Melangkah bersamaku

505 35 11
                                    

"Permata ayo, kamu udah siap ?" Tanya Furqan sambil memakai sorbannya

"Iih iya iya, sabar sebentar napa " balas Permata ia sibuk mengoleskan lip di bibirnya

Hari ini Furqan ada kajian di salah satu mesjid, acaranya jam delapan pagi sekarang waktu menunjukkan sekitar jam tujuh pagi. Satu jam lagi acara akan dimulai tetapi ia masih menunggu Permata untuk bersiap-siap.

Sebenarnya Permata tak ingin ikut tetapi Furqan memaksa agar datang sejak pernikahan Furqan dan Permata ia memang tak pernah membawa Permata ke acara kajian yang ia hadiri atau sekedar acara berkumpul dengan para kyai dan gus dari pondok lain.

Furqan selalu membujuk Permata untuk pergi bersama tetapi selalu ada alasan bagi Permata untuk menolak ajakannya, seperti ia sakit perut, kepalanya mual dan berbagai macam alasan lainnya, kemaren ia beralasan kakinya sakit padahal kakinya baik-baik saja

Furqan mengancam jika kali ini ia tidak ikut maka ia tak akan mengizinkan Permata bertemu dengan teman-temannya, sebenarnya Furqan terkadang sudah lelah dengan candaan teman-temannya karna setiap kali Furqan menghadiri acara ia selalu datang sendirian "loh udah nikah kok datang sendirian nih gus kita, mana nih istri kecilnya " atau dengan ledekan pantun " makan buah pepaya sembari memakai minyak kemiri , kirain datang berdua eh nyatanya malah sendiri ". Dan saat itu Furqan hanya bisa tersenyum menanggapi segala gurauan mereka

Ia juga yakin kalau kali ini ia tak datang bersama dengan Permata maka ia akan mendapat gurauan seperti sebelumnya, untunglah sedikit ancaman dari Furqan mau melunakkan hati Permata. Tentu saja Furqan tak serius dengan ucapannya ya kali dia tidak mengizinkan Permata bertemu dengan teman-temannya ia juga tidak tega dan tidak sekejam itu orangnya

"Yaudah yuk " ajak Permata ia sudah siap style Abaya dan jilbab pashimina warna senada dengan abayanya

Furqan menoleh dan sejenak ia terpaku melihat penampilan Permata, sungguh sangat menenangkan hatinya ketika ia melihat istrinya berpakaian menutup aurat dengan sempurna.

Istrinya itu memang masih belajar untuk menjadi lebih baik, ia tak memaksa Permata untuk berubah sepenuhnya tetapi secara perlahan, ia membiarkan Permata memakai style seperti apa yang ia inginkan asalkan itu tidak memperlihatkan aurat dan lekuk tubuhnya

"Masya Allah cantiknya lagi istrinya Furqan, kalau kayak gini kan adem minusnya cuman satu galak sih " puji Furqan seraya terus memperhatikan penampilan Permata

"Oh hari ini aja yang cantik, kemaren-kemaren jelek gitu " Permata melipat tangannya di dada.

"Ya nggak gitu, tiap hari mah selalu cantik cuman hari ini cantiknya doble bahkan mentari pun malu dengan kecantikanmu" Furqan tersenyum

Tak bisa Permata bohongi kalau setiap kalimat dari Furqan mampu membuatntnya tersipu malu dan membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Ia berpikir kalau perasaan seperti itu hanya bisa ia rasakan saat bersama dengan Dzaka tetapi Furqan benar-benar berbeda dari penilaian awalnya. Nah kan lagi dan lagi ia mengingat Dzaka

Furqan mengenggam tangan keluar dari rumah, Permata tak menolak ia membiarkan Furqan mengenggam erat tangannya rasanya nyaman sekali terkadang ia lupa dengan rencana awalnya untuk menghancurkan pernikahan ini

"Jagain ya mantunya umi Furqan, awas loh kalau sampai hilang "ucap umi Maryam ketika melihat anak dan menantunya udah rapi

"Tenang umi, tanpa suruh Furqan bakal jagain mantu kesayangannya umi kok "

Tak lupa sebelum berangkat Permata meminta izin kepada umi Maryam yang sudah seperti ibu kedua baginya. Permata ssmpat berpikir kalau nantinya ibu mertunya galak suka nyuruh-nyuruh dan menyusahkan menantunya, emang kebanyakan nonton sinetron sih dianya. Kenyataanya umi Maryam tak seperti itu ia sangat menyayangi Permata dan selalu mengingatkan Permata dengan cara yang begitu lembut

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang