Asing

338 30 3
                                    

Mau sedekat apapun kita dengan seseorang maka akan ada dimana waktunya nanti akan menjadi asing satu sama lain seperti tak pernah saling mengenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau sedekat apapun kita dengan seseorang maka akan ada dimana waktunya nanti akan menjadi asing satu sama lain seperti tak pernah saling mengenal

Pinggang Permata rasanya seperti mati rasa, ia duduk sudah empat jam lamanya tetapi acaranya masih belum selesai ia pikir acaranya tidak akan selama ini. Dulu aja pas ada forum anisa ia hanya bisa bertahan sampai satu jam setelahnya ia pergi entah kemana

"Masih lama ya acaranya " tanya Permata kepada Hawa

"Lumayan palingan sampai ashar siapnya, emang kenapa Permata " Hawa memperhatikan Permata tampaknya ia cukup gelisah

"Nggak ada kok, aku keluar bentar ya "

"Oke "

Permata menuju arah halaman mesjid, sekarang masih jam sebelas pagi dan apa yang dibilang tadi oleh ning Hawa, acaranya selesai siap ashar, oh astaga pinggangnya udah sakit sekali karna duduk berjam-jam, emang paling benar dah kalau ia lebih baik dirumah kalau ia bosan bisa main handphone kalau disini mana boleh main ponsel dalam mesjid pas orang kajian terkesan nggak punya adab sekali, dan dirumah ia juga bisa rebahan atau tidur kan

Ia melirik keluar gerbang mesjid ada beberapa penjual makanan disana, karna memang berjualan di area dalam mesjid tidak di perbolehkan jadi hanya di izinkan berdagang diluar gerbang mesjid demi menjaga ketentraman apalagi pas ada acara kajian begini. Permata menghampiri salah seorang pedagang

"Pak telur gulungnya lima belas ribu ya"

"Baik neng tunggu sebentar ya "

Telur gulung adalah makanan kesukaan Permata sejak kecil bahkan ia bisa menghabiskan uang sebanyak dua puluh lima ribu hanya untuk membeli telur gulung, dulu ibunya tak habis pikir demgan anakmya ia begitu menyukai makanan yang satu itu, ia tak pernah bosan walaupun sudah bertahun-tahun begitulah salah satu ciri khas Permata.

Permata mengangguk dan menunggu pesanannya selesai, sembari menunggu ia menbuka instagram, melihat apa yang sedang banyak diperbincangkan sekarang. Mana ada sesuatu yang menarik

"Ini pesanannya neng " Permata memberikan uang kepada pedagangnya tetapi ia menolak

"Udah dibayar neng sama dia neng " tunjuk bapaknya pada seseorang yang berdiri dekat Permata

Dzaka. Sejak kapan ini anak ada disini perasaan tadi tidak ada, lah kenapa sekarang ia muncul udah kayak jelangkung saja, datang tak diundang pulang tak diantar

Dzaka memang ada di sekitar area mesjid hanya sekedar jalan-jalan saja saat ia hendak pergi ia tak sengaja melihat Permata keluar dari mesjid ia pikir salah lihat karna penampilan Permata sangatlah jauh berbeda dari pada biasanya yang ia lihat. Untuk memastikan itu benar Permata atau tidak ia memutuskan untuk mendekat dan benar saja itu Permata bahkan Dzaka hampir tak bisa mempercayai matanya sendiri

Sepertinya memang sudah banyak perubahan yang terjadi pada Pernata, itu memang kesalahannya dulu meninggalkan Permata tanpa penjelasan. Perempuan mana yang tak sakit hati kalau diperlakukan demikian oleh karena itu ia berekad untuk menebus semua kesalahannya di masa lalu kepada Permata. Perasaannya kepada Permata sama sekali tak berubah ia masih mencintai Permata bahkan rasa itu semakin dalam, tiada hari yang berlalu tanpa memikirkan sedang apa Permata sekarang, apa ia bahagia atau tidak, apa ia dapat nilai bagus atau tidak

Hari ini ketika ia kembali bertemu dengan Permata anak itu masih menyukai telur gulung, salah satu makanan favorit Permata

"Ini gue ganti uang lo "

"Nggak usah gue ikhlas bayarin lo kayak sama siapa saja " Dzaka tersenyum ramah pada Permata

Permata hanya acuh dan sangat cuek padanya, ia hendak pergi tetapi baru tiga langkah Dzaka memegang pergelangan tangan Permata

"Bisa kita bisa sebentar ?"

"Gue sibuk " jawabnya acuh

Permata tak ingin menghabiskan waktunya lagi bersama Dzaka sudah cukup semua rasa sakit yang ia rasakan jangan lagi. Dulu betapa bodohnya ia mencari informasi kesana kemari tentang Dzaka menghubungi berulang kali namun tak ada respon sama sekali dari Dzaka ia seperti sampah yang dicampaakkan

Perempuan akan selalu bisa memaafkan segala kesalahan orang yang ia cintai tetapi sekali ia menggunakan logikanya maka ia tak akan pernah mau kembali lagi pada orang yang tak menghargai segala ketulusan dan pengorbanannya

"Kenapa lo asing banget sama gue Permata ?" Ada raut kesedihan di mata Dzaka

"Lah lo nanya sama gue, setelah lo ninggalin gue lo pikir hubungan kita akan tetap sama kayak dulu nggak lah "

Kata itu menusuk hati Dzaka tetapi itu adalah kenyataannya, perlahan ia melepaskan pergelangan tangan Permata tetapi masih berusaha untuk membujuk Permata agar sedikit melunak kepadanya

"Setidaknya kita bisa bertemankan, kalau buat teman lo mau sedikit melangkan waktunya "

"Ih lo ngeyel amat jadi manusia ya, gue udah bilang lo budek ya " ketus Permata

Dzaka bukan orang yang mudah menyerah akan sesuatu jika ia bertekad maka tak akan ada yang bisa menghalanginya ia sudah menyakinkan dirinya akan mengembalikan kedaaan seperti mana sebelum ia meninggalkan Permata. Mungkin Permata memang sedikit keras kepala bukan berarti ia tak bisa membuat Permata memaafkan dirinya ia sangat mengenal Permata

"Lima belas menit "

"NGGAK BERARTI YA NGGAK "

Sudah cukup rasanya Permata meladeni anak setan ini. Ia tau Dzaka tak akan menyerah begitu saja emang sangat menjengkelkan sekali dia, lagian ngapain juga kesini

"Permata "

Permata menoleh ketika ada seseorang yang memanggil namanya, dan ya itu Furqan, duh kan bisa terjadi perang kalau begini Permata masih ingat jelas bagaiman sikap Furqan kepada Dzaka ketika mereka pertama kali bertemu dan sekarang mereka kembali berjumpa di waktu yang tidak tepat

"Ayo masuk kedalam " Furqan menarik tangan Permata

"Gue belum selesai bicara dengannya "

"Memangnya anda siapa nya Permata, anda dengarkan dia bilang apa jadi jangan memaksa " tegas Furqan

Entah kenapa Furqan tak pernah suka ketika Permata dekat dengan Dzaka ada rasa yang tak biasa ketika ia melihat mereka bicara, ya katakanlah kalau Furqan cemburu. Tentu saja ia cemburu

Tanpa memperdulikan ucapan selanjutnya dari Dzaka, Furqan membawa Permata kembali masuk kedalam mesjid, Dzaka hanya diam sembari mengepalkan tangannya.

Siapa lelaki yang bersama dengan Permata, ia tak pernah mengenal lelaki itu saat ia bersama dengan Permata. Dan mengapa Permata hanya menuruti permintaannya, ada apa ini. Ada begitu banyak pertanyaan dalam pikiran Dzaka tentang Permata, ia harus mencari tahu sendiri siapa lelaki yang terus bersama dengan Permata dan apa saja yang terjadi dengan Permata selama ia meninggalkannya

Tadi Dzaka sempat menghubungi Hawa untuk menanyakan keadaan Permata sebab Furqan tau betul kalau Permata tidak akan betah berlama-lama di acara kajian. Saat Hawa bilang Permata keluar sebentar ada perasaan khawatir dalam diri Furqan tetapi ia juga bingung mengapa tiba-tiba perasaan itu ada.

Segera saja Furqan menyusul Permata keluar, dan saat ia sampai diluar ia melihat Permata bersama dengan lelaki yang ia temui beberapa minggu lalu.


Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang