⚘️
⚘️
⚘️"Iiih nggak mau mom, Permata nggak mau ikut sama dia " rengek Permata kepada sang ibu
Resepsi pernikahan sudah selesai dilakukan. Mereka berkumpul diruang tamu untuk mengantarkan Permata dan juga Furqan kembali ke pondok pesantren. Mereka memang tidak bisa menginap sebab Kyai Yafiq membawa sebahagian santri untuk ikut menghadiri acara pernikahan Furqan jadi tidak memungkinkan jika mereka harus menginap.
Semua barang Permata telah selesai di masukkan kedalam koper oleh ibunya tetapi ia malah merengek seperti anak kecil. Mau berapapun orang yang membujuknya ia tetap teguh kepada pendiriannya. Ia menolak ikut dengan Furqan.
"Permata gimana konsepnya lo nggak ikut sama Furqan kan udah nikah " Devano
"Ya nggak mau, titik nggak pakai koma "
Permata duduk di tangga dan mengeratkan pegangannya pada pembatas tanga tersebut.
"Permata saya ngerti kamu berat berpisah dengan keluargamu. Tapi saya usahakan kita bisa berkunjung ke rumah orang tuamu setidaknya sekali sebulan deh ya " bujuk Furqan
Furqan berjalan ke arah Permata tetapi Permata malah memberi isyarat lewat tangannya agar tak berjalan maju lagi
"Berhenti disana, gue bilang nggak mau ikut " kekeh Permata
Furqan menghentikan langkahnya dan menatap ke arah umi Maryam tetapi umi Maryam hanya mengangkat bahu. Ini adalah awal dari rumah tangganya dia yang mengambil keputusan untuk menikahi Permata padahal usianya belum genap 20 tahun maka ia juga harus bisa menangani sikap Permata yang jauh dari kata dewasa.
Ini adalah pertama kalinya bagi Furqan membujuk seorang perempuan yang bukan berasal dari keluarganya. Jujur ia tidak tau harus bagaimana jangan kan membujuk perempuan seperti Permata menangani adik kecil sepupunya yang usia enam tahun. Furqan sudah menyerah.
Sekarang ia tidak bisa meminta bantuan siapapun, tidak mungkin kan meminta orang lain membujuk Permata. Lagian yang jadi suaminya adalah dia bukan orang lain. Furqan mencoba memutar otak memikirkan cara bagaimana Permata agar mau ikut dengan dirinya.
"Jangan gitu nak, kasihan tuh Furqan sama keluarganya mereka nungguin kamu " Faris
Permata tak mengubris ia hanya bersikap bodo amat dengan perkataan sang ayah. Jika dia bilang tidak maka tetap tidak.
"Permata " Furqan
"Nggak gue bilang "
Permata benci dengan tatapan mereka, tatapan yang seolah menyudutkannya. Dulu ia pikir menjadi anak tunggal adalah sebuah anugrah rupanya tidak juga. Ia pikir dengan menjadi anak tunggal maka kasih sayang orang tua tak akan terbagi dan hanya tercurah untuk dirinya sendiri sekarang Permata sedikit menyesali pikiran bodohnya tersebut. Menjadi anak tunggal ternyata tak seindah itu.
Andai saja dia punya kakak atau adik yang bisa mengerti perasaanya maka ia tak akan mengalami hal ini ya setidaknya dia bisa sedikit berbagi suka dan dukanya lah ya.
Tetapi tiba-tiba pikirannya berubah, untuk apa pula dia disini kan orang tuanya yang ingin mengusir dari rumah dengan alasan pernikahan jadi sama aja nggak sih dengan kehadirannya itu tidak diharapkan
"Ayolah Permata " bujuk Furqan sekali lagi
"Emang dasar lo cerewet ya. Ah iya deh"
Permata segera beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruang tamu bahkan ia tak berpamitan kepada kedua orang tuanya ataupun dengan keluraganya yang lain
Ibu Permata sedikit merasa sedih sebab putrinya sama sekali tak berpamitan kepada dirinya jangankan untuk pamit melihat kearahnya sebentar saja tidak.
Iya mengerti kalau Permata masih marah dengan keputusan yang ia ambil tapi mau bagaimana lagi ini juga demi kebaikannya.
"Kalau gitu kami pamit dulu, Assalamualaikum " kyai Yafiq
"Waalaikum salam " jawab mereka
Furqan dan beserta rombongan kembali ke pondok pesantren, ia satu mobil dengan Permata, kyai Yafiq dan umi Maryam berada di mobil yang berbeda, dan Furqan yang memimpin rombongan.
Selama di perjalanan Permata sama sekali tak menghiraukan ucapan Furqan mau bagaimanapun cara Furqan mengajaknya berbicara sama sekali tak ada pengaruhnya untuk Permata.
Sampai ketika ia melihat ke belakang ia baru menyadari satu hal
"Ada berapa banyak yang ikut, kok rame banget ?"
Akhirnya setelah berbagai cara untuk mengajak Permata berbincang barulah Furqan bisa mendengar suaranya. Furqan pikir Permata akan mendiamkannya selama perjalanan ternyata dugaannya salah.
"Ada tujuh mobil dari keluarga saya, dan 3 bus untuk santri dan santriwati, tidak semua santri abi ikut hanya beberapa saja Permata "
Hah pondok pesantren. Tak pernah terlintas dalam pikiran seorang Permata Karimah akan menginjakkan kaki di lingkungan pesantren. Ini sekarang malah harus tinggal gitu disana sungguh semesta kadang bercandanya kelewatan
Permata selalu punya pikiran kalau jadi santri itu membosankan dan tidak menyenangkan kerjannya hanya ibadah terus, peraturan ketat dan kalau nelpon harus pakai jadwal, banyak hafalan, nggak modrn, kuno dan nggak asik.
Ya itu pemikirannya tentang santri dan dia hanya menyimpulkan semua tersebut lewat perkataan orang lain. Ia tak pernah benar-benar mencari tau kebenarannya apakah santri tersebut memang seperti atau tidak ditambah lagi dengan informasi-informasi di media sosial yang belum tau kebenarannya.
Kita tidak bisa mengambil suatu kesimpulan tanpa tau bagaimana kebenarannya, sama halnya dengan kita melihat cover buku, kita tak bisa menilai bagaimana isi didalam buku itu tanpa membacanya. Karna cover tak menggambarkan keseluruhan ceritanya kita harus membacanya terlebih dahulu baru bisa mengambil kesimpulan apakah yang ada dalam pikiran kita benar atau tidak.
"Ada apa emangnya ?"
"Nggak ada, gue cuman nanya aja "
Permata memejamkan matanya, tubuhnya butuh istrihat setelah banyak kejadian hari ini. Ia butuh banyak tenaga untuk menjalani hari esok dan agar rencanya bisa berjalan dengan lancar.
Furqan menatap Permata kasihan istrinya pasti ia kelelahan setelah menjalani banyak deretan acara pernikahan. Furqan tersenyum sekarang ia tak takut akan dosa lagi karna memikirkan perempuan yang tak halal bagi dirinya sebab sekarang Permata telah halal baginya.
Furqan mengusap kepala Permata dia memang banyak tingkah dan sangat random tetapi kalau sudah tertidur sangat damai sekali untuk menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Furqan Hasbi
Novela JuvenilMalang memang nasib Permata niat hati ingin menolak perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya eh ujung-ujungnya pernikahan tersebut malah tetap dilakukan dan itu disebabkan karena ulahnya sendiri. Permata Karimah ia gadis yang baru berusia 19 tahu...