Sah

1.1K 62 3
                                    

Furqan duduk berhadapan dengan Faris siap untuk mengambil alih tanggung jawab Permata, ia menarik napas pelan berusaha untuk menetralkan detak jantungnya

"Sudah siap nak ?" Tanya Faris

"Insya Allah yah " jawab Furqan mentap sembari menjabat tangan Faris

" ya Furqan Hasbi Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti Permata Karimah Amani alal mahri khamsat wasabeun mlywnaan hallan "

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq " ucap Furqan dengan sekali tarikan napas

"Bagaimana para saksi, sah ?"

"Sah " ucap para saksi nikah Furqan dan Permata

"Alhamdulillah " ucap penghulu beserta kyai Yafiq ayahnya Furqan

Kyai Yafiq memimpin doa dan setelahnya Furqan disuruh menjemput Permata yang masih ada dirumah. Dan disinilah letak masalahnya pengantin wanitanya tidak ingin menghadiri acara pernikahannya sendiri

"Jadi gimana yah ?" Tanya Furqan yang juga kebingungan

Ibu Permata berjalan kedepan dan mendekat, ia juga melihat para tamu undangan sekarang menanyakan keberadaan Permata

"Kyai lebih baik kita suruh tamu undangan untuk ke gedung pernikahan dulu, dan Furqan kamu kerumah bareng mama ya nyusul Permata "

Furqan mengangguk, entahlah kenapa sekarang ia merasa lebih gugup ketimbang pembacaan akad nanti, kayak lebih horor aja gitu padahal mau ketemu istri sendiri

"Baik terima kasih pada tamu undangan yang telah datang, Permata masih membutuhkan waktu karna ada kendala tadi. Jadi kita langsung saja ke gedung pernikahan yang telah tertera diundangan nanti mempelai wanitanya akan menyusul " ucap Faris

Mereka akhirnya segera berdiri dan beranjak keluar dari mesjid, sedikit kecewa karena mereka tak melihat Permata padahal mereka sangat ingin bertemu dengan Permata.

Ada begitu banyak orang yang datang, sebahagian para santri Furqan juga turut hadir dan para sahabatnya. Mereka sangat penahsaran dengan siapa ning baru mereka. Selama ini mereka mengenal Furqan sangat menjaga jarak dengan perempuan eh tiba-tiba malah sebar undangan langsung sat set aja. Emang ya yang paham agama itu menyeramkan.

Kyai Yafiq dan ayahnya permata beserta beberapa keluarga besar menuju gedung pernikahan menemani para tamu undangan sementara umi Maryam dan ibunya Permata dan keluarga perempuan yang lain pergi kerumah untuk menemui Permata

Tak lama mereka sampai dirumah dan melihat Devano dan Elena masih berdiri di depan pintu kamarnya Permata

"Permata masih belum mau buka pintunya ya Dev ? "

"Nggak tante, kami udah coba dari tadi jangankan dibuka, didalamnya aja kayak nggak ada tanda-tanda kehidupannya. Sunyi banget " jelas Devano

Furqan sedikit khawatir dengan keadaan Permata, ia harap Permata tidak melakukan apapun yang membahayakan dirinya sendiri

"Gimana kalau kita dobrak aja pintunya" usul Furqan

Mereka mengangguk serempak. Kenapa tidak dari tadi sih mereka memikirkan cara ini. Kan nggak perlu nunggu lama

Furqan menyuruh mereka mundur beberapa langkah kedepan dan mulai medobrak pintu. Tak lama pintu kamar Permata terbuka. Tanpa menunggu lama mereka segera masuk dan melihat keadaan Permata

"Ya Allah Permata" ucap sang ibu ketika ia melihat anak gadisnya masih tertidur lelap dengan nyamannya.

Apa iya tak mendengar kalau semua orang memanggilnya dari tadi dan lihatlah apa yang dilakukan putrinya satu ini. Masih dalam dunia mimpnya

"Manis banget" umi Maryam

Umi Maryam tak marah malah ia sangat gemesh melihat menantunya masih terlelap tidur saat acara akadnya. Jangankan ganti baju mandi aja ia belum

"Maryam saya mint---"

"Nggak papa, lagian mah dia masih anak-anak jangan kamu marahi " nasehat umi Maryam

Devano malah geleng -geleng kepala melihat kelakuan ajaib adiknya yang satu ini. Mereka pikir terjadi sesuatu pada dirinya atau mungkin saja ia kabur dari rumah lah malah ia masih tertidur

"Nggak habis pikir gue sama lo Permata, apa kata dunia coba pengantin wanitanya masih tidur saat acara akad " gumam Devan

"Ini dia bangun-bangun apa nggak kaget tuh udah dapat gelar jadi istri orang aja " Elena

"Dia tau kan tante kalau dia akan nikah ?" Devano

"Iya tau Dev "

"Duh Devano nggak bisa berkata -kata lagi Tante "

Permata sama sekali tak terusik dengan kebisingan yang terjadi buktinya ia masih terlelap dengan nyaman.

"Bangunkan istrimu nak, suruh shalat subuh kami tunggu diluar " umi Maryam

Mereka segera keluar dari kamar Permata dan menunggu di lantai satu.

Furqan menatap Permata, wajahnya melambangkan kedamaian hati Furqan merasa tentram menatapnya. Tapi apakah Permata bisa setenang ini saat ia terbangun nanti. Ia bingung bagaimana membangunkan Permata apa ia tak akan marah kalau ia bangunkan tapi sebentar lagi udah mau jam enam dan dia belum shalat

"Permata " panggil Furqan lembut

Furqan menunggu beberapa menit dan sama sekali tak ada respon dari Permata dengan ragu ia meraih bahu Permata dan sedikit menguncang tubuhnya.

"Permata kamu beneran nggak mau bangun, kan belum shalat subuh "

Dua cara sudah dicoba oleh Furqan hasilnya nihil, Permata sama sekali tak menanggapi panggilannya.

"Habibati bangun "

Furqan duduk ditepi kasur, ini istrinya tidur atau pingsan sih kenapa malah susah sekali membangunkannya

Furqan berjalan ke arah jendela, membukanya, seketika hawa dingin segera masuk kedalam kamar Permata. Permata semakin mengeratkan selimutnya tetapi Furqan malah menariknya kembali dan menahan selimut tersebut

Baru Permata terusik, ia perlahan membuka matanya, nyawa Permata belum terkumpul sepenuhnya sedikit buram ia melihat bayangan seorang pemuda berdiri di depan kasurnya.

Permata mencoba membenarkan posisi duduknya dan mengucek mata beberapa kali. Ia harus memastikan ini mimpi atau kenyataan

"Udah bangunkan shalat dulu ya nanti waktu shubuhnya habis loh "

Mata Permata segera terbuka lebar saat mendengar suara berat tersebut masuk kedalam indra pendengaran

"AAAAAA, SIAPA LO " teriak Permata

Furqan menutup kedua telinganya, suara Permata begitu keras, bahkan suaranya terdengar sampai ke lantai satu

"KELUAR LO MALING YA ?" tuduh Permata tanpa bukti

"Tunggu-tunggu kamu salah paham nggak gitu dengerin penjelasan saya dulu "

Furqan mencoba memberi penjelasan kepada Permata tetapi Permata tak memberi kesempatan untuk Furqan menjelaskan kepadanya malah menuduhnya tanpa alasan

"Permata jangan teriak-teriak gitu dong" tegur ibunya

Suara Permata menggema sampai kelantai satu, Devano saja hampir terpeleset di tangga kalau saja ia tak memegang pembatas tangganya.

"Iya tau nih dik kita kirain ada apa " Elena

"Ini nih orang ini, siapa dia nggak sopan banget main masuk ke kamar orang tanpa izin " tunjuk Permata kepada Furqan

Lah mengapa sekarang dia yang jadi di pojokkan, ia tak salah siapa pula yang nggak akan kaget kalau ada orang asing masuk kedalam kamar dan itu adalah seorang pemuda

Ibunya menurunkan jari Permata, tidak sopan menunjuk suaminya seperti itu.




















Hai reader jangan lupa vote and komennya ya biar semangat terus nih Author nulisnya wkwk

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang