Sabira dan Bilal tidak mungkin memberitahu kejadian yang sesungguhnya, untungnya Ulwa membawa Shanum sehingga perhatian mereka teralihkan pada Shanum.

"Ya Allah, Shanum! Apa yang terjadi dengan kamu, nak?" tanya umi.

"Aku ngantuk! Aku gak mau diganggu!" ucap Shanum.

"Biar Ulwa antar Shanum ke kamarnya ya abi, umi."

"Iya iya, ajak dia ke kamarnya. Lalu kunci ya Ulwa kamarnya," titah abi.

"Baik abi," balas Ulwa sambil memapah Shanum ke kamarnya.

Sepeninggal Sahnum dan Ulwa, abi dan umi meminta penjelasan pada Sabira dan Bilal namun karena malam sudah semakin larut serta mereka tidak ingin membuat kekhawatiran pada abi dan umi maka Sabira meminta izin untuk pergi ke kamarnya.

"Besok umi tunggu penjelasan dari kalian, soal Shanum serta luka ditangan Bilal."

*****

BABAY JUMPA LAGI NANTIIIIIII

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang