"Aku tidak mau menikah denganmu hanya karena paksaan orang tuaku!"
"Saya mencintaimu."
"Bohong! Aku bukanlah wanita sempurna yang pantas kau cintai!"
"Saya tidak mencari kesempurnaan, saya tulus ingin menikahi kamu karena saya mencintaimu bukan ka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*******
Beberapa minggu setelah kejadian buruk itu, akhirnya tiba dimana Sabira akan mendapatkan gelar sarjananya sebagai Sarjana pendidikan agama islam. Seluruh keluarga datang untuk hari bahagianya.
"Selamat ya sayang, masyaallah akhirnya pakai toga juga. Cantik sekali," puji bunda.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Balutan kebaya merah maroon membuat kencantikan Sabira semakin terpancar, orang bilang jika wajah ibu hamil sering berdandan itu tandanya anak yang dikandungnya berjenis kelamin perempuan.
"Sungguh rezeki yang luar biasa ya, bund. Tahun ini benar-benar tahun membahagiakan bagi keluarga kita, selain Sabira mendapatkan gelar barunya. Kita juga akan mendapatkan seorang cucu," ungkap umi.
"Benar sekali, umi. Saya udah gak sabar mau gendong cucu, berapa bulan ini?" tanya bunda mengelus perut Sabira yang mulai menggunduk.
"Tiga bulan," jawab Sabira.
"Ini sih harus ada acara empat bulanan ya, umi. Kita siapkan nanti," ucap bunda semangat.
Riuh suasana kampus merayakan kelulusan membuat semuanya terasa ramai, tak lama Ulwa dan Shanum juga datang membawakan Sabira buket uang yang sangat besar.
Mereka berdua memeluk Sabira dengan gembira, tak mau kalah Azan juga ingin ikut namun ditahan oleh Ahyan.
"Jangan, bang. Kita aja bertiga," ajak Ahyan.
"Ogah ah! Mau sama mereka aja!"
Ahyan menarik paksa Azan agar berpelukan bertiga seperti Sabira, Shanum dan Ulwa. Para orang tua hanya bisa tersenyum bangga melihat keberhasilan anak-anak mereka, melihat keakraban satu sama lain sudah membuat para orang tua ini merasa lega termasuk abi dan umi.
"Abi, ini untuk abi."
Sabira memberikan ijazah sarjananya pada abi, karena berkat abi dia bisa mendapatkan gelar yang luar biasa atau biasa dibilang cumlaude dengan IPK rata-rata 3,98 medekati sempurna.
"Abi bangga sama kamu cah ayu, terus bermimpi ya ndok. Terbang setinggi mungkin, jangan karena sudah menikah impianmu berhenti sampai disini. Dengan bantuan doa suamimu, niscaya kehidupanmu akan terang benderang."
****
Hari minggu waktunya bersantai bagi ibu hamil yang menginjak 4 bulan usia kehamilannya, sebelum besok disibukkan dengan acara 4 bulanan yang akan digelar keluarga besar Bilal jadi Sabira bisa bersantai dulu di rumah.
Dari kamar sudah tercium aroma masakan menggoda Sabira, tidak ada istilah manti dihari weekend baginya padahal pamali kata orang jika bumil malas mandi.
"Good morning calon ibu dari anak-anakku," sapa Bilal melihat Sabira datang.
Wajah bantalnya jelas terlihat, namun bagi Bilal itu adalah wajah tercantik seorang Sabira.
"Kamu pasti lapar," tebak Bilal.
Dihidangkannya roti lapis dengan isian ikan tuna dan berbagai macam sayuran, menu ini menjadi menu kesukaan Sabira ketika sedang hamil.
"Susu ibu hamil rasa strawberry kesukaan kamu."
"Silahkan dimakan sayang."
Sabira tersenyum senang, begitu dimanjakannya dirinya oleh Bilal.
"Kamu gak makan?" tanya Sabira.
Bilal menggeleng. "Liat kamu makan aja aku udah kenyang," ucapnya.
Teng.. nong...
Bel rumahnya berbunyi, entah tamu dari mana bertamu sepagi ini dihari minggu pula.
"Aku bukain pintunya dulu ya," ucap Sabira.
"Eee... gak usah, kamu makan aja. Biar aku yang kedepan," ucap Bilal.
Bilal beranjak dari duduknya, sebelum mengecek tamu tak diundang dia mencium puncak kepala Sabira dulu lalu mengeluanya dengan lembut.
"Makan yang banyak ya istriku, biar kalian sehat selalu."
"Ekhemmmm.... masih pagi!" protes Shanum yang baru keluar dari kamarnya.
Sabira tertawa kecil melihat tingkah Shanum.
"Aku kedepan dulu."
****
Ceklekk....
Perlahan Bilal membuka pintu rumahnya, entah kenapa dia tidak mengintip dulu dari jendela kali ini.
Dia langsung membuka pintu saja, siapa tau petugas kebersihan yang datang karena kemarin jadwal pengambilan sampah tidak ada yang datang.
"Sampahnya disana ya pak, nanti uangnya saya--"
Degh!
Ucapan Bilal terputus kala melihat tamu tak diundang dihadapannya itu berdiri dihadapannya, kedua pasang mata itu saling bertemu. Bilal masih mematung ditempat, wajahnya memucat dengan mulut sedikit terbuka karena syok.
"Hai, apa kabar?"
Tiga kata keluar dari mulut orang dihadapan Bilal, detik berikutnya Bilal berusaha menyadarkan dirinya.
Bilal menarik tangan orang tersebut agar menjauh dari pelataran rumahnya.
"Ngapain kesini?" tanya Bilal dengan suara berbisik.
"Kamu masih nanya kenapa aku kesini? Tentu untuk ini," tunjuknya memperlihatkan perutnya yang membuncit.
"Terus? Dimana suamimu?"
Plak!
Bilal menerima tamparan darinya, Bilal tidak mengerti kenapa dia menerima tamparan itu padahal dia saja tidak tau apa-apa.
Terdengar bunyi tamparan hingga sampai ke dalam rumah, Sabira dan Shanum saling bertanya lewat tatapan mata mereka.
"Kamu denger gak mbak?" tanya Shanum.
"Iya, kaya dari luar...." Sabira ingat dengan Bilal yang berada diluar.
"Mas Bilal!"
Sabira langsung beranjak dari duduknya, diikuti Shanum yang juga penasaran dengan bunyi keras dari luar rumah.
"Mas, kamu gak--"
Tidak hanya Sabira yang terkejut, Shanum pun sama terkejutnya melihat seorang perempuan hamil sedang ada dihadapannya.
Sementara Bilal dia terlihat gugup ketika melihat Sabira dan Shanum datang, Bilal langsung menggenggam tangan Sabira.
"Ini siapa mas?" tanya Sabira.
Perempuan itu mengulurkan tangannya dihadapan Sabira. "Saya calon ibu dari anak suami kamu."