AQQ 18

416 13 57
                                    

"Belajar mencintai dari Zulaikha, ketika dia mengejar yusuf maka dijauhkannya yusuf darinya. Namun ketika Zulaikha mengejar Allah Swt, saat itu juga didekatkannya yusuf padanya."


Happy reading....
Jangan lupa 🌟

*****

Ulwa menuruti suruhan Sabira untuk memberikan kue putu pada Bilal, nyatanya Ulwa merasa takut jika usaha Sabira akan gagal lagi kali ini tapi dia mencoba ikhtiar.

"Permisi," ucap Ulwa meletakkan sepiring kue dihadapab Bilal.

Lalu Ulwa memberikan juga kepada yang lainnya, namun hanya milik Bilal yang berbeda. Yang lain Sabira memberikan puding coklat, membuat Ulwa semakin takut.

"Wahh, kayanya enak kue putunya. Bunda boleh coba gak?" tanya bunda pada Bilal yang hendak menyuap.

Ditaruhnya lagi sendok yang sudah dipegang, dan Bilal menyodorkan kue putu tersebut pada bundanya.

"Boleh bun, coba aja. Kayaknya sih enak," titah Bilal.

Ulwa bergerak mendekat dan menarik piring kue yang dipegang bunda dengan wajah paniknya, sementara Sabira memberikan gelengan pada Ulwa untuk tidak mengambil kue tersebut namun Ulwa yang tidak tega tetap bersikeras ingin mengambil kue itu.

"Tante makan pudingnya aja ya, hehee... ini kuenya kan punya mas Bilal, spesial loh ini buatan Sabira. Calon istrinya mas Bilal," ucap Ulwa.

"Oooo jadi ini buatan Sabira, berarti buatan calon mantu dong. Gak papa biar bunda coba," ucap bunda kekeh.

"Jangan tante, tante makan pudingnya aja itu juga buatan Sabira kok."

"Tapi saya mau kue putu ini," ucap bunda menarik piring kuenya.

Ulwa menarik kembali piring kuenya, sekarang mereka seperti anak kecil yang berbut makanan.
Bilal mengambil piring kue tersebut, dan ia berikan pada bundanya.

"Gak papa biar bunda aja yang makan, saya sudah kenyang."

"Loh gak bisa mas Bilal, kasian loh Sabira udah buatin spesial masa gak dicobain. Nanti Sabiranya sedih loh," ucap Ulwa.

Situasi menegangkan berlangsung, ucapan Ulwa berhasil membuat Bilal menyendok kue putu tersebut.

"Oke, saya cicip tapi sebelumnya biar bunda dulu yang cicip."

Bilal menyuapi bundanya, saat itu juga Ulwa menutup wajahnya dengan tangan yang sedikit terbuka agar ia dapat melihat ekspresi bunda Kemuning.

Wleeeekkk!

"Pedas!" teriak bunda.

"Air," pinta Bilal.

Bilal memberikan segelas air pada bundanya, dan diminumlah air itu. Setelah pedasnya mereda, Bilal mencek isian kue putu yang ternyata ada potongan cabai yang dihaluskan.

"SABIRA!"

Teriakan abi membuat Sabira terpelonjat, semua orang ikut menatap Sabira yang terlihat santai.

"Apa-apaan ini Sabira? Ini ulah kamu kan?"

****

"Sabira gak tau abi kalau ada cabai di dalamnya," jawab Sabira berbohong..

Bukan abi namanya jika bisa termakan omongan bohong Sabira, jelas-jelas Ulwa sudah bilang kalau semua makanan yang mengolahnya adalah Sabira.

"Untuk apa kamu melakukan ini?" tanya umi.

"Kamu sudah mempermalukan abi Sabira, mereka ini calon keluargamu. Kenapa kamu berbuat seperti anak kecil? Ada apa denganmu, Nak?" tanya abi.

"Sudah abi, jangan dimarahi Sabiranya. Ini salah saya, harusnya saya yang makan kue itu bukan bunda. Lagi pula bunda gak kenapa-kenapa kok," bela Bilal.

Pembelaan Bilal malah membuat Sabira murka, emosinya memuncak saat Bilal berusaha membelanya dihadapan abinya.

"Gak usah sok jadi pahlawan, lagi pula itu semua aku lakuin supaya ta'aruf kita gagal!"

"Jaga bicara kamu Sabira!" bentak umi.

"Emang bener kok, aku lakuin supaya dia gak betah disini umi!"

"Nak, bukannya kamu sudah menyetujui perjanjian kita? Kenapa kamu sekarang malah bertentangan dengan perjanjian kita?" tanya abi tak percaya.

"Awalnya Bira emang setuju karena Bira belum tau jika dia orangnya, kalau Bira tau dari awal dia orangnya. Bira gak akan mau! Kita itu gak cocok abi," ucap Sabira

"Tidak cocok bukan berarti kita tidak berjodoh," sahut Bilal.

"Mau dilihat dari manapun kita beda, kita gak saling kenal. Dan aku gak akan pernah bisa jadi istri kamu!"

"Kita akan saling mengenal setelah kita dipersatukan dalam keluarga yang halal, dan aku yakin suatu hari nanti kamu akan bisa menerima takdir kita berdua."

"Aku gak suka dikekang dan diatur!"

"Tapi dalam agama seorang suami adalah kepala keluarga, kamu tahu itu kan?"

"Aku gak peduli pokoknya kita gak cocok!"

****

"Hentikan, Sabira..."

Abi terduduk memegangi dadanya yang terasa sesak karena melihat sikap putrinya yang seolah berusaha menentangnya, sikap putrinya berubah sembilan puluh derajat.

"Abi!" panggil Sabira.

Semua orang terlihat panik, bahkan Bilal sudah menelpon mobil ambulance dari rumah sakit terdekat.

"Abi, maafin Bira. Bira gak bermaksud kaya gini," ucap Sabira memegangi tangan abinya.

"A-abi gak papa, nak. A-abi cuma ingin melihat kamu bahagia," ucap abi tertatih.

"Abi mau apa? Abi mau lihat Bira menikah sama Bilal kan? Iya kan abi?" tanya Sabira.

Abi mengangguk. "Abi ingin melihatmu dalam balutan baju pengantin, nak. Ka-kamu pasti terlihat ca-cantik," ucapnya.

"Pernikan akan terjadi abi, Bira akan menikah dengan Bilal. Tapi abi jangan sakit, abi harus kuat. Abi harus sembuh," ucap Sabira.

Air mata Sabira sudah menetes, umi dan Shanum juga sudah ikut menangis melihat kondisi abinya.

"Nak Bilal," panggil abi.

Bilal berjalan mendekat pada abi, dia terduduk disamping Sabira.

"Maafkan sifat kekanak-kanakan Sabira ya, dia masih belum dewasa. Dia butuh bimbingan dari seorang suami," ucap abi.

"Bilal gak akan bisa marah sama sikap Sabira, abi. Bilal tau ini hanya sebuah perkenalan yang Sabira berikan pada Bilal," balas Bilal.

"Abi boleh minta satu permintaan?" tanya abi.

"Apa itu? Insyaallah jika bisa akan Bilal kabulkan," tanya Bilal balik.

"Abi ingin pernikahan kalian dimajukan menjadi malam besok, setelah solat terawih. Bisa?"

****

Udah ya segini dulu hari ini.

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang