Aku Lelah

345 28 2
                                    

Sekuat apapun aku berusaha mendapatkan hatimu kau tak pernah melihatnya, jangankan untuk melihat melirikpun tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekuat apapun aku berusaha mendapatkan hatimu kau tak pernah melihatnya, jangankan untuk melihat melirikpun tidak

Furqan tak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya di pesantren, selalu ada kesalahan yang ia lakukan saat proses pembelajaran berlangsungpun ia tifak fokus dengan apa yang ditanyakan para santri. Perkataan Permata tentang bagaimana perasaannya kepada Dzaka sangat menganggu dirinya. Pernyataan singkat tetapi sangat menusuk di hati Furqan

Ia sudah mencoba untuk mengabaikan dan terlihat seperti tidak peduli namun ia memang sangat tak suka kedekatannya Dzaka

"Ada apa dengan anta gus ?" Tanya Emir

"Cuman lelah aja kok "

Ya, Furqan lelah dengan segala usahanya untuk mendapatkan hati Permata, mau bagaimanapun caranya untuk meluluhkan hati Permata itu sama sekali tidak bisa menumbuhkan sedikit saja rasa dalam diri Permata untuknya, apalagi saat ini Dzaka masa lalunya Permata kembali kedalam hidupnya hanya menambah kemungkinan kecil Furqan mendapatkan hati Permata.

Jujur ia iri kepada Dzaka bisa mendapatkan tempat tersendiri di hati Permata tanpa betjuang sekeras dia saat ini.

Cinta kata orang sangatlah rumit bahkan melebihi rumus matematika sekalipun, dan dalamnya perasaan tersebut juga tak bisa diukur ia misteri seperti alam semesta yang masih menyimpan banyak rahasia

Emir adalah teman baiknya Furqan, mereka sudah kenal sejak lama, mereka berteman sudah sepuluh tahun waktu yang tak bisa dibilang sebentar untuk mengenal seseorangm Emir tau bagaimana Furqan ia tak mungkin tetlihat seperti ini tanpa ada alasan yang jelas.

Lelah, ada kata lain di balik itu, persoalan yang cukup menguras tenaga Furqan, Emir tau kalau bukan hanya raganya yang lelah tetapi ia lelah secara bathin.

"Anta bisa menceritakannya kepada ana kalau anta mau Furqan tetapi kalau nggak ya sudahlah "

Emir tak akan memaksa Furqan untuk bercerita kepadanya, setiap orang punya privasi dalam hidupnya dan kita harus menghargai privasi tersebut. Ada beberapa hal yang tak perlu diceritakan dan memang lebih baik dipendam sendiri mungkin terasa memilukan namun juga tidak terlalu buruk

"Ana hanya lelah soal Permata Emir, ana tak bisa mendapatkan hatinya apalagi saat ini masa lalunya kembali apa mungkin ada tempat untukku di hatinya ?"

Emir memegang pundak Furqab hanya sekedar memberikan kekuatan kepada sahabatnya, ia tau ini tak akan mudah bagi Furqan tetapi urusan rumah tangga mereka juga sangat serius

Emir mencoba mencari solusi atas permasalahan yang di alami oleh Furqan ia tidak tau apakah sarannya ini akan membantu atau malah sebaliknya namun yang terpikir oleh Emir saat ini hanyalah satu cara dan itu cukup beresiko

"Bagaimana kalau anta mencoba kasih waktu sendiri buat Permata?"

Furqan mengerutkan kening, apa maksud ucapan dari Emir, mencoba memberi Permata waktu apakah selama ini Furqan tidak memberinya waktu sendiri

"Maksud anta ?"

"Gini loh selama ini kan dia sama anta, besok dia juga udah masuk kuliah, ya ana cuman nyaranin kalau Permata di masukkan ke asrama kampus. Kasih waktu untuk dia belajar dan menikmati hari-harinya untuk beberapa saat. Setelah itu ajak dia kembali ke pesantren lagian jarak kampus dia dan pesantren nggak terlalu jauh anta bisa jengukin dia kapan aja. Itu saran ana sih tapi kalau menurut anta cukup beresiko nggak usah dilakukan "

Furqan mencoba berpikir untuk beberapa saat mengenai usulan Emir, tidak salah juga sih Permata memang masih sangat muda dan anak gadis seusia dia dihadapkan pada persoalan pernikahan tentu membuatnya sedikit terkejut dengan perubahan yang secara tiba-tiba

Apa memang sebaiknya ia memasukkan Permata ke asrama kampus lagian kan kampusnya juga ada sistem asrama bagi yang mau, Furqan emang nggak bisa mengawasi Permata setiap saat tapi dari pada membiarkan Permata nge kos mending ia dimasukkan ke asrama itu lebih baik dan juga penjagaannya aman

Lagian ini hanya umtuk sementara waktu jika Furqan merasa sudah cukup memberi Permata waktu ia akan membawa Permata kembali ke Pesantren, disana ia juga bisa belajar tentang hidup mandiri dan berinteraksi dengan yang lainnya juga

Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah apakah umi dan abinya akan setuju dengan ide ini, Furqan ragu orang tuanya akam setuju jangankan diluar pesantren saat dalam pesantren saja kadang uminya juga masih mencemaskan keadaan Permata

Setidaknya Furqan akan mencoba jika memang orang tuanya tak mengizinkan maka ia juga tak bisa memaksa sebab keputusan orang tua adalah yang terbaik bagi anaknya

"Saran yang bagus Emir, mungkin cukuplah satu tahun untuk Permata tinggal disana "

"Tapi apa anta sanggup berpisah dengan Permata Furqan, anta juga nantinya nggak akan terlalu bisa mengawasi Permata jika ia chat atau menghubungi masa lalunya itu"

Benar apakah nantinya Furqan akan terbiasa jauh dari Permata sedangkan ia sudah terbiasa dengan keberadaan Permata di sisinya, namun ia juga tak boleh egois dengan mementingkan dirinya sendiri ia juga harus paham bagaimana keadaan Permata yang begitu tertekan dengan ini semua

"Semoga Allah memberi ana kekiatan Emir, ana harus menemui abi untuk membicarakan hal ini "

Emir mengangguk dan Furqan segera menemui abinya yang ada di ruang pimpinan pondok pesantren sebelum masuk Furqan mencoba untuk menyakinkan dirinya sendiri menarik napas dan memantapkan langkahnya

Furqan mengetuk pintu terdengar sahutan dari dalam, Furqan segera masuk dan tak lupa menyalami tangan abinya lalu duduk di depan sang abi

"Ada apa nak?" Kyai Yafiq melihat raut keraguan di mata anaknya

Furqan tak langsung menjawab ia mencari kalimat yang rasanya pas untuk dijelaskan kepada abinya, ia hanya tak ingin abinya salah paham dengan keputusan Furqan.

Dengan menundukkan kepala Furqan menjelaskan kepada sang abi mengenai keputusannya untuk mengirim Permata ke asrama kampus selama satu tahun untuk memberinya waktu bagi dir sendiri karna memang istirinya membutuhkan itu.

"Apa kamu yakin nak tidak akan menimbulkan masalah nantinya ?" Jelas sekali Kyai Yafiq cukup cemas mengenai keputusan sang anak

"Abi, Furqan hanyalah manusia biasa bukankah nabi adam dan siti hawa juga di uji cinta mereka pada saat mereka diturunkan ke bumi dengam waktu yang sangat lama" jelas Furqan

Jawaban dari Furqan membantahkan segala pemikiran yang hendak terlontarkan oleh ayahnya, Furqan memang pandai dalam segala hal, ia juga yakin sebelum mengambil keputusan berat ini anaknya sudah terlebih dahulu memikirkan apa resiko yang akan ditanggungnya

Putranya bukanlah anak kecil lagi, ia sudah dewasa dan ia tau mana yang terbaik bagi rumah tannganya, sebagai orang tua kyai Yafiq hanya bisa memberikannya dukungan atas segala keputusan

"Baiklah kalau memang itu keputusan mu, abi akan bicara umimu kamu juga harus bicara dengan Permata"

"Iya abi"

Setelah mendapatkan izin dari orang tuanya Furqan merasa lega sang abi menyetujui keputusannya ini emang nggak mudah tetapi bukankah dalam kehidupan kita memang harus mengambil keputusan terberat untuk mendapatkan yang terbaik nantinya





















Hai semuanya, maaf ya akhir-akhir ini agak telat updatenya karna ana lagi ujian UTS, but tenang aja author akan selalu update kok sampai cerita ini tamat hehe.

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang