Jangan lupa 🌟🌟🌟🌟🌟
Happy reading.....
*********
Dunia seketika merenggut segalanya, kepercayaan, kesetiaan, harga diri bahkan suaminya sendiri yang sudah meruntuhkan segalanyaaa...Bukan sekedar kepercayaan melainkan cintanya sudah tidak lagi sama, dirinya sudah tidak lagi berdaya dengan keadaan seperti bermain-main dengannya...
Pandangannya lurus menatap jendela mobil yang dibasahi air hujan mengalir deras seperti air mata yang jatuh dipelupuk indahnya...
'Aku harus apa sekarang?' batinnya.
'Semuanya sudah hancur, tidak ada lagi yang tersisa.'
'Aku kehilangan anak sekaligus suamiku, sekaranng takdir apa yang akan datang padaku?'
Pikirannya terus mengitari kejadian sebelum dirinya memutuskan untuk ikut kembali ke rumah orang tuanya, kejadian yang seharusnya tidak pernah ia lihat kini berputar dalam roda kehidupannya.
"Nak, sudah ya. Anggap saja ini ujian dalam hidupmu, semuanya akan membaik. Waktu yang akan mengubah keadaan ini," ucap umi disampingnya.
Huft.... Sabira membuang napasnya, keadaan memang akan membaik. Tapi apakah hatinya akan ikut membaik juga?
"Umi, abi. Sabira minta maaf, karena kejadian tadi. Kalian harus melihat segalanya," ucap Sabira.
Tangan umi terulur mengelus lembut kepala Sabira yang bersandar dibahunya.
"Kamu tidak salah, Bilal juga tidak salah. Hanya saja waktu yang kurang tepat, jangan jadikan ini sebuah penyesalan, nak. Apapun keputusanmu, kami sebagai orang tua. Hanya bisa mendoakan yang terbaik," jelas umi.
"Kalau bisa diperbaiki, maka perbaiki. Jika dirasa tidak bisa, ikhlaskan. Tapi jangan pernah kalian saling membenci, nak. Bagaimana pun kalian pernah bersama," ucap abi.
"Tapi abi, Bilal gak bisa dimaafkan. Kejadian tadi itu cukup menjijikan untuk laki-laki yang sudah beristri apa lagi istrinya lagi sakit loh!" sahut Shanum.
"Shanum, sudah. Kamu jangan jadi hantu," titah umi.
"Gak bisa umi, ini sudah bukan rahasia umum lagi dan bukan hanya urusan mbak Sabira aja. Ini sudah jadi urusan keluarga," timpa Shanum.
Umi memberikan kode agar Shanum diam, Shanum terdiam dengan colekan dari abi disampingnya yang tengah mengemudi.
"Abi, umi. Sabira gak mau pisah sama Bilal, tapi Sabira gak bisa egois karena ada perempuan lain yang sedang mengandung anaknya. Sabira bingung," ungkap Sabira.
"Kembalikan semuanya kepada sang pemilik takdir ya, nak. Semuanya akan membaik sesuai dengan keinginanmu, dan pesan umi jangan menutup telinga untuk mendengarkan penjelasan dari suamimu."
****
Bilal tak habis pikir pada Keylin yang sudah memanipulasi keadaan, nyatanya semalam tidak terjadi apapun diantara dia dan Bilal. Bilal memang pulang, tapi dia tidak bertemu dengan Keylin.
"Kamu keterlaluan, Keylin!"
"Saya tidak akan pernah sudi menerima anak itu!"
"Kamu lebih baik jelaskan semuanya kepada Sabira, kalau kita tidak pernah melakuksn itu semalam!"
Keylin tersenyum jahat. "Langkahku sudah sejauh ini, terus kamu minta aku jelaskan? Tentu saja tidak," tolaknya.
"Keterlalun kamu! Apa mau kamu?"
"Kamu masih tanya mau saya apa? Tentu saja saya mau kamu seutuhnya, Bilal!"
"Saya sudah memiliki Sabira, lebih baik kamu pergi dari sini!"
Bilal mendorong Keylin, dorongan itu membuat kebohongan Keylin yang lain terungkap.
"Jadi, selama ini--"
"Iyaa! Ini semua aku lakuin demi mendapatkan kamu kembali!"
Keylin berpura-pura hamil untuk mendapatkan simpatik Sabira, perut yang seolah asli dia desain sedemikian rupanya hingga banyak yang mengita itu adalah perut aslinya Keylin. .
"Sudah cukup, Keylin. Sudahi semua ini!" bentak Bilal.
"Gak! Aku gak akan menyudahi ini sampai istri kamu meminta bercerai!"
"Saya tidak akan membiarkan itu terjadi, sekarang juga kamu pergi dari rumah ini!"
Bilal menarik paksa Keylin keluar dari rumahnya, dan saat pintu terbuka. Sosok Reno datang dihadapannya, dia menarik Keylin dari genggaman Bilal..
"Mau lo apain adek gue?" tanya Reno.
"Adik?" tanya balik Bilal.
"Iya, Keylin ini adek gue! Dia minta gue datang kesini, katanya lo yang udah berani ngelecehin dia tadi malam. Jadi lo orangnya?!"
Bugh! Reno mendaratkan bogeman keras disudut bibi Bilal, hingga mengeluarkan darah. .
"Cukup, bang!" tahan Keylin yang melihat Reno hendak mendaratkan pukulan lagi.
"Lo ngapain sih nahan gue? Dia pantas dapat ini! Setelah dia ambil Sabira, sekarang dia juga mau sama lo! Sialan!"
"Bajingan lo, Bilal! Sok suci ternyata lo gak ada bedanya sama gue!"
"Lo harus mati!"
****
Reno menghantam Bila secara brutal hingga Bilal tidak sanggup langi melawan, dirinya tersungkur dihadapan Reno. Bogeman yang dilayangkan membuat Bilal tidak bisa berkutik lagi.
"Cukup, bang! Bilal bisa mati gara-gara lo!"
"Biarin dia mati! Lo harus ikut gue pulang ke Jakarta!"
"Gak! Gue gak mau balik, gue mau disini!"
"Gak bisa, lo harus balik. Nyokap nyariin lo!"
"Terus Bilal gimana bang? Siapa yang bawa dia kerumah sakit? Lo gila apa mau biarin dia begitu!"
Reno menarik Keylin untuk mengikutinya, Bilal mencoba bangkit untuk mendapatkan bantuan namun darah mengalir menutupi matanya dan membuatnya kembali terjatuh.
"Sabira...." lirihnya.
Seketika Sabira terbangun dari tidurnya, dia menatap jam dinding menunjukkan pukul 23.00 Wib. Perasaannya tidak karuan, panas dingin menyerangnya. Pikirannya terus tertuju pada Bilal, dia mengambil ponselnya dan menekan nomer Bilal.
"Mbak, ada apa?" tanya Shanum terbangun.
Sabira tidak menjawab, dia berlari keluar kamar dan mengambil kunci mobil abinya.
"Loh, mbak! Mau kemana?" teriak Shanum melihat Sabira sudah berada didalam mobil.
Tok... tok...
"Mbak, buka pintunya! Mbak gak bisa nyetir jauh!" pinta Shanum.
Abi dan umi terbangun mendengar teriakan Shanum, mereka berlarian keluar dan mereka melihat Sabira mengemudikan mobilnya.
"Sabira mau kemana, nak?"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)
Dragoste"Aku tidak mau menikah denganmu hanya karena paksaan orang tuaku!" "Saya mencintaimu." "Bohong! Aku bukanlah wanita sempurna yang pantas kau cintai!" "Saya tidak mencari kesempurnaan, saya tulus ingin menikahi kamu karena saya mencintaimu bukan ka...