Jangan lupaa 🌟🌟🌟🌟
Happy reading....
********
Setelah mendengar penjelasan dari Bilal, dia tidak langsung mempercayainya seratus persen. Dia juga ingin mendengar setengah kisahnya dari mulut Keylin langsung, menurut Sabira lebih baik mendengar dari kedua sisi sehingga dia akan mencari tahu siapa yang berbohong dan siapa yang berkata jujur, meski hatinya sangat ingin mempercayai suaminya seutuhnya.Namun keyakinannya goyah ketika melihat perut buncit Keylin yang lebih besar dari perutnya sendiri, yang artinya hubungan itu jauh sebelum Bilal menikahinya.
"Usia kehamilan kamu berapa bulan?" tanya Sabira pada Keylin yang tengah duduk dimeja makan.
Sabira sengaja menyuruh Keylin untuk makan dulu, karena wajahnya terlihat pucat. Dia meminta Shanum untuk menghangatkan makanan, dengan sabar Keylin menunggu hingga makanannya terhidang diatas meja seperti sekarang.
"Silahkan dimakan," ucap Shanum ketus.
"Makasih ya, dek."
"Hmmm."
Shanum tidak mau melihat Keylin, dia memilih untuk masuk ke dalam kamarnya dan membiarkan Sabira mengurus segalanya. Padahal Shanum sudah meminta Sabira untuk mengusir Keylin, tapi Sabira malah kekeh menampungnya..
"Enak makanannya?" tanya Sabira.
Keylin makan begitu lahapnya, dia seperti orang yang tidak makan selama berhari-hari. Semua lauk dia santap, hingga tidak menyisakan apapun.
Eeeeekk!
Terdengar sendawa Keylin yang begitu nyaring, rupanya masakan Sabira cukup membuat Keylin merasa kenyang.
"Maaf ya, makanannya enak kok. Aku suka, tapi habis. Kalian makan apa nanti?"
"Gak papa, nanti aku bisa masak lagi. Sekarang minum dulu," ucap Sabira menyodorkan segelas air.
Keylin meminum air itu, lalu ditaruhnya gelas disebelahnya.
"Kamu usia kehamilan aku ya?"
Sabira mengangguk. "Iya, kelihatannya sudah besar. Berapa usianya?""Tujuh bulan," jawab Keylin sambil tersenyum.
Sabira memaksakan senyumnya, dia mengelus perut buncit Keylin sambil membacakan doa untuk keselamatan ibu dan jabang bayinya sesuai anjuran agama.
"Kamu bisa ceritakan kejadiannya? Aku ingin dengar dari kamu langsung, aku ingin kamu terbuka denganku."
****
Keylin memulai ceritanya dengan isak tangis, kejadian itu membuat dirinya merasa tidak pantas masuk ke dalam kehidupan Sabira. Tapi dia tidak ada cara lain selain datang dan meminta Bilal mengakui anak itu, Bilal ditengah cerita.
"Lin, tiga tahun kita tidak pernah bertemu. Jangankan bertemu, berkomunikasi saja sudah tidak. Lalu kenapa kamu datang dan mengatakan itu anakku?"
"Ini memang anak kamu! Apa kamu tidak ingat kejadian ricuh dibandara saat kamu baru menginjakkan kaki di Jakarka?"
Ingatan Bilal kembali pada kericuhan saat dirinya transit di Jakarta beberapa bulan lalu, dia memang sempat tak sadarkan diri karena kekacauan yang dibuat geng motor di bandara Jakarta.
Dia tidak ingat jika dirinya bertemu dengan Keylin disana, kesadarannya memang tidah sepenuhnya tapi dia ingat separuhnya bahwa dia berada dirumah sakit waktu itu dan tidak ada Keylin disana.
"Aku tidak melihatmu hari itu? Lalu bagaimana bisa kita melakukan itu? Kamu jangan mengarang cerira, Lin. Saya sudah memiliki istri dan istri saya sedang mendung anak saya," ucap Bilal.
Keylin menatap Sabira, dia tidak menyangka jika Sabira juga sedang mengandung."Kamu hamil?" tanya Keylin.
Sabira mengangguk. "Iya," jawabnya singkat.
Keylin menangkupkan kedua tangannya, seraya meneteskan air matanya dihadapan Sabira. Rasanya memang sangat jahat, dia muncul ditengah keluarga harmonisnya.
"Maaf.... maaf," pintnya.
Sabira menurunkan tangan Keylin, mereka saling menguatkan. Meski hati Sabira sakit, tapi dia juga dapat merasakan kebimbangan dalam diri Keylin.
"Kamu gak salah, ini semua sudah terjadi. Kita cari solusinya bersama ya," ucap Sabira.
"Sabira, kamu perempuan baik. Kamu tenang saja, aku tidak akan mengambil suamimu. Aku hanya ingin, Bilal mengakui anak ini. Itu saja," ungkap Keylin.
"Keluargaku tidak ada yang mau menerimanya, bahkan kami diusir dari rumah. Aku tidak percaya dengan mereka juga jika anakku dirawat oleh mereka, tidak ada orang yang baik selain ayah kandungnya. Jadi aku mohon setelah dia lahir tolong rawat dan gantikan posisiku sebagai ibunya," pinta Keylin.
"Gak bisa gitu dong, kan saya sudah bilang kalau dia--"
Sabira menahan Bilal untuk tidak mengatakan hal buruk pada bayi dalam kandungan Keylin, malam sudah cukup larut. Tentu Keylin membutuhkan istrirahat, Sabira akan mencari solusinya besok.
"Kamu istriharat di kamar tamu ya, besok kita bicara lagi."
Keylin diantar oleh Shanum menuju kamarnya, sementara dia dan Bilal masih diam tanpa suara hingga...
"Aku tidur di kamar Shanum, aku mau kita saling introspeksi diri."
****
Sepanjang malam mata Sabira enggan untuk menutup, perutnya terasa keram. Mungkin efek dia stres, dilihatnya kesamping Shanum sudah tertidur pulas.
Sabira bangkit dari kasur, dia memilih untuk mengambil air wudhu sebelum solat tahajud. Dia ingi meminta petunjuk agar segala kebenaran terbuka, dia tidak ingin hatinya tidak percaya kepada suaminya.
Setelah selesai solat, Sabira menadahkan kedua tangannya. Melangitkan nama suaminya, dengan berlinang air mata dia menumpahkan segala keluh kesahnya disana.
"Mbak."
Sabira melihat Shanum sudah ada disebelahnya, Shanum mendengar doa Sabira bahkan Shanum merasa tidak tega melihat Sabira melewati ini semua sendirian.
"Mbak kenapa nangis?" tanya Shanum.
"Mbak takut, kehilangan mas Bilal.
"Kenapa mbak harus takut? Mbak kan istri sahnya," ucap Shanum.
"Keylin juga punya buku nikah, tapi mas Bilal sudah berkata jujur. Hati mbak meminta mbak percaya seutuhnya sama mas Bilal, tapi..."
"Mbak, hatimu sudah benar. Tidak ada yang mampu memisahkan mbak sama mas Bilal, Keylin sekalipun. Surat nikah yang ada di Keylin bisa jadi itu palsu, aku akan cari tau semuanya. Sampai tuntas," janji Shanum.
"Sekarang, mbak kembali ke kamar mbak ya. Mbak gak boleh pisah ranjang, yang ada Keylin marasa menang kalo mbak dan mas Bilal pisah kamar."
Sabira memeluk Shanum, bicara dengan Shanum dan berdoa pada penciptanya sudah cukup membuat hatinya yakin untuk berpihak pada suaminya.
"Terimakasih ya, dek. Mbak akan mendukung mas Bilal sepenuhnya, mbak gak akan biarin mas Bilal sendirian menghadapi semua ini dan mbak sudah punya solusinya sekarang."
*****
BYE JUMPA BESOK
KAMU SEDANG MEMBACA
ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)
Romance"Aku tidak mau menikah denganmu hanya karena paksaan orang tuaku!" "Saya mencintaimu." "Bohong! Aku bukanlah wanita sempurna yang pantas kau cintai!" "Saya tidak mencari kesempurnaan, saya tulus ingin menikahi kamu karena saya mencintaimu bukan ka...