AQQ 30

404 9 1
                                    

Jangan lupaaa 🌟🌟🌟🌟

Happy reading.....

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******


Umi melepas Sabira pergi untuk menata kehidupan barunya, meski Sabira bukan anak kandungnya tapi ikatan antara dirinya dengan Sabira melebihi ikatan ibu kandung dan anak kandung. Jika diingat rasanya baru kemarin dia mengajari Sabira berjalan, mengajarinya bicara. Dan sekarang Sabira sudah bukan lagi tanggung jawabnya, melainkan tanggung jawab suaminya.

"Umi, kita masuk yuk. Sudah sore," ajak Shanum.

Shanum dan umi Najma masuk ke dalam rumahnya, seketika bayang-bayang masa kecil Sabira terlihat menghiasi ramainya setiap sudut rumah. Padahal Sabira sudah terbiasa tidak ada dirumah tapi entah kenapa kali ini berbeda rasanya.

"Sepi ya gak ada Sabira," ucap umi.

"Iya umi, gak ada lagi yang aku gangguin. Sendirian lagi deh," balas Shanum setuju.

"Udah ah jangan sedih, kita ke dapur aja yuk."

"Assalamu'alaikum!"

Suara geledeg Ulwa terdengar dari depan rumahnya.

"Wa'alaikumsalam," jawab umi membukakan pintu.

"Umi, Sabira udah berangkat yaaaaaaa?" tanya Ulwa.

"Yahhhh mbak Ulwa telat, udahh setengah jam yang lalu kali. Makanya jangan sibuk bikin peyek terus," ledek Shanum.

"Padahal Ulwa mau ngasihkan ini," ucap Ulwa menunjukan satu kotak kue nastar kesukaan Sabira.

"Padahal Ulwa mau ngasihkan ini," ucap Ulwa menunjukan satu kotak kue nastar kesukaan Sabira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Umi menerima kue nastar buatan Ulwa. "Ya udah, kuenya buat umi aja ya. Sebagai gantinya gimana kalau kamu buka puasa disini aja, mau kan?" tanya umi.

"Terimakasih umi, tapi maaf. Dirumah sudah banyak keluarga yang datang, mau buka puasa bareng," ucap Ulwa.

"Kalo gitu Ulwa pamit ya, assalamu'alaikum."

****

Sabira tiba di rumah bernuansa putih klasik yang cukup besar, bunda mengajaknya masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabira tiba di rumah bernuansa putih klasik yang cukup besar, bunda mengajaknya masuk. Diikuti ayah, Bilal, dan Azan. Di dalam rumah sudah ada kejutan untuk Sabira yang sudah disiapkan keluarga besar Bilal, dan saat masuk Sabira disambut dengan taburan bunga waras yang jatuh tepat diatas kepalanya.

"Wecom tu or home uty Bila!"

Sambutan pertama diberikan oleh keponakan sepupu Bilal yang bernama Cila, rasanya seperti tamu kehormatan yang baru saja mendarat dibandara.

"Selamat datang menantu," ucap bunda disamping Sabira.

"Terimakasih," balas Sabira.

Sabira menerima pelukan sari Cila yang lucu, mereka memeluk Sabira.

"Ucel Bi cini itut Cila," ajak Cila menarik tangan Bilal.

Cila menyatukan tangan Bilal dengan Sabira, lalu dia melompat-lompat  kegirangan membuat semua yang melihat ikut tertawa bahagia.

Sadar dengan genggaman tangan Bilal, Sabira mencoba melepas genggaman itu namun Bilal menahannya dan tetap tersenyum ke depan.

"Jangan dilepas sayang," bisik Bilal.

Huekk! Rasanya ingin muntah mendengar Bilal memanggilnya dengan kata 'sayang', sok romantis tepatnya.

"Lepas jangan cari kesempatan," bisik Sabira balik.

"Kalo gak mau gimana?" tanya Bilal.

"Aku teriak," jawab Sabira.

"Teriak aja, paling mereka pikir kamu gak sabar buat..."

"Buat apa? Jangan macem-macem!"

"Cuma satu macam aja kok, saya sayang kamu. Kamu sayang saya juga kan?" goda Bilal.

"Gak lucu! Lepas!"

"Bunda! Tolong dong nih pasutri baru jangan bisik-bisikan didepan aku," teriak Azan melihat Bilal dan Sabira berbisik.

"Makanya cepet cari istri, Azan. Biar gak gerah liat pasutri baru," ledek ayahnya Cila.

"Kapan nih honeymoon?"

****

Setelah buka bersama, Azan memberikan amplop pada Bilal sebagai hadiah pernikahan mereka.

"Apa ini bang?" tanya Bilal menerima amplop itu.

"Buka aja," titah Azan.

Bilal membuka amplop itu, amplop berisikan dua tiket bulan madu untuk Bilal dan juga Sabira.

"Bulan madu?" tanya Sabira dan Bilal.

"Kenapa? Kok kaget? Kalian belum bulan madu kan?" tanya Bilal.

Bilal dan Sabira saling melirik secara bergantian, keduanya tidak mungkin menjawab diluar perkiraan BMKG.

"Bulan madu gak harus jauh-jauh ke Bali kali bang, di rumah aja bisa. Iya kan sayang," ucap Bilal merangkul Sabira.

"Hehehe... iya," balas Sabira menyingkirkan tangan Bilal yang tak mau menyingkir.

"Gak bisa, kalian harus berangkat. Sayang tiketnya, mau saya yang jalan. Tapi jalan sama siapa? Gak mungkin sama Sabira kan," ucap Azan.

"Tapi-"

"Oke kita berangkat setelah lebaran ya bang," ucap Bilal memotong ucapan Sabira.

"Jangan lupa pulang bawa kabar ponakan udah dalam perut ya," ucap Azan.

Sabira tersenyum canggung, seperti ini kah rasanya menjadi istri Bilal yang selalu ditagih anak.

"Sudah cukup Azan menggoda Sabira dan Bilal, biarkan mereka istirahat. Katanya kamu mau takbir keliling?" ucap bunda mengingatkan.

"Oiya bener juga, ayah ikut kan?" tanya Azan.

"Aku ikut ya bang," ucap Bilal.

"Gak usah, kamu dirumah aja. Fokus sama ponakan saya," ucap Azan.

"Ya udah, ayo sayang kita ke kamar. Banyak yang nunggu Bilal junior," ajak Bilal merangkul Sabira.

Bukannya terlihat romantis, malah Sabira merasa geli dengan tingkah Bilal. Padahal keluarga Bilal terlihat bahagia melihat Sabira dan Bilal berjalan bersama, Bilal mengajak Sabira ke kamarnya.

Sampai di dalam kamar, Sabira melepas rangkulan Bilal secara brutal.

"Apaan sih pake ngomong Bilal junior, Bilal junior... geli tau gak!" omel Sabira.

Bilal mencolet dagu Sabira. "Emangnya kenapa sih? Kamu gak mau punya anak dari saya?" tanya Bilal menggoda.

"Ihhh geli tau gak! Aku gak mau diatur, lagian aku masih kuliah. Siap yang mau jaga anak kamu?"

"Kan kita bisa gantian jaganya, atau kita titip bunda atau umi."

"Apaan sihhhh! Kamu pergi aja bulan madu sendiri sana, terus bikin anak sendiri, kan cuma kamu yang setuju, aku mau ke rumah abi setelah lebaran!"

"Jadi kita gak bulan madu? Terus kapan?"

*****

SEKIAN TERIMAGAJIHHHHHH

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang