AQQ 48

286 10 1
                                    

Jangan lupaaa 🌟🌟🌟🌟🌟

Happy reading....

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

********


Suasana hati Sabira begitu cerah seperti cahaya mentari yang begitu terang benderang, jadwal wisudanya sudah ditentukan bulan depan. Rasanya tidak sabar untuk memberi kabar pada Bilal, dia mengambil ponselnya di dalam tas lalu mengambil duduk didekat taman area kampus.

Jarinya bergerak mencari kontak panggilan, namun dia berhenti pada nomer misterius yang mengirimnya gambar semalam.

Hatinya masih enggan percaya tentang gambar blur itu, meski gambar itu blur tapi tetap memperlihatkan wajah seseorang yang dia kenal.

"Ekhemmm," dehem seseorang.

Dengan cepat Sabira menutup layar ponselnya, dilihatnya Reno yang sudah duduk disebelahnya tanpa jarak.

Sabira menjauhkan duduknya agar tidak berdekatan dengan Reno, karena itu akan menimbulkan fitnah apabila Shanum yang melihatnya.

"Mau apa kamu?" tanya Sabira.

Dicoletnya dagu Sabira oleh Reno, Sabira menepis kasar tangan Reno.

"Jangan macem-macem kamu ya, aku bisa laporan kamu ke dekan!" ancam Sabira.

"Oke, gue gak macem-mecam." Reno mengangkat tangannya.

"Btw, suami lo handal juga ya ngegaet cewek cantik. Sampe begitu lagi," cetus Reno.

Sabira memberikan tatapan tajam pada Reno.

"Jangan bilang kamu yang udah ngirim gambar gak jelas ini?" tuduh Sabira.

Reno tersenyum sinis. "Foto itu udah bukan rahasia umum lagi kali, udah kesebar kemana-mana. Bahkan di madding utama kampus ini aja udah ada kok, tapi mereka gak tau kalo cowok itu suami lo."

Tak menunggu waktu lagi, Sabira langsung bergegas menuju maddinhg utama dikampus itu. Dimana selurus pengumuman mengenai akademik dipajang disana, jelas akan menjadi tontonan masal.

Dengan napas terengan Sabira menaiki anak tangga satu persatu, madding utama yang dimaksud berada dilantai empat tepat di area kelas perkuliahan.

Benar saja madding itu sudah dikerumuni banyak mahasiswa, tidak mungkin Sabira bisa mencabut gambar itu ditengah kerumuman. Yang ada malah menimbulkan banyak pertanyaan.
Tiba-tiba perut Sabira terasa sakit.

"Akh.." rintihnya.

Keringat dingin sudah membasahi wajahnya, dia perlahan berjalan menuju toilet. Dia duduk sebentar diatas tolilet duduk untuk meredakan sakit perutnya, mungkin efek naik tangga menyebabkan perutnya keram.

"Nak, maafin bunda ya. Pasti kamu capek karena bunda naik tangga tadi ya, kita istirahat sebentar ya disini. Sampe kakak-kakak diluar masuk ke kelas," tutur Sabira bicara dengan perutnya.

Kringggggg

"Sudah bel, nak. Ayo kita selamatkan ayah, semangat ya sayang."

****

Ulwa mengirimkan pesan jika dirinya menunggu diperpustakaan, diperjalanan ke perpustakaan Sabira bertemu dengan Shanum. Sudah tiga hari anak itu tidak ada pulang ke rumah, jadi Sabira akan menanyakan dimana dia tinggal sekarang.

"Shanum," panggil Sabira.

"Kenapa mbak?" tanya Shanum malas.

"Kamu kok gak pulang ke rumah? Tinggal dimana kamu?" tanya Sabira.

Sialnya tiba-tiba Reno datang merangkul Shanum.

"Mbak aku duluan ya," ucap Shanum.

Belum sempat menjawab Shanum malah pergi dengan Reno, gaya pacaran mereka sudah kelewat batas. Tapi Sabira tidak mungkin berdebat lagi dengan Shanum, yang terpenting sekarang Shanum mau belajar untuk masa depannya.

"Sab, ngapain disini?" tanya Ulwa mengejutkan Sabira.

Sabira mengelus dadanya karena kaget. "Ya Allah, ngagetin aja sih kamu. Aku baru aja mau masuk," ucap Sabira.

"Kamu udah liat foto di madding utama belum sih?" tanya Ulwa.

Sabira menggeleng, lebih baik pura-pura tidak tahu dari pada harus menjawab ribuan pertanyaan dari Ulwa.

"Emang foto apa?" tanya Sabira balik.

"Fotonya sih udah gak ada, aku kata si Reno tu tadi. Cuma pas aku keatas udah gak ada fotonya," jawab Ulwa.

"Kaya gak tau Reno aja, mungkin foto iseng." Sabira tersenyum canggung.

"Iya kali ya, ya udah ayo masuk."

****

POV Bilal

Setelah mengantar Sabira ke kampus, Bilal langsung menuju kantornya. Diruangannya sudah ada Ahyan menunggu kedatangannya. Meski terbilang baru tapi Bilal sudah memiliki kedudukan sebagai menejer disana.

"Pagi mas bro, gimana kabar your bojo?" tanya Ahyan.

Berita kehamilan Sabira juga sudah sampai dikantor, makanya Ahyan tau. Ya, Bilal mendapat jalur pekerjaan ini lewat Ahyan sahabat Bilal itu.

"Alhamdulillah sehat, sudah mulai ngampus."

Bilal membuka laptop tapi ditahan oleh Ahyan, dia ingat dengan desas desus berita dikantor mengenai Bilal.

"Sudah liat berita belum?" tanya Ahyan membuka topik.

"Berita apa?" tanya Bilal.

Dibukanya kembali laptop kerjanya, sambil berbincang dengan Ahyan.

"Kerja di kantor majalah itu kudu update, Lal. Apa lagi soal diri sendiri," ucap Ahyan.

"Berita apa sih? Emang saya punya berita apa? Saya bukan artis," tanya Bilal.

Ahyan memberikan ponselnya pada Bilal, dia memperlihatkan gambar yang sempat membuat geger tiga tahun yang lalu.

"Kok foto ini bisa ada lagi sih?" tanya Bilal.

"Gak tau, padahal kita udah berusaha singkirin ini semua. Terus your bojo sudah tau? Pasti sudah dong," tebak Ahyan.

Bilal menggeleng, nyatanya memang belum ada yang ia beritahukan pada Sabira.

"Belum nemu waktu yang tepat, apa lagi sekarang Sabira lagi hamil anak saya. Saya gak mau buat dia kepikiran," balas Bilal.

"Mending kasih tau, meski pahit saya yakin Sabira akan menerima semuanya. Secara dia perempuan baik-baik, ingat, Lal. Lebih baik dia tau dari kamu dari pada dia harus tau dari orang lain, itu akan lebih sakit. Jadi ceritakan pelan-pelan," pesan Ahyan.

Yang dikatakan Ahyan semuanya benar, Bilal akan mencari waktu untuk menceritakan semuanya. Dengan keyakinan yang Bilal miliki, Sabira akan menerima semuanya.

"Thank's ya, Yan. Saya pasti akan ceritakan semuanya nanti," ucap Bilal.

"Tapi masih ada hal yang akan membuat kamu dan Sabira merenggang," cetus Ahyan mendadak serius.

"Keylin kembali."

*****

SEGINI AJA DULUUU.. BYEEE

ARWA'UL QULUB QOLBUK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang