Jangan lupa 🌟
Happy reading.....
*******
Prang!
Bilal berlari masuk ke dalam kamarnya saat mendengar benda jatuh diarah kamarnya, benar aja Sabira menyenggol gelasnya saat hendak turun dari ranjangnya. Bukan hanya gelas yang jatuh, Sabira juga terjatuh diantara pecahan beling.
"Astagfirallah," ucap Bilal membantu Sabira berdiri.
"Kamu gak papa kan?" tanya Bilal.
Didudukkannya Sabira diranjangnya, Bilal mengambil tong sampah dan juga sapu untuk membersihkan pecahan belingnya agar tidak mengenai kaki Sabira.
Saat membersihkan pecahan beling, dia melihat selembaran kertas yang dipegang Sabaira jatuh terkena basahnya air teh. Namun masih terlihat jelas isi surat itu, dia menatap Sabira yang masih menangis."Sabira," panggil Bilal.
Sabira menoleh, memperlihatkan wajah sebabnya yang sudah penuh dengan air mata.
"Kamu tidak sendiri sekarang," ucap Bilal memeluk Sabira. "Ada saya, kamu bisa membagi semuanya dengan saya. Saya suami kamu," lanjutnya.
Pelukan hangat Bilal menenggelamkan Sabira dalam kesedihannya, dia menangis menahan pedihnya kehidupan yang ia miliki.
"Kenapa abi sembunyikan ini semua," lirih Sabira.
"Sssttt.... pasti abi punya alasan untuk ini semua," ujar Bilal.
"Tapi apa alasannya! Ini bukan masalah kecil, ini masalah besar dan abi sembunyikan masalah sebesar ini dari aku!"
Sabira memukul-mukul Bilal. "Abi harus jelasin semuanya!"
"Iya, nanti pasti abi jelaskan semuanya. Sekarang kita diakan abi, supaya abi bisa semnuh. Bisa kumpul bareng kita lagi," ucap Bilal.
"Aaaaaaa! Aku penyebab segalanya! Aku anak yang tidak diinginkan! Aku anak..."
"Sssstt... tenang ya, Habibah tenang..."
Bilal mengelus punggung Sabira, dibelainya kepala Sabira dengan lembut.
Bilal melantukan solawat untuk Sabira yang mulai tenang, meski air matanya masih membasahi wajahnya.
"Allahumma shalli wa sallim wa barik 'ala sayyidina Muhammadinil Fatihi lima ughliqa, wal khatimi lima sabaqa, wan nashiril haqqa bil haqqi, wal hadi ila shiratin mustaqim. Shallallahu 'alayhi, wa 'ala ālihi, wa ashhabihi haqqa qadrihi wa miqdarihil 'azhim."
"Artinya: Ya Allah, limpahkanlah sholawat, salam, dan keberkahan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad saw., pembuka apa yang terkunci, penutup apa yang telah lalu, pembela yang haq dengan yang hak, dan petunjuk kepada jalan yang lurus. Semoga Allah melimpahkan sholawat kepadanya, keluarga dan para sahabatnya dengan hak derajat dan kedudukannya yang agung."
****
Bilal berhasil menenangkan Sabira, kini dia sudah tertidur dengan lelap. Mungkin untuk sejenak dia bisa melupakan masalahnya, ntah setelah terbangun apa yang akan terjadi.
"Mas Bilal, bisa kita bicara sebantar?" panggil Shanum diambang pintu kamar.
Setelah memasangkan selimut pada Sabira, Bilal meninggalkan Sabira untuk bicara dengan Shanum.
Mereka kini berada di pekarangan masjid, beberapa menit sempat terjadi keheningan antara Shanum dan Bilal.
"Mau bicara apa?" tanya Bilal membuka pembicaraan.
Shanum mengumpulkan keberanian sebelum memulai pembicaraan, sudah sekian lama Shanum tidak lagi banyak bicara dengan Bilal setelah Bilal menjadi kakak iparnya.
"Soal surat tadi..."
"Kamu tau isi surat itu?" tanya Bilal memotong ucapan Shanum.
Shanum mengangguk, dia memang sudah tahu sejak lama mengetahuinya.
"Sejak kapan?" tanya Bilal.
"Sejak dua tahun yang lalu," jawab Shanum.
"Pantas saja perlakuan abi sangat jauh berbeda antara aku dan juga mbak Sabira, ternyata alasannya itu. Pada saat itu umi minta untuk merahasiakannya dulu sampai waktunya tiba, dan mungkin ini waktunya sudah tiba. Makanya umi memberikan surat itu," lanjutnya.
Bilal mengangguk mengerti. "Dimana ibu kandung Sabira?" tanya Bilal lagi.
"Umi bilang, ibu kandung mbak Sabira meninggal pada saat melahirkan mbak Sabira. Karena umi tidak tega, umi merawat mbak seperti anaknya sendiri. Tidak lama mbak Sabira lahir, umi mengandung aku. Kita saudara," jawab Shanum.
"Umi dan abi dijodohkan sama seperti kalian, tetapi abi sudah mencintai perempuan lain sebelum menikah dengan umi. Abi menikahi perempuan itu tanpa sepengetahuan keluarganya, lalu abi juga menikahi umi karena permintaan almarhum ibunya. Sebulan pernikahan umi mengetahui jika dia bukan istri satu-satunya melainkan istri kedua dari abi, perempuan itu datang memberitahukan soal kehamilannya. Tentu saja umi merasa hancur bahkan almarhum eyang juga meninggal karena syok mendapati abi memiliki istri lain," jelas Shanum.
Bilal tertegun mendengar penjelasan Shanum, kejadian lama terulang kembali pada Sabira. Masa lalunya menghantui masa depannya, bedanya Sabira bisa menolak masa lalunya sedangkan abinya malah tenggelam didalamnya.
"Pada saat mengetahui mbak Sabira memiliki pacar sebelum menikah dengan kamu tentu saja membuat umi merasa takut, umi takut kejadian dimasa lalu kembali terulang. Dan benar saja, abi masuk rumah sakit karena masa lalu mbak Sabira. Tapi sekarang mbak Sabira juga harus menerima masa lalunya yang pasti membuatnya syok," tutur Shanum.
"Seiring berjalannya waktu, semuanya akan membaik begitu juga dengan Sabira, dia akan menerima masalalunya. Kamu tenang saja, saya akan membantu Sabira."
****
"Kamu belum membatalkan puasamu, minum dulu. Setelah itu kita solat berjamaah," titah Bilal memberikan segelas air dan tiga butir buah kurma.
Prang! Sabira menepis gelas hingga terpental dan pecah.
"Pergi kamu dari sini!" bentak Sabira."Sabira, saya minta maaf ya kalau saya sudah salah," ucap Bilal.
Sabira melempar bantal pada Bilal, dia mengacak-ngacak kasurnya hingga berhamburan. Bilal mencoba meraih Sabira, namun berkali-kali Sabira menangkisnya.
"Pergi! Aku gak mau dikasihani," usir Sabira.
"Oke, saya akan pergi. Tapi kamu tenang dulu," titah Bilal.
Sabira terduduk disamping ranjangnya dengan menekuk kedua kakinya, rasanya masih seperti mimpi. Hidup yang semula bahagia malah berubah seketika saat mengetahui jika umi Najma bukanlah ibu kandungnya, apa lagi latar belakang ibunya menjadi karma baginya sekarang membuatnya semakin merasa hina.
"Sabira, kamu boleh marah. Kamu boleh bersedih, tapi kamu harus ingat satu hal. Ada Allah yang akan memelukmu, jangan tinggalkan Allah. Jangan pernah merasa sendiri," ucap Bilal.
"Andai aku tidak melanggar janjiku pada abi dan umi, pasti masa lalu ibuku tidak akan menghantui kita. Aku memang bodoh!" racu Sabira.
"Saya tahu betapa beratnya ujianmu, tetapi Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan hamba itu. Jadi yakinlah, ujianmu akan segera berlalu. Dan Allah akan mengangkat derajatmu Habibah," tutur Bilal.
"Omong kosong! Kamu hanya membuat aku tenang kan? Tapi kenyataannya, aku penyebab dari semua masalah yang ada!"
*****
SEKIAN TERIMAGAJIHHHHHH....
KAMU SEDANG MEMBACA
ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)
Romance"Aku tidak mau menikah denganmu hanya karena paksaan orang tuaku!" "Saya mencintaimu." "Bohong! Aku bukanlah wanita sempurna yang pantas kau cintai!" "Saya tidak mencari kesempurnaan, saya tulus ingin menikahi kamu karena saya mencintaimu bukan ka...