AQQ 24

391 10 46
                                    

Jangan lupa 🌟

Happy reading....

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

Hembusan angin malam menyerang seluruh tubuh Sabira, hangatnya malam tak lagi ia temukan dalam dirinya. Seketika pikirannya meracu, seakan ia akan kehilangan hal berharga dalam hidupnya.

Pandangannya kosong kearah jendela samping pintu mobil, dengan jemari mengukir debu yang ada pada kaca jendela. Tak lama rintik hujan turun bersamaan dengan air matanya yang kembali menetes deras.

Dibelakang kemudi sahabatnya hanya bisa mentap dari kejauhan, begitu juga dengan Bilal hanya fokus menyetir sembari beberapa kali mengecek kondisi istrinya. Ya 'Istri' sekarang mereka sudah SAH, namun Sabira nampaknya masih belum menerima.

"Abi, maaf...." lirih Sabira dengan suara seraknya.

"Aku bukan anak yang baik, bi..."

"Aku hanya bikin malu abi dan keluarga kita..."

Racu Sabira terasa sakit ketika mendengarnya, masa lalu yang ia sembunyikan malah terkuak dihari pernikahannya. Sabira masih belum berpikir pelaku yang sudah membuat kekacauan ini, apa lagi soal pesan itu adalah kunci permasalahan ini dimulai.

"Ulwa, kamu ingat kan aku gak bawa hp itu?" tanya Sabira tiba-tiba.

"I-iya, hp itu hilang kan. Saat kita mau pulang," balas Ulwa.

Sabira beralih pada Bilal disampingnya, dia ingat terakhir kali ponselnya diambil oleh Bilal. Otaknya bekerja seakan menuduh Bilal pelakunya, Bilal ikut menatap wajah Sabira seperti akan menerkamnya.

"Ada? Kenapa kamu melihat saya seperti itu?" tanya Bilal dengan pandangan fokus ke depan.

"Kamu pelakunya kan?" tuduh Sabira.

Bilal ngerem mendadak saat mendengar tuduhan dari Sabira, untung saja jalanan sepi jadi tidak masalah Bilal ngerem mendadak.

"Aduhhh... sakit! Bisa nyetir gak sih, kalo sampe kita kecelakaan gimana? Mau tanggung jawab?" omel Sabira memegangi jidatnya.

"Maaf, saya gak sengaja..." Bilal mengecek kening Sabira.

Bilal meniup kening Sabira, sekarang wajah Bilal dan Sabira sangat dekat. Ulwa yang menyaksikan langsung membuang wajahnya agar tidak melihatnya, Bilal juga mengusap kening Sabira. Lagi-lagi Ulwa malihat, tak tahan dengan adegan ini membuay Ulwa berdehem.

"Inget-inget sama jomblo dibelakang kalian," protes Ulwa.

Sabira kembali menegakkan duduknya, keduanya terlihat salah tingkah dengan adegan yang terjadi secara singkat itu.

"Kamu gak papa? Ada yang sakit?"

****

Bilal kembali melajukan mobilnya menuju rumah sakit, mereka mendapatkan kabar bahwa abi dalam keadaan kritis dan harus dioprasi untuk pemasangan ring dijantungnya.

Tak lama mereka sampai dirumah sakit, Sabira turun dengan cepat bahkan dia lupa menutup kembali pintu mobilnya. Bilal dan Ulwa mengikutinya dari belakang, hingga mereka sampai di depan ruang oprasi.

"Abi..."

Perawat membawa abi dari ruang IGD menuju ruang oprasi, tetapi Bilal meminta waktu sebentar untuk Sabira dan umi serta Shanum melihat abi sebelum oprasi.

"Abi... Abi harus kuat ya, abi kan sudah janji. Abi harus sembuh," ucap Sabira.

Hiks... Tangis ketiga perempuan ini begitu menyayat hati, ketiga hanya bisa menangisi abi.

"Abi, kita tunggu disini ya. Abi janji ya, abi harus keluar dengan selamat. Abi harus bertahan demi kita...."

"Maaf, kita harus segera membawa pasien ke dalam. Karena oprasi harus dilakukan sekarang," ucap dokter.

Brangkar abi berjalan ke dalam ruang oprasi, Sabira sempat memegang tangan abi begitu juga dengan abi memegang tangan Sabira hingga perawat melepaskan pegangan mereka.

"Abi...hiks!"

Shanum memeluk umi, mereka saling menguatkan dalam pelukan. Sementara Sabira, dia masih terduduk dilantai rumah sakit di depan ruangan oprasi.

Air mata yang terus mengalir ikut dalam untaian doa untuk kelancaran oprasi abi, Bilal tak kuat melihat air mata Sabira.

"Bira, kita doakan semoga abi segera sembuh. Dan oprasinya berjalan lancar," ucap Bilal.

Tanpa disadari Sabira malah menghambur dalam pelukan Bilal, dia memeluk Bilal erat sambil menangis. Bilal ragu hendak membalas pelukan Sabira, dia malah mengelus puncak kepala Sabira.

"Menangislah Habibah, saya tidak akan melarangmu. Tetapi setelah ini jadilah Habibah yang selalu memarahi saya," ucap Bilal.

Sabira melepas pelukan Bilal saat melihat umi dan Shanum, dia berjalan kesana dibantu oleh Bilal.

"Umi," panggil Sabira.

Umi menatap Sabira tajam. "Mau apa kamu? Belum cukup kamu buat kami malu? Sekarang kamu buat ayahmu sendiri masuk ke dalam ruangan itu karena ulahmu!"

"Kami sangat mempercayaimu, kami percayakan kamu pergi ke kota untuk menuntut ilmu! Tapi nyatanya apa? Kamu langgar kepercayaan kami!" lanjutnya.

Sabira bersujud dibawa kaki uminya. "Maaf... maaf, maaf umi... Sabira minta maaf,"

****

Plak!

"Kamu pikir dengan kata maaf bisa mengembalikan abimu!"

Umi melayangkan tamparan pada Sabira hingga Sabira terlempar, wajar jika uminya marah karena masa lalu Sabira.

"Umi tenang, ini rumah sakit..." Shanum menenangkan umi yang terlihat emosi.

"Pergi kamu dari sini!" usir umi.

"Pergi!" titah umi.

Bilal membantu Sabira berdiri, Sabira menolak diajak pergi. Dia ingin melihat abinya, tapi situasi tidak memungkinkan Sabira masih berada disana.

"Ulwa, saya minta tolong kamu tetap disini ya. Tolong jaga mereka," titah Bilal.

"Iya, aku titip Sabira ya. Jaga dia juga, dia butuh kamu sekarang."

Bilal membawa Sabira keluar dari area ruang oprasi, dia membawa Sabira ke taman rumah Sakit. Bilal meninggalkan Sabira sebentar untuk memblikan makan dan minuman di kantin, tak butuh waktu lama dia segera kembali.

"Abi...." lirih Sabira sejak tadi.

Bilal menghapus air mata Sabira, kali ini tidak ada perlawanan apapun. Sabira masih menggunakan gaun pengantinnya begitu juga dengan Bilal, mereka seperti pengantin kawin lari pantas saja pengunjung rumah sakit memperhatikan mereka.

"Sabira, minum dulu ya. Biar kamu tenang," pinta Bilal.

Dia membantu Sabira memegangi botol minumnya, Sabira hanya meneguk sedikit air mineral itu.

"Kenapa kamu masih perduli sama aku?" tanya Sabira.

Bilal tersenyum. "Saya kan suami kamu," jawab Bilal.

"Kenapa kamu mau jadi suamiku?"

*****

UDAH DULU YA BESOK LANJUT LAGI.

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang