siapa sih dia

161 16 2
                                    

⚘️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚘️

⚘️

⚘️

Saat makan siang Haira masih terus menanyakan kepada Permata siapa yang mengantarkannya pulang kemaren jelas sekali Permata menyembunyikan sesuatu darinya. Haira punya sifat penahsaran yang tinggi hidupnya seakan tidak tenang kalau belum menemukan jawaban dari pertanyaannya lagian apa susahnya sih Permata mengatakan siapa pemuda itu lebih mudah kan ketimbang dirinya harus menerka sendiri

"Anti hanya cerita soal Dzaka pada kami tapi anti nggak pernah cerita tentang siapa pemuda itu " tutur Haira

Sebenarnya Permata ingin mengatakan kepada teman-temannya namun apakah ini adalah waktu yang tepat untuk jujur pada mereka tentang siapa dirinya sebenarnya, apakah teman-temannya akan marah kepadanya kalau tau bahwa selama ini Permata membohongi mereka. Memikirkan semua hal ini membuat Permata takut

"Ana akan bilang kalau waktunya udah tepat "

Haira tak mau mendengarkan, ia terus mendesak Permata agar segera memberitahunya ia berjanji tidak akan memberitahukan kepada siapapun namun bukannya menjawab Permata malah tetap asik memakan makananannya

"Udahlah kalau emang Permata nggak bisa cerita anti jangan paksa " ucap Calista yang baru saja datang bersama dengan yang lain

"Iya nih Haira kan nggak semuanya harus di bagi setiap orang punya privasi mereka " Dianti

Haira menghela napas berat ia menyadarkan tubuhnya ke kursi  sangat menyebalkan, kenapa sih Permata nggak bilang aja emang jiwa emak-emak udah melekat di diri Haira deh

" yang ditanyakan Haira itu apa Permata " ucap Dianti ia bingung sejak kemaren ia selalu mengikuti Permata

"Kalian tau nggak kemaren pas pulang dari pasar Permata di antar sama cowok   kita taunya Dzaka kan nah ini bukan wajar dong kalau ana kepo " sahut Haira

Mereka kompak menatap Permata sementara yang menjadi pusat perhatian hanya tersenyum ia bukan tak ingin memberitahukan hanya saja ia belum siap dengan respon mereka ketika tau tentang Furqan dan pernikahannya

"Oh udah ada yang baru ya, yaudahlah Haira entar kalau Permata mau dia akan kenalkan siapa pemuda yang mengantarkannya pulang " Sahut Devi

Ini nih yang paling tidak disukai Haira ia bosan sekali menunggu ya mau gimana lagi mereka semua benar biarlah Permata yang mengatakan kepada mereka siapa pemuda tersebut. Mau dipaksa pun nggak akan mau Permata ngaku kalau dia belum siap

"Boleh ikut gabung nggak " Dzaka duduk di samping Kamia

Mereka menatap Permata seakan memberi kode kalau hanya Permata yang berhak menentukan apakah Dzaka boleh bergabung dengan mereka atau tidak.

"Serah " permata

Keadaan tampak canggung kala Dzaka hadir di tengah-tengah mereka, tentu saja mereka tak bisa berbicara seperti tadi

"Cumann 10 menit ya, habis tu lo langsung cabut " ucap Permata

Dzaka mengiyakan udah biasa mah dia diusir seperti itu oleh Permata, Dzaka tak tersinggung sama sekali sebab ia tau betul gimana sifat dan karakter Permata. Jika Permata emang merasa terganggu dengan kehadiran seseorang beginilah sikap Permata

"Berarti gue harus manfaatkan waktu dengan sebaik mungkin dong ya " Dzaka tersenyum ramah pada Permata

Ingin sekali Permata menjawab pertanyaan Dzaka namun ia takut kalau rasa dimasa lalu akan bertambah besar ia dilema, Permata tak tau keputusan apa yang akan ia ambil

Ia ingat tujuan awalnya ke asrama adalah untuk bercerai dengan Furqan tapi kenapa sekarang ada sebahagian dirinya yang menolak apakah benar kalau ia telah punya rasa terhadap Furqan

"Hai kalian teman-temannya Permata ya kenalin gue Dzaka mantannya Permata kalian mungkin udah kenal gue ataupun belum " tanpa diminta Dzaka memperkenalkan dirinya kepada mereka

Dzaka emang sangat mudah berbaur dengan orang baru, ia juga sebenarnya cuek kalau tak suka dengan seseorang jadi tergantung dengan siapa lawan bicara Dzaka sikapnya bisa menyesuaikan

Teman-teman Permata juga memperkenalkan diri mereka pada Dzaka mulai dari nama, jurusan sampai kesukaan maupun hobi "

"Wah kalian ya cewek-cewek harus sering olahraga deh biar badan kalian sehat "saran Dzaka

"Tapi lo kan tau sendiri cewek tu kadang ada ya sifat magerannya datang gimana dong " Kamia

"Harus dilawan " jawab Dzaka

"Eh mau tanya dong lo masih ada rasa permata ?" Devi

"Kalau gue nggak ada rasa sama Permata maka gue nggak akan terus berada dia seperti sekarang " Dzaka mengatakan itu dengan penuh percaya diri

Andai aja keadaan tidak serumit ini bagi mereka berdua maka Permata tak akan diam saja seperti orang bodoh. Ia akan membalaa semua ucapan manis Dzaka sayang semesta sepertinya memang tidak merestui mereka

Sekarang Permata baru percaya dengan kata pepatah jangan pernah berharap kepada manusia karna ketika kamu berharap kepada manusia kamu juga harus siap menanggung rasa kecewa yang teramat besar

Sakit sangat teramat sakit di hulu hati Permata, bibirnya memang terus bungkam tapi sukmanya berteriak begitu hebat

"Jangan berharap ke gue Dzaka nanti lo kecewa " barulah Permata menatap Dzaka

"Nggak papa, perasaan nggak ada yang dapat ngendaliin bahkan gue sendiri aja nggak bisa Permata kalau pun suatu saat lo bukan milik gue maka setidaknya gue punya kenangan indah bersama lo "

Dzaka emang paling pandai menyembunyikan setiap gejolak di dadanya, badai besar dalam diri Dzaka bisa ia tutupi dengan senyuman seindah surya

Tidak semua orang bisa membaca arti di balik mata Dzaka bahkan Permata sendiri juga belum mampu memahami Dzaka sepenuhnya, bagi Permata Dzaka bagaikan labirin yang sulit dipecahkan

"Kayaknya waktu sepuluh menit gue udah habis, permisi "pamit Dzaka

Dzaka tau batasannya ia tidak akan terlalu memaksa jika memang Permata tak suka keberadaannya sementara Permata menatap Dzaka dengan tatapan sendu, harus ia akui kalau sikap Permata kepada Dzaka memang agak kasar tapi apa yang harus dia lakukan haruskah ia bersikap seperti dulu seolah-olah nggak terjadi apa-apa atau meminta bantuan Dzaka agar ia bisa lepas dari hubungan yang sedang ia jalani sekarang

"Dia emang tulus sih wajar kalau anti marah padanya saat meninggalkan anti dulu " Kamia

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang