WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA
"Setidaknya salah satu dari kita harus bahagia"
Tidak ada manusia yang tidak menginginkan bahagia yang sempurna. Rumah yang kokoh, dengan hangat di dalamnya. Cinta yang utuh dengan tulus di dalamnya
Sempurna? Bahkan jik...
Kalau bukan gue orangnya, jangan bawa gue terlalu jauh
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
William mengepalkan kedua tangannya, dia pikir Raka hanya akan menemani Liana fotoshoot. Namun laki-laki itu ternyata bertamu ke rumah besar Liana
Raka tanpa malu berhadapan dengan kedua orang tua Liana. Orang tua Liana bahkan rela mengosongkan jadwalnya hanyaa untuk menemui Raka
"Saya dengar kamu anak tunggal pemilik perusahaan otomotif Internasional? Ayah kamu Dylan? Marga Wang?" Tanya Papa Liana
'Anjir marga aja ditanyain'
"Saya anak sulung, karena Mama saya sedang hamil" ucap Raka
"Okey, saya akan menemui orang tua kamu untuk membicarakan pertunangan kalian" ucap Papa Liana. Memutuskan
"HAH?!" Liana dan William terkejut. Begitupun dengan Raka, "Kalian setuju saya memiliki hubungan dengan Liana?" Bingung Raka
"Kami tidak akan menyetujui hubungan Liana dengan laki-laki miskin. Tapi karena kedua orang tua kamu kaya, maka kami setuju." Irana, Mami Liana menyahut
'Ternyata matre juga'
"Dan saya mau hubungan kalian tidak main-main" imbuh Irana
"Raka... maaf ya" Liana berbisik di sebelahnya
"It's oke" Raka menggenggam tangan Liana dengan lembut
"William, bilang Papa kamu. Besok kosongkan jadwal kami" ucap Samuel, menyuruh William
"William!" Teriak Samuel karena William tidak menjawab
William yang sejak tadi termenung langsung tersentak kaget, "Iya Om" saut William
'Ini udah ngelewatin batas perjanjian. Raka harusnya pacaran sama Liana 1 bulan dan gak boleh lebih dari pacaran'
William merasa sekujur tubuhnya memanas.
"Mau kemana kamu?" Tanya Irana karena melihat William akan pergi
"Kamar mandi" William berlari ke belakang. Memilih masuk ke dalam kamar mandi
William menghidupkan kran di wastafel, membasuh tangannya dengan kasar selama beberapa menit. William terus melakukannya hingga perasaannya membaik
"Liana gak boleh sama orang lain" William menggelengkan kepalanya
"Setidaknya... kalau lo gak bisa sama gue. Lo gak bisa sama orang lain juga" matanya terpejam sejenak
Raka menatap Liana disampingnya, "Gue mau lo pikirin ini dulu Li. Setidaknya lo harus yakin sama pilihan lo" katanya
Kedua orang tua Liana meninggalkan mereka agar bisa berbincang dengan leluasa
"Lo yakin sama gue?" Raka membawa tangan Liana untuk menyentuh wajahnya