AQQ 41

329 10 1
                                    

Jangan lupaaa 🌟🌟🌟🌟

Happy reading...

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**********

Pukul menunjukkan pukul sebelas malam, sudah satu jam berlalu pencarian Shanum disekitar rumah hingga taman kota tak membuahkan hasil apapun.

Sejak tadi Ulwa pun hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena kebodohannya dia tidak melihat jelas Shanum pergi kemana dan dengan siapa.

"Sekarang kita pulang aja dulu, besok kita cari lagi. Udah terlalu malam juga," ajak Bilal.

"Tapi kalo Shanum diculik gimana?" tanya Sabira.

"Iya, soalnya tadi didepan pesantren ada mobil hitam yang berhenti depan Shanum. Kalo itu mobil penculik gimana?" tanya Ulwa.

"Ssssttt.... jangan berpikir macem-macem dong, siapa tau kan Shanum cuma butuh hiburan. Kita berpikir positif aja," tutur Bilal.

Bilal membukakan pintu mobil untuk Sabira, sementara Ulwa matanya masih melirik kesana kemari berharap ada petunjuk.

"Itu kaya mobil tadi deh," ucap Ulwa menunjuk mobil disebrang mereka.

Sabira menutup pintu mobil yang dibuka Bilal, dia ikut memperhatikan mobil yang Ulwa tunjuk.

"Itu kan mobil Reno," ucap Sabira.

"Kamu yakin?" tanya Bilal.

"Yakin lah, orang dia sering jemput aku pake mobil itu!"

Bilal dan Ulwa menatap Sabira secara bersamaan, padahal maksud Sabira adalah dulu ketika dia masih menjadi pacarnya Reno.

"Kenapa kalian ngeliatin aku?" tanya Sabira.

Sabira mengelus pipi Bilal. "Dulu," ucapnya lembut.

"Heh! Bukan waktunya ngebucin!" omel Ulwa.

"Pastiin ke dalam cafe itu kalo benar itu mobil Reno, yang artinya...."

"Reno sama Shanum!" seru Sabira.

"Bisa jadi!" sahut Ulwa.

Sabira dan Ulwa melangkah menuju cafe dengan meninggalkan Bilal yang harus memarkirkan mobilnya dulu.

Di dalam cafe sudah sepi pengunjung mungkin karena sudah malam, hanya ada tersisa beberapa meja. Dengan mudah Sabira dan Ulwa dapat menemukan yang mereka cari.

Brak!

Sabira menggebrak meja yang ada dihadapan Reno, membuat beberapa pengunjung cafe terpelonjak kaget dan mereka menatap Sabira yang sudah terbakar amarah.

Byur!

"Dasar bajingan! Dimana adek gue?"

****

Reno membersihkan bekas sirup diwajahnya dengan tisu, hampir saja Sabira membuat kegaduhan dengan berdebat dengan Reno. Untung saja Bilal dengan cepat datang, sehingga suasana cafe kembali seperti semula.

"Buruan jawab, dimana Shanum?" tanya Sabira.

"Sabar, nanti kita diusir dari sini. Pelan-pelan ya bicaranya," tahan Bilal.

Masih tidak ada jawaban dari Reno, dia malah meminta bill pada pelayan dan mengabaikan kehadiran Sabira.

"Bener-bener yaa-"

"Sabar," ucap Bilal.

"Gak bisa, ini udah keterlaluan. Dia harus jawab pertanyaan aku," ujar Sabira.

"Ambil aja kembaliannya," titah Reno pada playan cafe.

"Heh! Lo budeg ya, dimana Shanum?"

"Katanya lo santriwati lulusan pondok, penghafal Al-qur'an. Tapi minim sopan santun ya," ucap Reno.

"Udah deh gak usah bawa-bawa lulusan pondok atau hapalan gue, yang mau gue tau sekarang lo bawa kemana adek gue?"

"Itu kan adek lo, kenap lo tanya gue?" tanya balik Reno.

"Gak usah basa basi deh Ren, lo bawa kemana Shanum?" tanya Ulwa.

Reno masih belum bergeming, dia seolah tidak tahu apa-apa.

"Lo mau tau kan Shanum dimana?"

Setelah itu dia memasukan ponselnya ke dalam saku jaketnya, dia melempar secarik kertas dihadapan Sabira.

"Lo dateng aja kesitu, mungkin adek lo udah habis sama om-om. Salah siapa mau aja gue kibulin," ucap Reno.

Reno berjalan keluar dari cafe, tak tinggal diam Sabira melempar gelas dihadapannya.

Prangg!

"Sabira!"

Gelas itu tidak tidak mengenai Reno, namun berhasil membuat pengunjung cafe kembali terpelonjat.

"Lo kenapa sih? Gue kan udah kasih alamat adek lo berada, terus kenapa lo lemparin gue gelas? Lo mau tanggung jawab kalo sampe gue kenapa-kenapa?" tanya Reno masih santai.

"Atau lo udah gak cinta sama suami lo itu?"

"Baru juga beberapa hari, masa udah bosen! Sorry gue gak akan minta lo balik sekarang, karena adek lo lebih seksi..."

Sungguh menjijikan, kalimat terakhir membuat Sabira merinding. Sikap Reno masih belum berubah, selalu memiliki pikiran mesum.

Tapi Sabira tidak bisa tinggal diam, dia tidak mungkin membiarkan Shanum dalam dekapan Reno yang tidak waras ini.

"Urusan lo sama gue Reno! Kenapa lo bawa-bawa adek gue?" tanya Sabira.

"Dimana lo sembunyiin adek gue?" tanyanya lagi.

"Ngapain sih lo masih nyari adek yang gak tau diuntung itu hah?" tanya balik Reno.

Sabira menarik kerah baju Reno hingga Reno kesulitan bernapas.

"Jawab! Dimana Shanum?" bentak Sabira.

"Gue gak tau!"

****

Sisi lain Sabira terlihat dihadapan Bilal, dia pikir Sabira hanya seperti perempuan pada umumnya yang hanya diam jika diperlakukan tidak baik.

Namun istrinya sangat berbeda dari yang lain, Sabira mempu membuat Reno memohon padanya untuk dilepaskan dan Bilal harus membantu Reno lepas dari Sabira sebelum Reno habis ditangannyan.

"Minum dulu," titah Bilal membawakannya sebotol air mineral.

Sekarang mereka berada diluar cafe, mereka diusir oleh menejer cafe karena sudah membuat keributan.

"Aku gak bisa minum sebelum kita berhasil bawa Shanum pulang," ucap Sabira.

"Kita pasti temuin Shanum, kamu minum dulu. Pasti kamu capek habis lawan Reno," ucap Ulwa.

"Kita coba ke alamat ini ya," pinta Sabira memberikan alamat yang diberikan Reno pada Bilal.

Bilal mengambil secarik kertas itu. "Tapi ini sudah malam, Habibah. Abi dan umi pasti menunggu kita," ucap Bilal.

Sabira menangkupkan kedua tangannya dihadapan Bilal, dengan air mata yang mulai membasahi pipinya dia memohon.

"Aku mohon, kali ini aja. Aku minta kita temui Shanum dan membawanya pulang," ucap Sabira.

"Kamu juga butuh istirahat, Ulwa juga tu pasti sudah ditunggu keluarganya."

"Gak papa kok, nanti biar aku kabarin keluargaku. Yang penting kita temuin Shanum dulu," ucap Ulwa.

"Bilal, aku masih istrimu kan? Apa kamu tidak akan mengabulkan permintaan pertama istrimu ini?"

*****

SEKIANNN TERIMAKACIHHHH

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang