Mencoba berdamai

151 14 8
                                    

Matahari begitu menusuk kulit, orang-orang berjalan begitu cepat seakan ada yang mengejar mereka, ada berbagai aktivitas di pasar, Permata tak biasa dengan keadaan pasar yang ramai, ia kepanasan Permata mencoba melindungi kepalanya dengan buku dar...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari begitu menusuk kulit, orang-orang berjalan begitu cepat seakan ada yang mengejar mereka, ada berbagai aktivitas di pasar, Permata tak biasa dengan keadaan pasar yang ramai, ia kepanasan Permata mencoba melindungi kepalanya dengan buku dari teriknya sinar matahari.

Sekarang jam 13.30 wib ada beberapa keperluan yang perlu di beli Permata untuk perlengkapan kuliahnya. Terumatama buku-buku dalam mata kuliah sosiologi dosen Permata mewajibkan mahasiswanya mempunyai buku minimal satu

"Gini nih jadinya kalau nggak pernah ke pasar hadeh " keluh Permata

Ia duduk di sebuah warung dan memesan satu pop ice rasa coklat guna menghilangkan haus di tenggorakan. Ia lupa melmbawa minuman padahal kak Tina sudah mengingatkan kalau pergi keluar setidaknya membawa air karna cuaca yang sedang tidak menentu.

Permata tidak mendengarkan semua nasehat kak Tina ia pikir itu hanya akan bikin ribet kan kalau haus bisa beli minum ngapain berat-berat bawa botol minuman kalau ada yang mudah ngapain cari yang susah ya itu adalah opininya.

Permata mengambil ponselnya ia harus segera kembali ke asrama ia tak mau berlama-lama di bawah terik matahari bisa hangus dia ntar, percuma dong perawatannya selama ini kalau jadi gosong

Sayang sekali saat ia menyalakan ponsel ternyata mati ia lupa mengisi daya ponselnya karna buru-buru mau pergi ke pasar kalau naik angkot Permata mah nggak mau udah lama panas lagi belum  kalau dia ketemu preman-preman pasar yang suka gangguin penumpang. Dih membayangkannya aja bikin ngeri mah

Perhatian Permata teralihkan pada sosok lelaki yang berdiri di ujung jalan menghadap ke belakang sembari fokus menatap layar ponselnya, Permata mencoba untuk memastikan agar ia tak salah lihat rupanya emang benar itu adalah Furqan

Ia mencoba berpikir sejenak apa dia mintak tolong antarin aja ya sama Furqan ke asrama dari pada naik angkot dan berdesak-desakan tapi kan dia lagi berantem sama Furqan

Baru dua langkah Furqan berjalan Permata memanggilnya ah masa bodo dengan gengsinya ia tak mau kejadian horor itu terulang dua kali, ia pernah naik angkot saat duduk di kelas dua SMA, saat itu emang kedua orang tuanya tak bisa menjemput. Saat pulang sendirian dua preman pasar menganggunya untung Permata bisa kabur dari mereka sampai sekarang ia cukup trauma

"Mau pulang ya ?"

Furqan hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Permata ia tak menyangka kalau akan bertemu Permata disini bahkan ia tak menyadari kalau Permata berada di sekitaran pasar atau mungkin emang Furqannya aja yang agak cuek dengan sekitar

Tak bisa ia bohongi kalau perkataan Permata beberapa hari lalu menyakiti perasaan Furqan, ia sampai kepikiran berhari-hari

"Dih cuek banget "gumam Permata

Awalnya ia ingin meminta Furqan mengantarkannya kembali asrama namun melihat sikap dingin Furqan Permata mengurungkan niatnya jelas sekali kalau Furqan masih marah dengannya

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang