Orang terdekat bisa menjadi pisau yang paling tajam dan mematikan
****
"Li tunggu!" Raka menarik tangan Liana. Memandangi wajah gadis itu yang sudah menangis"Maafin gue Li, gue tau gue salah. Tapi lo udah janji buat gak benci sama gue Li!" Raka memegang tangan Liana dengan erat
"Gue tau, awalnya memang lo cuma bahan taruhan gue sama William. Li gue minta lo sebagai jaminan karena gue mau lo sedikit berjarak sama William, gue tau lo selalu dikekang sama dia. Awalnya gue mau lo sedikit bebas supaya lo bisa deketin Kevin" jelas Raka
"Tapi kenapa.. kenapa kamu malah semakin jauhin aku sama Kevin?!" Teriak Liana. Artinya benar, bahwa Liana mengharapkan Kevin seutuhnya. Bukan Raka
"Tapi gue gak bisa bohongin perasaan gue Li! Gue sayang sama lo!" Ucap Raka, berusaha meyakinkan Liana
"Terima gue Li. Gue sayang sama lo" pinta Raka. Wajahnya begitu panik, dia sudah terlanjur menganggap Liana miliknya
"Aku mau pulang!" Liana menarik tangannya dari Raka
"Li tolong, lo udah janji buat gak benci sama gue" Raka menahannya lagi
"Raka lepas!" Liana berusaha menarik tangannya
"Gue gak akan ngelepas lo!" Bentak Raka
Raka menghela nafas, dia menutup mulutnya rapat-rapat saat Liana mulai terisak. "Jangan kayak gini Li, Kevin aja belum sadar dan lo juga mau pergi?" Tanya Raka
Bebannya akan bertambah jika Liana benar-benar pergi sekarang. "Kamu jahat, padahal aku gak pernah jahatin kamu" ucap Liana
Raka mengangguk, dia menghapus air mata Liana. "Gue tau. Iya gue yang jahat" Raka menarik kepala Liana untuk bersandar ditubuhnya
"Gue minta maaf, gue selalu cari waktu buat ngasih tau semuanya tapi gue terlalu takut. Gue takut lo ninggalin gue Li" Raka mengusap punggung kecil Liana
"Jangan tinggalin gue, lo udah janji" pinta Raka
Liana semakin menangis, niatnya yang akan melupakan Kevin dan menerima Raka seperti sedikit goyah karena fakta yang ada, bahwa sebenarnya dia sedikit pantas untuk Kevin
"Aku mau pulang" Liana mendorong perut Raka
Raka melepas pelukannya, dia menangkup wajah Liana yang memerah. "Biar gue anter ya" ucap Raka
Liana mengangguk, Raka sedikit tersenyum dan mengusap wajah Liana. "Jangan nangis" kata Raka
Raka menggenggam tangan Liana, membawa gadis itu ke mobilnya. Persetan dengan apa yang akan diputuskan Liana nanti, Raka akan tetap menganggap Liana adalah tunangannya
"Jangan lepasin gue Li, gue bisa nyetir pakai satu tangan" Raka memegang setiran mobil dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain memegang tangan Liana
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Story [END]
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA "Setidaknya salah satu dari kita harus bahagia" Tidak ada manusia yang tidak menginginkan bahagia yang sempurna. Rumah yang kokoh, dengan hangat di dalamnya. Cinta yang utuh dengan tulus di dalamnya Sempurna? Bahkan jik...