Jangan lupaa 🌟🌟🌟🌟
Happy reading
********
"Aku sakit apa, mas? Kok kamu diem aja, jawab aku sakit apa"
Sudah lebih belasan kali Sabira menanyakan hal itu pada suaminya Bilal, tapi tidak ada jawaban apapun.
Bilal hanya diam terduduk disamping ranjang rumah sakit dengan menggenggam tangan Sabira yang terbalut infusan.
Hiks!
Sabira mulai mengeluarkan jurus tangisannya, sebenarnya bukan jurus yang tepat karena dirinya pun sedang dalam keadaan penasaran sekaligus takut.
"Aku mau pulang aja ke rumah umi dan abi, kamu gak sayang sama aku!"
Bilal menahan tangan Sabira yang hendak menarik paksa selang infusannya.
"Jangan ditarik, nanti berdarah. Biar gini aja dulu," ucap Bilal.
"Gak mau, aku mau pulang!" bentak Sabira.
"Buka dulu kertasnya," titah Bilal.
"Gak mau, muka kamu mencurigakan. Aku tau pasti aku sakit kan?"
"Buka aja dulu biar kamu tau sendiri," titah Bilal lagi.
Sabira melempar kertas itu kesembarang tempat, dia menangis seperti anak kecil yang ingin permen namun tidak diberikan.
"Aku mau tau dari mulut kamu, aku gak mau kertas itu!"
"Ya dibuka dulu, dibaca dulu sayang."
"Gak mau!"
"Cup...cuppp, jangan nangis ya. Maafin saya ya," ucap Bilal membujuk Sabira.
Namun Sabira menolak dipeluk Bilal, dia menjauhkan Bilal darinya karena aroma parfum Bilal membuatnya terasa mual.
"Jauh-jauh, kamu bau!" titah Sabira menutup hidungnya.
"Biasanya kamu suka bau parfum saya," ucap Bilal.
Tok...tok...
"Permisi, boleh saya masuk?"
Pertengkaran kecil antara Bilal dan Sabira harus terhenti karena dokter Reni datang dikala Sabira masih menangis dengan tangan menutup hidungnya, dokter Reni tertawa kecil melihat pasangan muda dihadapannya ini sangat menggemaskan.
"Loh kok calon ibu masih menangis? Ada apa?"
Hazel Sabira terbuka sempurna mendengar kata 'calon ibu' tangisnya pun seketika berhenti, dia meyeka sisa air mata dipipinya dengan tangannya seperti anak kecil.
"Apa tadi, dok? Boleh diulang gak?" pinta Sabira.
"Aduh ini pak suami bagaimana sih, kok istrinya belum dikasih tau. Surat yang saya kasih tadi mana?" tanya dokter Reni.
"Itu bukannya surat hasil lab penyakit saya ya?"
****
Dokter Reni menyarankan Sabira untuk melakukan USG agar memastikan janinnya dalam kondisi baik, semula Sabira tidak percaya jika dirinya hamil karena Bilal tidak memberitahunya.
Tapi setelah dijelaskan oleh dokter Reni, Sabira baru mengerti dan mulai percaya bahwa didalam perutnya ada kehidupan yang akan berkembang disana.
"Sekarang kita lihat ya kantung janinnya, memang masih kecil karena masih berusia dua minggu. Nanti setelah usia kehamilan empat bulan kita lihat lagi ya," jelas dokter Reni.
"Tapi saya gak hamil duluan kan, dok?" tanya Sabira dengan polosnya.
"Sayang, kok nanyanya gitu? Kita aja ta'aruf," bisik Bilal.
"Ya kan aku nanya, lagian cuma sekali kok bisa langsung isi. Aneh tau!" balas Sabira.
Pertanyaan polos Sabira membuat dokter Reni tertawa geli, baru kali ini ada pasien sepolos itu. Biasanya kehamilan yang terlalu awal pasti akan ditutupi, ini malah bertanya secara terang-terangan.
"Berapa lama usia pernikahan kalian?" tanya dokter Reni.
"Baru satu bulan, dok. Kita dijodohin," jawab Sabira.
"Saya jelaskan sedikit ya, kehamilan akan terjadi jika sel telur dibuahi oleh sel sperma. Sel telur akan dilepaskan wanita saat ovulasi di masa subur. Sedangkan sel sperma setelah masuk ke tubuh wanita akan bisa bertahan sampai 7 hari. Dengan demikian kamu tidak perlu takut karena sangat normal jika kamu langsung hamil setelah menikah. Bahkan wanita bisa hamil meskipun hanya sekali saja berhubungan intim. Hal tersebut bisa terjadi jika saat hubungan intim dilakukan kamu sedang dalam masa subur sehingga sel sperma bisa langsung bertemu dengan sel telur dan terjadi pembuahan. Sel telur yang sudah dibuahi akan menjadi bakal janin dan menempel di dinding rahim. Begitu," jelas dokter Reni.
Banyak orang menyalah artikan ketika melihat seseorang baru menikah langsung hamil, apa lagi orang awam akan menuduk 'hamil diluar nikah' nyatanya medis berkata lain.
"Ooooo, sekarang saya ngerti dokter. Terimakasih penjelasannya," ucap Sabira.
"Oke, sekarang kita tengok dedeknya ya."
Sabira dan Bilal melihat pada layar alat USG dengan seksama, rasanya masih seperti mimpi mereka akan menjadi orang tua.
"Pada minggu kedua ini, sudah terbentuk embrio ya. Hanya saja masih terlalu kecil mengingat usianya masih sangat muda, nanti kita lihat lagi setelah usia kandungan lima minggu ya."
"Jaga baik-baik anak dan ibunya, jangan sampai menangis lagi seperti tadi ya."
****
Malamnya Sabira sudah diperbolehkan pulang setelah merengek pada Bilal dan Bilal harus meminta izin pada dokter dengan jaminan Bilal sendiri, sebelum pulang Bilal mengambil vitamin untuk penguat kandungan.
Sabira menunggu dengan sabar dikursi tunggu, untungnya rumah sakit sudah sunyi sehingga mereka tidak perlu lagi mengantri.
"Udah yuk pulang," ajak Bilal.
Bilal menggandeng Sabira hingga masuk ke dalam mobil, bahkan ketika sampai dirumah pun Bilal masih menggandengnya.
Tidak ada siapapun dirumah, padahal Shanum hanya izin pergi mendaftar kuliah saja. Tapi sampai malam dia belum kembali, dijalan juga Sabira sudah mencoba menghubunginha tapi tidak ada jawaban.
"Mikirin Shanum ya?" tebak Bilal.
Sabira menganggung. "Iya, kok dia belum pulang ya. Katanya cuma daftar kuliah doang," jawab Sabira.
"Tunggunya di kamar aja ya, bisa sambil rebahan. Pasti capek seharian dirumah sakit," ajak Bilal.
Sabira menurut saja pada Bilal, lagi pula badannya masih terasa pegal-pegal.
"Kamu mau makan apa?" tanya Bilal.
"Aku gak mau makan, aku mau kamu disini sama aku. Pengen nyender didada kamu," ucap Sabira.
Mungkin bawaan bayi makanya Sabira berlagak manja dengan Bilal, kapan lagi kan Sabira seperti ini. Biasanya kan seperti kucing galak jika bersama dengan Bilal, jadi tak mau kehilangan momen Bilal pun menurut naik ke atas kasur.
"Gini?" tanya Bilal.
Sabira langsung memeluk Bilal dari samping, direbahkannya kepalanya didada bidang Bilal dengan nyaman.
"Masssssss... dalam perut aku beneran ada dede bayi ya?"
*****
SEKIAN DULU YAKSS
KAMU SEDANG MEMBACA
ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)
Romansa"Aku tidak mau menikah denganmu hanya karena paksaan orang tuaku!" "Saya mencintaimu." "Bohong! Aku bukanlah wanita sempurna yang pantas kau cintai!" "Saya tidak mencari kesempurnaan, saya tulus ingin menikahi kamu karena saya mencintaimu bukan ka...