Semua manusia memiliki topeng tersendiri untuk menutupi apa yang dia rasakan setiap hari
Rasanya seperti di siksa secara perlahan, itu yang dirasakan oleh William selama 5 hari ini. Waktunya hanya sebentar bersama Liana karena gadis itu bersekolah tanpa dirinya
William membuka lemarinya, dia membuka sebuah laci kecil yang memang selalu di kunci. "Liana, lo harus selamanya sama gue" dia menatap banyak nya foto Liana kala gadis itu tidur
Iya, William mengambil foto Liana secara diam-diam tanpa sepengetahuan gadis itu
"Lo harus selamanya sama gue, selamanya" William mencium foto itu beberapa kali hingga permukaannya menjadi basah
Brak!
William tersentak, dia cepat-cepat memasukkan foto itu lagi ke dalam laci dan langsung menguncinya
William keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi. Kakinya berhenti saat Papa nya pulang bersama perempuan. Lagi dan lagi
"Heh mau kemana lo?!" Cahyo meneriaki William yang akan pergi
"Masakin makanan! Cepet!" Suruh Cahyo
William tidak menjawab, dia memilih kembali ke kamarnya. William mengunci kamarnya dari dalam
"Aaaagh!" William membanting semua barangnya yang ada di meja belajar
"GUE MUAK!" teriaknya
William menarik sprei di kasurnya dan membuang nya ke lantai. Dia lelah disini, dia membenci ayah nya tapi Cahyo adalah satu-satunya keluarga William
"WILLIAM!" William menutup telinganya saat Cahyo berteriak
William bergerak mendorong lemari besar miliknya agar menutupi pintu. Mencegah Cahyo mendobrak dan masuk ke dalam kamarnya
"Liana" William menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Dia tidak di beri makan apapun sejak kemarin, semua makanan di kulkas juga habis, William tidak bisa keluar kemanapun
Liana adalah satu-satunya cahaya yang dia miliki. Hanya Liana
Tuk
Tuk
William menoleh ke arah jendela balkonnya saat ada kerikil kecil yang berjaruhan ke lantai. William merangkak kesana, dia membuka pintu balkonnya yang terbuat dari kaca
"Liam" William menatap gadis yang sedang melambaikan tangan
Liana naik ke atas tangga kayu yang dia bawa, gadis itu masih lengkap dengan seragam sekolahnya
"Hah, capek" keluhnya setelah sampai di hadapan William
"Liam" Liana berjalan kecil dan memeluk William, "Kamu udah makan?" Tanya nya
William menghapus keringat di pelipis Liana, "Lo cantik banget Li" pujinya dengan penuh kagum
"Makasih, maaf ya kemarin aku gak bisa kesini. Kemarin kamu makan kan?" William mengangguk, masih fokus pada wajah Liana
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Story [END]
JugendliteraturWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA "Setidaknya salah satu dari kita harus bahagia" Tidak ada manusia yang tidak menginginkan bahagia yang sempurna. Rumah yang kokoh, dengan hangat di dalamnya. Cinta yang utuh dengan tulus di dalamnya Sempurna? Bahkan jik...